38 : Amplop Merah

31 6 0
                                    

Hari perlombaan class meeting pun tiba.  Udara pagi terasa segar,  menyeruak masuk ke dalam lapangan sekolah yang sudah dihiasi dengan berbagai macam dekorasi.  Pak Anto,  yang telah melatih sebagian para murid yang telah dipilihnya kurang lebih selama dua minggu,  kini berkumpul di pinggir lapangan.  Laki-laki itu memberikan afirmasi kepada anak didiknya,  agar bermain dengan serius dan semaksimal mungkin. 

“Kalian sudah berlatih keras,  sekarang tunjukkan kemampuan terbaik kalian!” serunya,  suaranya bergema di tengah lapangan.  Hingga terdengar suara panitia dari speaker sekolah,  menyuruh para murid dari sekolah lain untuk berkumpul di tengah lapangan.  Mereka semua berbaris memanjang ke belakang,  membuat formasi yang rapi.

Setelah selesai menyampaikan kalimat pembuka untuk meresmikan acara class meeting hari ini,  para murid dari sekolah lain dituntun menuju ruangan lomba masing-masing.  Hari ini,  tim basket,  tim voli,  dan lomba cerdas-cermat dilaksanakan.  Untuk lomba lainnya akan dilaksanakan besok.

Barsha berjalan ke sisi lapangan voli bersama teman-teman lainnya.  Mereka menunggu giliran untuk bertanding kemudian mendengarkan intruksi yang diberikan oleh juri.  Sedangkan,  Bumi sudah berada di lapangan basket,  mendengarkan arahan yang diberikan. Di sisi lain,  Aksa kini sedang berada di ruangan yang letaknya tak terlalu jauh dari tempat Barsha dan Bumi bertanding.  Sehingga bisa membuat dirinya melihat permainan mereka.

Sampai terdengar suara peluit menggema di seluruh lapangan,  baik basket maupun voli,  menandakan permainan telah dimulai.  Bumi,  yang menjadi ketua timnya,  pun membentuk formasi agar mudah dalam mencetak angka.  Ia terlihat fokus,  matanya tajam mengamati pergerakan lawan.  Di lapangan voli,  Barsha dan teman-temannya juga sudah bersiap, bertekad untuk memberikan hasil yang terbaik.

Suasana di lapangan semakin ramai. Sorak-sorai para penonton terdengar nyaring,  menambah suasana semakin meriah. Di sisi lain, Barsha dengan lihai memainkan permainan voli bersama timnya.  Ia melompat tinggi,  menghentakkan kakinya,  dan  memukul bola voli dengan sekuat tenaga.  Meskipun tim lawan berhasil mencetak beberapa poin,  Barsha dan timnya terus berjuang,  mencoba untuk mengimbangi permainan lawan.

Hingga beberapa menit berlalu,  pertandingan basket dan voli telah berakhir karena waktu yang telah habis.  Detak jantung Barsha masih berdebar kencang,  keringat membasahi wajahnya.  Ia  menghela napas lega,  mencoba untuk menenangkan detak jantungnya.

Berdasarkan poin yang telah dicetak,  Tim Bumi berhasil mencetak 7 angka,  sedangkan Tim Barsha berhasil mencetak 5 angka.  Pak Anto, membentuk lingkaran besar bersama anak muridnya.  Ia  mengucapkan terima kasih kepada mereka karena sudah bermain hari ini. 

Aksa,  yang masih berada di kelas, menyelesaikan lomba cerdas-cermat tinggal tersisa waktu 2 menit sebelum waktu berakhir. Suasana di lapangan voli dan basket  berangsur tenang setelah pertandingan berakhir.  Para murid  berbincang-bincang,  saling bertukar cerita,  dan  menunggu pengumuman hasil lomba.

***

Barsha menatap ke arah dinding kamarnya, sembari mengembuskan napas lega.  Pertandingan voli telah berjalan lancar dan sesuai dengan harapan mereka.  Timnya berhasil meraih kemenangan,  menorehkan poin yang cukup banyak.  Ia merasa sedikit lega.

“Hebat banget lo barusan Sha,  jago juga ya ternyata lo main voli,” ucap Tiara,  sembari tersenyum ke arah Barsha.  Ia duduk di samping Barsha,  menatap sahabatnya itu dengan penuh kekaguman.

Barsha beranjak dari kursi belajarnya,  lalu menuju kasur.  Ia merebahkan tubuhnya di sana,  kemudian disusul oleh Tiara yang ikut merebahkan tubuh di samping gadis itu.

“Eh Sha,  lo barusan nggak lihat Bumi main basket?” tanya Tiara,  penasaran.

“Gimana gue mau lihat, barusan gue tanding samaan bareng dia.” Barsha terkekeh,  menjawab pertanyaan Tiara dengan nada sedikit kesal.

BUMIGORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang