Bab 27: serangan pemungkas

17 0 0
                                    


"Kenapa tidak mati saja hari ini lalu tinggalkan dunia yang absurd ini?"

Dini hari selepas hujan deras sepanjang malam. Pagi hari masih begitu dingin dan gelap, seolah ini masih malam. Di meja makan kawan-kawan makan bersama. Di saat seperti ini, yang aku inginkan hanyalah tidur, tidur, dan tidur.

Tapi, sayangnya ini senin.

Setelah makan, aku dan yang lainnya berjalan menuju sekolah. Jalan yang becek membuat jalan menjadi menyebalkan. Dan Mina yang menyebalkan itu, dengan hebatnya sibuk menginjak-nginjak genangan air.

"MINA! AIRNYA MENGENAI SEPATUKU!" protes Hagakure.

Mina tertawa jahil. Dia mendekatiku, lalu menginjak genangan di dekatku, untungnya aku menghindar dari percikan air, lalu menginjak genangan air itu hingga mengenai sepatu Mina.

"AHAHAHAHAH." Aku tertawa mengejek.

"Kurang ajar." Mina kemudian berlomba-lomba membuat sepatuku basah. Aku pun mengabaikan usahanya itu.

"Aku memulai dini hari dengan sepatu asingku, yang belum akrab denganku." Aku berdialog dengan suara serak sewaktu pagi.

"Itu sepatu kan sudah satu bulan," kata Yaomomo.

"Sudah satu bulan masa masih enggak akrab, aneh saja Kaguya," kata Sakuya. Mina menginjak kakiku, tapi aku memang sengaja mengalah padanya. "Lagian kamu kan kalau jalan-jalan juga pakai sepatu ganti-ganti," katanya, Sakuya.

Aku mengerucutkan bibir. Meskipun begitu, sepatu sekolah sering harus dilepaskan. Aku kesulitan menemukannya di antara sepatu lainnya, bahkan Sakuya yang membantuku mengenali sepatu ini.

Pagi hari. Seperti biasanya. Sekolah. Aku mencoba menahan ngantuk. Rasanya begitu menyiksa, aku harus menahan diri untuk tidak tidur setelah tadi malam hanya tidur 3 jam demi mengerjakan tugas menumpuk dan belajar.

"Kaguya, bangun," panggil Todoroki. Saat aku tertidur di meja.

"Hah?" Aku langsung kaget dan mengangkat kepalaku. "Eh, terima kasih."

"Kelas 1-A akan berfokus untuk mendapatkan surat izin pahlawan sementara. Tentu saja ujian untuk mendapatkan surat izin pahlawan sementara sangatlah sulit, tingkat kelulusannya hanyalah 50%," jelas paman Aizawa.

"Padahal hanya surat izin sementara tapi sesusah itu?" keluh Mineta. ASLI. MININAL KURANGIN DULU TUGAS MENUMPUK.

Paman Aizawa mengangguk lalu lanjut berbicara, "Karena itu kalian harus memiliki satu atau dua jurus pemungkas." Pintu terbuka, terlihat Midnight, Ectoplasm, Comentoss telah muncul dengan epic-nya.

Teman-teman bersorak senang.

"Pemungkas itu berarti gerakan yang menjadi kunci kemenangan!" jelas Ectoplasm dengan gaya keren.

Semua mendengar penjelasan para guru kecuali aku, yang mengantuk. Memikirkan strategi menyelesaikan tugas nanti malam tanpa membuatku perlu tidur 3 jam lagi. Eh, nanti saja itu. Mari pikirkan hal yang lebih penting. Mau mangga. Eh, bukan itu. Hal terpenting sekarang adalah memikirkan jurus pemungkas. Ada baiknya aku memikirkannya sekarang.

ALICE IN BOKU NO HERO / {BNHAxOC}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang