bab 11: bakuxfuji

37 3 0
                                    


Hidup ini adalah mimpi. Atau, mimpi ini adalah hidup.

                 *                *                 *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                 *                *                 *

Present Mic: MARI KITA MELIHAT PERTARUNGAN SENGIT INI. KATSUKI BAKUGO MELAWAN KAGUYA FUJIMIYA!

"Aduh! mau menyerah saja," ucapku sambil berjalan sempoyongan ke arena.

"Awas saja jika kau sengaja menyerah!!! Baka!!!!" ancam Bakugo. Apaan sih, ngatur.

"Iya deh...Aku akan serius." Aku menatap ke langit sambil berpikir. Mempertimbangkan hal yang akan aku lakukan. Menurutku bermalas-malasan hanya akan membuat si bom ini kesal. Lagipula keren juga jika aku juara satu. BERARTI AKU KEREN, AHAY.

"Kalau itu buktikan dasar mata setengah-setengah!!" teriaknya.

"Aku bukannya menahan diri, aku sadar diri," ucapku. "teman lama ku pernah berkata 'kita hanya bisa mendapatkan suatu momen sekali saja, maka dari itu di saat ini pikirkan saat ini bukan masa lalu atau masa depan' kata kata yang sederhana bukan? Tapi aku sih memikirkan masa depan, ya. "

* * *

"Hah...hah... dasar alay. Katsuki." Dengan nafas yang tidak beraturan, aku masih sempat menghina bakugo.

Jujur, aku ingin menang. Tapi... Bisa-bisa aku malah menggantikan Bakugo untuk join ke liga penjahat. Kan lumayan. Liga penjahat sudah tidak peduli denganku, maunya Bakugo.

Hidup aman damai aku. AHAHAHA!

"AW!" Aku meringis akibat ledakan dari Bakugo. Salahku sih, dari tadi kabur Mulu.

"Cih, KAU NIAT BERTARUNG TIDAK!?" Bakugo berteriak kesal.

Tidak, aku tidak niat. "Niat kok." Tapi boong.

"Kalau niat, lawan aku. BAKA!" Keinginan untuk berkata kasar: 📈

Aku melompat mundur. Lalu memberikan serangan untuk pertama kalinya setelah dua puluh menit kabur melulu.

Aku tidak peduli menang. Yang penting aku tidak boleh babak belur. Setelah itu aku harus menyerah dengan estetik! Penyerahan yang indah, memang aku ini kesen sekali. Ahahaha.

Eh.

Mungkin aku terlalu banyak melamun.

Bagaimana bisa? Bakugo tiba-tiba sudah berada di belakangku. Aku bisa melihat tangannya yang mulai ingin meledakkanku.

Eh, tapi.

Aku tidak peduli.

BOMM!

Aku membiarkan diriku terkena ledakan yang besar itu. Membuatku terpental hampir keluar arena.

* * *

"Aku rasa Kaguya tak akan menang." Kirishima mulai khawatir.

"Tidak, kurasa Kaguya memiliki rencananya sendiri." Midoriya ikut dalam obrolan ini. BENAR, RENCANAKU ITU ADALAH KALAH, AHA.

"Apakah hanya perasaanku, tapi Kaguya seperti sengaja ingin kalah ,kero." Semua murid 1-A langsung menatap Tsuyu.

"Apa maksudnya?" Uraraka.

"Kero.. Kaguya seperti sengaja membiarkan Bakugo menyerangnya.. Mungkin Kaguya tak berniat menang, kero."

"Palingan, kakak malas," kata Sakuya dengan sarkas.

Kembali ke heroin.

Ya ampun aku bisa merasakan tulangku hampir patah, tapi aku tak boleh menunjukkan bahwa aku sengaja.

Bakugo membantingku ke tanah, lalu meledakkanku lagi.

Ya ampun, jangan di banting kayak karung beras, dong.

Aku mencoba menghindar dari serangannya, namun malah kehilangan keseimbangan. Aku meluncurkan bongkahan es pada dirinya. Dia meledakkan semua bongkahan es itu. Anak ini tidak akan puas jika aku kalah dengan begitu saja. Aku perlu sedikit bersandiwara.

Aku membuat diriku diselimuti api. Rambutku bersinar dan berayun dalam api yang menyelimutiku. Aku melesat mendekat ke Bakugo. Aku kembali harus mundur saat ledakannya begitu besar.

Aku terus saja menyerang dengan apiku. Terus-terusan, mencoba mengganti gaya aku menyerang, agar dia tidak curiga.

Dengan kejamnya, aku terbanting jauh oleh ledakannya. Aku sengaja membuatnya terlihat dramatis dengan meledakkan api yang menyelimutiku seolah aku kehilangan kendali terhadap apiku sehingga menjadi senjata makan tuan.

Aku tersungkur di dinding studion. Dengan gerakan dramatis, aku mencoba berdiri, namun terjatuh. Aku mencoba berdiri, namun jatuh. Lalu pura-pura pingsan.

Bakugo tetap tidak terima, dia mendekatiku lalu menarikku. Mignight sudah merobek pakaiannya untuk menghentikan Bakugo. Masa aku sudah berpura-pura dramatis dia masih tidak puas? orang gila. "Jangan berhenti, terus bertarung, jika tidak, kubunuh kau."

Aku tersenyum manis, tapi sangat sadis. "Kenapa? Kenapa Kau berbicara seolah kau pernah membunuh seseorang?"
Bokugo terdiam.

.
.
.
.
.
.

Aku tidur dengan malas di kasurku. Memeluk boneka dengan manja. Setelah hari itu, aku demam. Aku memang mudah demam jika terlalu memaksakan diri. Lelah sekali.

Handphone-ku berdering. Dengan malas, aku mengambil handphone-ku. Lalu membuka telepon.

"Ada apa? hawks?" tanyaku.

"Selamat malam, Kaguya. Apa kabar?" tanyanya, basa-basi.

"Aku sakit. Tidak baik. Demam," balasku.

"Demam? padahal kamu menahan diri saat final," katanya.

Aku melongo. Dia sadar? "Loh? sadar toh?" DAN YANG LEBIH MENGAGETKAN, DIA MENONTON PERTANDINGANKU? BUKANNYA DIA SIBUK?

Dia tertawa. "Aku mengenalmu, Kaguya. Aku meluangkan waktu untuk menontonmu."

Aku memutar mataku. Dengan lemas berputar-putar di kasur. Aku selalu suka saat dia menyayangiku seperti ini, benar-benar seperti saudara kandung.

"Aku akan datang nanti setelah selesai melakukan beberapa tugasku," katanya. "Sudah makan? belum? akan aku masakkan sesuatu nanti."

.
.
.
.
.
.
.

ALICE IN BOKU NO HERO / {BNHAxOC}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang