Bab 20: Perkataan yang sangat Berarti

194 60 10
                                    

🌷-Jangan lelah untuk bertahan walaupun terkadang itu menyakitkan-🌷

Happy Reading
__________________

Matahari mulai condong ke barat,  menghujani pantai dengan cahaya keemasan yang lembut.  Sinar matahari yang hangat  menembus dedaunan pohon besar yang menjulang tinggi,  menciptakan  corak  cahaya  indah  di  atas  pasir putih.  Barsha melirik jam tangannya,  jarum pendek sudah menunjuk angka tiga,  menandakan waktu sudah sore.  Dengan perlahan,  ia merebahkan tubuhnya di atas hamparan pasir putih yang lembut.

Pohon besar itu  menaungi Barsha dengan bayangan rindangnya,  memberikan  rasa  teduh  dan  nyaman.  Angin sepoi-sepoi berhembus,  membawa aroma karang yang menyengat pada pancra penciuman gadis itu.Ia memejamkan mata,  merasakan  hangatnya pasir di bawah tubuhnya,  dan  menikmati  suasana  tenang  di  pantai  sore  itu.

Namun,  suara samar-samar  menarik perhatiannya.  Seolah ada yang memanggil namanya dari kejauhan.
Barsha bangkit,  menoleh ke arah sumber suara.  Di kejauhan,  terlihat perahu putih milik ayahnya sedang menepi.  Perahu itu  berukuran sedang,  cukup besar untuk melaut,  tetapi  tidak terlalu besar sehingga  mudah  dipandu  oleh  satu  orang.

"Ayah,  gimana hasil tangkapan hari ini lancar?" tanya Barsha,  napasnya terengah-engah karena berlari.

"Dapat Kak, tapi tidak sebanyak kemarin," jawab Pak Ali,  suaranya  menunjukkan  sedikit  kekecewaan,  namun  tetap  mencoba  terlihat  optimis.

"Syukurlah kalau dapat,  daripada  nggak  dapat  sama  sekali  kan."  Barsha  berusaha  menghibur  sang  ayah  dengan  kata-kata  yang  ia  rangkai  sendiri,  walaupun  dirinya  juga  merasa  sedikit  sedih  karena  hasil  tangkapan  hari  ini  terlalu  sedikit  tidak  seperti  hari-hari  biasanya.

"Yaudah, kalau gitu ikannya ntar Ayah yang bawa ke Bi Tenah."

Barsha langsung berdiri, mengambil keranjang berisi ikan dari tangan Ayahnya.

"Eh nggak usah Ayah ... biar Barsha aja yang bawa, mendingan Ayah pulang istirahat aja.  Bentar lagi mau sore juga, Ayah pasti capek," ujar Barsha sambil tersenyum lembut.

Ali tersenyum, matanya berbinar hangat.  Di dalam hatinya, ia merasakan gelombang rasa syukur yang dalam.  Barsha, anak perempuannya, adalah bukti nyata dari kasih sayang dan perjuangan yang ia dan istrinya curahkan selama bertahun-tahun.  Setiap tetes keringat, setiap malam tanpa tidur, setiap kata-kata nasihat yang terucap, semuanya terbayar lunas dengan melihat Barsha tumbuh menjadi gadis yang kuat dan baik hati.  Ia tak henti-hentinya kagum, melihat bagaimana benih kebaikan yang mereka tanam sejak kecil tumbuh menjadi bunga yang indah dan harum.  Barsha adalah bukti nyata bahwa cinta dan kasih sayang mampu melahirkan pribadi yang luar biasa.

"Makasih ya Nak, ayah bangga punya anak kayak kamu," ujar Ali, suaranya bergetar menahan haru.  Matanya berkaca-kaca, berusaha menahan air mata yang menganak sungai di pelupuknya.

Barsha terkekeh, "Ayah lebay banget sih, lama-kelamaan mirip kayak Ibu."  Ia berusaha mengalihkan perhatian sang ayah dengan nada bercanda.

"Yaudah sana gih anter ikannya dulu sebelum kesorean," kata Ali, tersenyum lembut dan mengusap kepala Barsha dengan penuh kasih sayang.

"Yaudah Yah, Barsha berangkat dulu," ujar Barsha sambil mencium pipi Ayahnya sekilas, hatinya berbunga-bunga.

Ia melangkah cepat, keranjang ikan di tangannya terasa ringan.  Kata-kata manis Ayahnya masih terngiang di telinganya,Uang merah di genggamannya terasa hangat, namun bagi Barsha, ucapan sayang Ayahnya jauh lebih berharga.

BUMIGORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang