"Lupakan omong kosong basi ini."
Aku berjalan lemah. Aku berusaha bisa sampai ke tempat Bakugo. Namun aku malah terlebih dahulu kehabisan energi, diriku bahkan mulai kehilangan kesadaran, sehingga quirk penyembuhanku tidak bekerja dengan efektif. Hanya berharap tidak dikejar oleh villain. Tapi sepertinya mereka sudah terlalu lelah untuk mengejarku.
Perutku terus mengeluarkan darah segar, amis. aku tidak berharap dapat menahan rasa sakit ini. Mungkin aku akan mati besok.
Aku berjalan sembari bertumpu dengan pohon untuk menjaga keseimbanganku. Pohon-pohon yang aku lewati terlihat ada jejak darahku. Bahkan jalan yang aku lewati sudah merah. Terlihat seperti jalan berwarna merah.
Aku tertawa kecil. Tersenyum manis. Mengapa semuanya selalu seperti ini? Aku selalu dipermainkan oleh takdir.
Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah yang mencariku. Ini benar-benar lucu. Tidak cukupkah aku selalu di banting dan dipukul oleh ayah brengsek itu?!
Lagi-lagi aku mencoba tersenyum. Mencoba memahami selera humor takdir.
LOH! Tiba-tiba banget aku jadi melankolis begini... Aneh banget. Sepertinya Dabi melukai kepalaku sehingga saraf-sarafku bekerja tidak semestinya.
Eh, aku terhenti. menatap seseorang yang tengah berjalan dengan gelisah. Aku jarang berbicara dengannya, tapi aku hafal postur tubuh itu.
"Monoma..." Ucapku rilih, ku harap dia dapat menyadarinya. Suara kecilku.
Dia menyadarinya! Monoma menoleh merasa terpanggil. Aku tersenyum lega melihatnya. Namun... Sepertinya kakiku sudah tidak kuat.
Aku terjatuh. Namun tanganku mencoba menyangga tubuh dengan berpegangan pada pohon. Dia berlari panik kearahku.
Kesadaranku sedikit hilang. Aku hanya menangkap bahwa monoma sedang membantuku bersandar pada pohon.
Sebaiknya aku berterimakasih padanya. Jika aku selamat. Dia memeriksa lukaku. Dia tidak banyak tanya, mungkin sudah tahu bahwa aku pasti saja baru saja melawan villain.
"Lukamu cukup dalam, apa yang kau lakukan? Apa anak kelas A selemah ini?" Tanya Monoma membuat kesal.
Aku menatapnya dengan datar, lalu mengangkat bahu tanda tidak tahu. "Entahlah... Monoma, bisa tolong aku? Tolong copy quirk-ku." Pintaku.
"Kau memintaku untuk menyembuhkanmu?" tanyanya, sepertinya dia mengerti. Jadi aku mengangguk.
"Kau hanya perlu mengcopy quirk-ku, lalu memegang tanganku, itu akan menyembuhkanku perlahan." Jelasku. Dia mengengguk mengerti. Duduk disampingku, lalu menggenggam tanganku.
"Seperti ini kan?" Tanya-nya memastikan. Aku mengangguk pelan. Lemas.
"Ngomong-ngomong, ini bukan pertama kalinya kita berinteraksi bukan?" Tanyaku meski dengan nada yang kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALICE IN BOKU NO HERO / {BNHAxOC}
Fantasy(Jangan baca dulu, karena aku dalam proses penelitian dan analisis terhadap karakter di boku no hero.) "Apa yang sebenarnya yang ingin disampaikan jiwa kedua itu?" Gadis itu mati. Gadis kecil yang bernama Ami itu mati. Ia ad...