Bab 09: Rasa Cemas

230 128 20
                                    

"Disaat merasa kesepian tak ada satu orang pun yang datang menghampiri bahkan untuk mengulurkan tangannya sembari berkata, "Kamu nggak papa? Kalimat yang terdiri dari tiga frasa namun bisa berdampak besar apabila salah untuk diartikan."-Zaraalthanni06


Happy Reading
__________________

Adel celingukan kesana-kemari melihat sekeliling, ternyata dirinya yang lebih dulu datang dari pada Bumi yang menyuruhnya untuk menemui dirinya.

"Ck! gimana sih, dia nyuruh dateng kesini tapi dia sendiri yang belum datang," gumam Adel.

Hampir sepuluh menit Adel menunggu kedatangan Bumi yang tak kunjung datang, gadis dengan balutan seragam putih abu itu berdecak sebal,"Awas aja kalau gue ketemu sama Lo!" sungutnya berapi-api.

Disaat Adel akan meninggalkannya tempat tersebut, tiba-tiba langkah kakinya terhenti ketika melihat orang yang baru saja ia sebutkan sudah berada dihadapannya dengan senyumanan yang kini terukir diwajahnya yang tampan.

Adel berusaha mengabaikan Bumi, dirinya tetap melangkah dengan bantuan tongkat hanya untuk sekedar berjalan, menginggat kondisi kakinya yang belum sembuh total.

"Kamu nungguin Aku lama ya?" tanya Bumi, berusaha menghalangi jalan Adel.

Adel tak bergeming, ia menatap iris kecoklatan milik Bumi dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun, karena Bumi yang cepat peka terhadap situasi maupun kondisi dihadapannya dengan cepat cowok itu meminta maaf dan menjelaskan alasan dirinya terlambat untuk menemui kekasihnya itu.

"Aku tahu, aku salah...tapi tolong dengerin penjelasan aku dulu," mohon Bumi, dengan cepat ia mengganti expresi wajahnya seperti seseorang yang perlu dikasihani.

Tatapan Adel teralih menoleh pada tembok putih sekolah. Bumi mengikuti arah pandang Adel.

"Iya! Kenapa telat?" tanya Adel lugas, jika  dijabarkan kini expresi maupun gelagatnya mirip layaknya seperti algojo yang siap-siap memenggal kepala mangsanya.

Bumi mengeluarkan sebuah bucket bunga mawar merah dengan secarcik kertas diatas bunga tersebut.

"Jadi ini alasan kamu telat tadi?" tanya Adel sembari memendangi bucket bunga pemberian Bumi padanya.

Bumi menganggukkan kepalanya pelan sembari tersenyum simpul, "Aku khawatir sama kamu," ujar Bumi secara tiba-tiba memeluk tubuh mungil itu.

"Kenapa Bumi? Ada masalah?" tanya Adel merasa binggung dengan sikap Bumi.

"Kamu sudah denger kejadian di toilet itu?" Adel mengangguk, perlahan ia melepaskan pelukan itu dengan ragu.

"Aku sudah tahu kok, emangnya kenapa?

"Nggak papa, oh iya...untuk saat ini kamu yakin ngikutin pelajaran?"

"Harus dong! Aku sudah ketinggalan materi jauh banget...mau nggak mau aku harus tetap masuk sekolah."

"Tapi kondisi kam--" Belum saja Bumi melanjutkan perkataannya, Adel terlebih dahulu menjedanya.

BUMIGORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang