Aska hanya dapat menatap pintu IGD yang tertutup. Tatapan itu pernuh akan permohonan baik, dia tidak akan tenang sebelum dokter keluar dan mengatakan jika Aksa baik-baik saja.
Aska berterima kasih pada Marvel karena telah menghubungi keluarganya. Tidak ada hal lain di otaknya selain Aksa. Suara derap langkah yang terdengar tergesa-gesa semakin jelas di telinga mereka.
Tanpa harus menoleh Aska tahu siapa pemilik suara itu. Semua hanya diam ketika Kanaya bertanya bagaimana kondisi Aksa. Aska masih senantiasa tertunduk lesu ketika Kanaya tepat berada di hadapannya.
"Aska-"
"Maafin Aska bun, Aska minta maaf." Kalimat itu tidak asing di telinga Kanaya, Aska akan selalu berkata seperti itu di saat kondisi Aksa memburuk. Aska seolah menyalahkan dirinya sendiri akan kondisi kembarannya. Semua itu tidak luput dari peran Kanaya yang dulu selalu menyalahkan Aska.
"Aska minta maaf bun"
"Aska lihat bunda!" Tegas Kanaya. Aska pikir Kanaya akan memarahinya seperti yang lalu-lalu tapi tanpa di duga wanita itu malah memberikan pelukan hangat. "Jangan minta maaf untuk sesuatu yang bukan kesalahan kamu!"
Meski terlihat tegar di luar tidak ada satu pun yang tahu bagaimana hancurnya Wardana mendengar bahwa Aksa kembali masuk rumah sakit. Dalam hati ia terus merapal kan doa agar putranya baik-baik saja.
Setengah jam berlalu. Menunggu dengan perasaan cemas, dokter baru keluar. Tidak ada satu pun dari mereka yang ingin mendengar kabar buruk dari mulut itu namun harapan itu pupus sia-sia.
"Kondisi Aksa sedang tidak baik, dia dalam masa kritis saat ini. Kami masih terus memantau perkembangannya, masalah pada jantungnya semakin parah dan itu membuat pembulu arterinya tidak dapat berfungsi dengan baik lagi. Kami harus segera melakukan tindakan pencakokan untuk saudara Aksa"
"Lakukan yang terbaik buat anak saya dok, selamat kan anak saya. Saya mohon, saya mohon selamat kan putra saya," pinta Wardana begitu lirih. Kanaya dan Aska sudah lemas ketika mendengar kondisi Aksa.
"Kita akan lihat bagaimana kondisi Aksa kedepannya. Jika memungkin kan kita akan melakukan operasi, memang kemungkinan besar operasi dapat berhasil namun bisa juga gagal. Dan setelah operasi selesai maka akan ada beberapa resiko yang akan di alami oleh pasien."
Shaka terdiam tidak tahu harus berbuat apa. Menguatkan diri sendiri saja saat ini rasanya dia tidak mampu, bagaimana dia bisa menguatkan keluarganya. Yang lainnya pun juga ikut terdiam.
Eleena menatap pintu di depannya dengan tatapan sakit. "Selamat kan dia Tuhan." Hatinya terus merapalkan doa untuk Aksa.
Karena hari yang semakin larut Marvel, Abizar, Kenzo, Reno juga Batian pamit untuk pulang. Marvel juga mengajak Eleena. Awalnya gadis itu menolak dan kekeh untuk tetap di rumah sakit namun karena bujukan Wardana dengan berat hati Eleena harus meninggalkan rumah sakit.
Keluarga kecil itu duduk di berjejer namun ada satu pamendangan yang berbeda. Ketika Kanaya dan Aska terlelap saling memeluk, berbeda dengan Shaka serta Wardana yang masih terjaga.
Dari arah Kanan Shaka melihat seorang gadis yang berlari ke arah mereka. Melihat orang itu yang semakin mendekat Shaka berpamitan pada Ayahnya. Wardana tersenyum kecil seraya mengangguk.
"Shaka,"
"Bisa ikut aku?" Danaya berjalan beriringan bersama Shaka. Entah kemana laki-laki itu akan pergi, tak lama Shaka berhenti berjalan. Laki-laki itu hanya ingin mencari tempat untuk memberinya ruang bersama Dayana.
"Di sini aja. Kalau di sana bunda sama adik aku lagi tidur."
"Iya." Mereka mendudukkan diri pada sebuah kursi panjang dekat sebuah ruang rawat. Shaka memejamkan kedua matanya sambil bersender pada bahu sang kekasih.
"Jangan takut! Aksa pasti baik-baik saja." Shaka tahu jika Danaya tengah berusaha menguatkannya, siapa yang tidak takut orang tersenyangnya tengah berada di ambah hidup dan mati. Shaka melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Danaya lalu gadis itu membalasnya dengan mengusap pelan rambut tebal Shaka, "aku minta maaf baru menemui mu sekarang."
"Nggak apa-apa. Aku nggak tahu kenapa sejak tadi rasanya aku gelisah, aku benci perasaan itu."
"Itu kerana prasangka dan pikiran buruk kamu. Semua akan baik-baik saja."
"Lalu bagaimana jika semua tidak baik-baik saja?," Dayana terdiam mendengar pertanyaan itu. Iya, bagaimana jika semua tidak baik-baik saja? "Semua pada bilang kaya gitu lalu gimana kalau semua nggak baik-baik saja? Kamu nggak bisa jawab kan Na."
"Hay, dengerin aku! Apa pun yang terjadi dalam hidup kita tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Jika tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan mungkin Tuhan tengah menguji kita tapi satu yang harus selalu kamu ingat Tuhan itu baik, dia tidak akan membiarkan bumi tenggelam karena tangisan umatnya. Tuhan akan memberikan jauh yang lebih indah."
"Sekarang hilangkan semua pikiran negatif kamu. Yang harus kamu lakukan berdoa lah, paksa Tuhan sesuka mu. Tuhan selalu mendengar semua doa umatnya, kamu harus kuat."
"I here with you,"
__________🍀🍀🍀__________
Tidak ada suara lain selain suara monitor holter. Grafik garis yang awalnya tampak normal mendadak tak berartur hingga menimbulkan sebuah bunyi yang lebih keras. Seorang perawat yang tadinya tengah mengecek kondisi Aksa langsung memanggil seorang dokter.
Tubuh itu tampak kejang-kejang membuat dokter segera mengambil tindakkan. Sebelumnya setelah dokter memberi tahu akan kondisi Aksa mereka langsung memindahkan Aksa ke dalam ruang ICU.
Di tengah Aksa yang tengah berjuang di luar ruangan terdapat keluarga yang berharap bahwa anggota keluarga mereka akan baik-baik saja. Bahwa dokter akan memberi mereka sebuah berita yang baik.
Semua pasti ingin Aksa untuk bisa melewati masa kritisnya. Terutama Aska, dadanya juga ikut sakit. Dia tidak bisa menghilangkan rasa cemas serta ketakutannya sebelum sang dokter keluar.
"Dokter kondisi jantung pasien terus melemah, kita bisa kehilangan pasien jika seperti ini."
"Kita lakukan yang terbaik untuk pasien." Ucap sang dokter dengan penuh keyakinan. "Kamu anak yang kuat, bertahanlah untuk mereka yang menyayangi mu." Bisik dokter tepat di telinga kanan Aksa.
"Tuhan tolong selamatkan putra ku, anak ku, hidup ku, nafas ku. Jangan ambil dia dari ku, aku rela menukar hidup ku untuknya." Pinta seorang ibu yang begitu tulus. Dengan tangis yang begitu pilu ia terus memohon pada Tuhan agar putranya tetap di sisinya.
"Kabulkan doa ibu ku dan kabulkan doa ku. Jangan ambil dia! Tuhan, aku pernah meminta. Jangan ambil dia lebih dulu dari pada aku, ku mohon bawa dia kembali pada kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendelion🍀
Fanfiction🍀FOLLOW LEBIH DULU! 🌿Abadi Dalam Kenangan🌿 Aksara Adyatama dan Askara Arkatama. Anak kembar yang kemana-mana selalu berdua, harus berdua kecuali kalau lagi pergi sama kesayangan. Kembar-kembar gitu mereka punya watak yang beda banget. Kalau kata...