Bab 40: Pulau Nabu

15 3 1
                                    

"Jika menutup mata dan tidur saja cukup, aku sudah tiada dari lama."

Aku duduk di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku duduk di depannya. Sembari meminum teh dengan tampang elegan. "Menurutmu, bagaimana jika aku mengetahui rahasiamu?" tanyaku sambil menikmati teh-ku.

"Rahasia?" ulang Hawks. Kami sedang di ruang yang tadinya digunakan untuk sesi terapiku dengan psikolog. Barangkali kalian lupa, bahwa aku sering bolak-balik ke psikolog dan psikiater. Kalau psikiaternya akhir-akhir ini sudah tidak lagi, karena kondisiku yang membaik jadi tidak memerlukan obat. Lebih tepatnya aku minta untuk memberhentikan obat, karena itu mengganggu produktifitasku.

"Bahwa kau adalah agen ganda, Keigo Takami," ujarku pelan.

Mata Hawks melebar. Dia kaget. "Da—ri mana kau tahu?"

Aku meletakkan gelas tehku di meja. "Sudah kubilang, banyak hal yang bisa kuketahui dari quirk-ku, dan koneksi Nyonya."

Aku menatap serius Hawks, Hawks juga serius, namun setelah itu aku tertawa santai. "Tapi tenang, aku tidak akan membencimu meskipun kamu berkaitan dengan liga penjahat ataupun orang yang hampir mau membakar rambut kesayanganku—Dabi itu, dasar Dabi, aku ingin membakarnya."

"Kau tidak kesal?" tanyanya kaget. "Tapi kau hampir—"

"Tulangku patah. Tapi sudah sembuh. Aku tidak akan menyalahkanmu, Hawks. Kamu hanya menjalankan misimu, lagipula yang sudah berlalu biarkanlah berlalu," ujarku dengan santai.

"Aku dengar kamu membocorkan informasi bahwa kamu pembunuh bayaran pada teman kelasmu," ucapnya tiba-tiba.

Aku mengangguk. "Lagipula mereka sekarang tidak begitu peduli."

"Kenapa kamu membocorkannya? Tidak seperti kamu saja."

Aku mengangguk. "Mungkin," balasku. "Tapi ini bukan rahasia besar, dan mungkin suatu hari ketahuan, jadi lebih baik aku katakan sebelum ketahuan dan jadi masalah besar."

"Tapi kau tidak mengatakan tentang masa lalumu, ayahmu itu."

"Yah..." aku menghela napas. "Itu masalah lain. Jika ketahuan, bukankah aku akan dicerca?" tanyaku sambil tersenyum. "Bukankah moralku akan dipertanyakan? Bahkan diriku sendiri mempertanyakannya."

"Sebentar lagi aku akan pergi ke pulau Nabu, jadi pertemuan ini untuk sekalian pamit. Sampai jumpa Hawks. Dan selamat karena sudah menjadi pro-hero nomor 2, kamu layak untuk itu."

Pulau Nabu, pulau yang terpencil, dan pahlawan di sana semuanya sudah pensiun. Kami ditugaskan untuk bekerja di sana sampai pahlawan baru diutus ke sana.

Aku tidak ingat ada kejadian seperti ini di Boku No Hero. Atau ini movie yang tidak pernah aku tonton itu? Kalau iya, seharusnya ada kejadian besar nantinya. Entah apa itu, tapi semoga semua akan berakhir baik-baik saja.

Akio ikut bersama kami. Sebenarnya aku sudah melarangnya, mengingat aku tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Namun Akio terus keras kepala, dan beralasan dia sedang libur jadi mau ganti suasana dan ikut bersamaku.

ALICE IN BOKU NO HERO / {BNHAxOC}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang