"Hai"
"Terima kasih sudah mau berjuang untuk kesekian kalinya" Aska menghela nafas berkali-kali untuk menghilangkan sesak di dadanya. Dirinya masih setia pada posisinya, mendekatkan bibirnya pada telinga kiri Aksa sembari menggenggam telapak tangan yang terasa sedikit dingin. "Lo pelindung gue Sa, lo rela di marahin bunda dulu demi gue. Padahal kan yang numpahin adonan kue itu gue."
"Lo selalu jadi tameng di setiap kenakalan gue. Lo ingat waktu bu Tuti marah-marah karena mangganya gue ambil lo juga yang belain gue, lo relain uang jajan lo demi bayar mangga itu"
"Gue yang kadang malas kerjain Pr lo yang selalu kasih contekan. Waktu SMP gue sering buat onar lagi-lagi elo selalu ada di samping gue."
Aska tersenyum kecil mengingat masa kecil mereka yang penuh dengan kenakalannya. Sudah di bilang mereka layaknya api dan air yang saling melengkapi. Mereka saling menyayangi satu sama lain. Bagaimana kompaknya mereka dulu menjahili kakaknya, Shaka.
Hingga terkadang membuat laki-laki ngambek dan pergi entah kemana. Sebab dia tidak ingin meluapkan kemarahannya di depan si kembar.
Dulu waktu taman kanak-kanak mereka selalu di beri bekal oleh Kanaya. Namun sering kali sikap Aksa yang pendiam membuat dia jadi bulan-bulanna, ya seperti bekal makanannya di ambil oleh teman lainnya dengan paksa atau dengan sengaja orang itu membuang nya.
Jelas saja Aska tidak tinggal diam! Dia ganti mengambil bekal orang itu dan langsung membunga nya ke tempat sampah. Lebih sadisnya adalah ketika mereka mendapat es krim, namun es krim milik Aksa di ambil lagi dengan spontan membuat Aska merebut es krim milik si gendut lalu mengoleskannya pada wajah anak itu dengan kasar. Membuat anak itu menangis keras.
Di saat ibu anak itu memarahinya dengan suara cadel Aska mampu membalasnya. Aska juga tidak akan diam ketika SD sampai SMP jika ada yang mengatakan Aksa adalah anak yang penyakitan maka Aska akan maju paling depan. Ya, Aska tidak semata-mata membuat onar tanpa alasan. Kecuali menjahili Kakaknya.
"Ka, nanti kita nikahnya barengan ya. Terus nanti warna putih semua gitu" ucap anak berusia enam tahun sembari lekat pada seorang gadis di depan sana yang tengah bermain sepatu roda.
"Kemarin waktu di ajak ke nikahan temen ayah bagus banget acarnya. Makanannya enak-enak."
Anak yang berusia sama yang duduk di sisi kanan menoleh menatap serius pada saudaranya. "Memangnya nikah itu apa? Kaya apa?" Tanyanya polos.
"Enggak tahu tapi pasti ada pestanya."
"Kata ayah nikah itu harus cewek sama cowok dan katanya harus udah besar. Kita kan masih kecil. Kecil banget." Ucapnya dengan jari telunjuk juga jempol yang di satukan. Matanya yang sudah sipit tambah di sipit-sipit kan lagi hingga tak terlihat bola mata anak itu, "memang kamu mau nikah sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendelion🍀
Fiksi Penggemar🍀FOLLOW LEBIH DULU! 🌿Abadi Dalam Kenangan🌿 Aksara Adyatama dan Askara Arkatama. Anak kembar yang kemana-mana selalu berdua, harus berdua kecuali kalau lagi pergi sama kesayangan. Kembar-kembar gitu mereka punya watak yang beda banget. Kalau kata...