34: Hening

62 20 4
                                    

"Dalam hening, kita menemukan suara hati yang sebenarnya."

Happy Reading
_________________

Barsha menyepitkan kedua matanya, seolah  mencoba menembus kabut yang menyelimuti  pikirannya. Jari-jarinya  bergerak  dengan  gesit, mencari  pegangan loker yang berisi seragam  olahraganya. Ia bersiap  untuk  berganti  seragam putih abu yang membalut tubuhnya  sekarang dengan seragam putih berbalut biru muda di  kerahnya.

Tiara berdiri di samping Barsha. "Sha,  udah  siap  belum?" tanyanya,  suaranya menyeruak  di antara suara gadis-gadis lain yang bersiap  untuk berganti seragam.

Barsha mengangguk pelan, jari-jarinya masih  sibuk mengatur kerah seragam olahraganya.  "Baru aja  selesai," jawabnya.

"Giliran gue ganti baju, lo tunggu di sini ... awas aja ninggalin gue," ucap Tiara,  suaranya  berubah  menjadi sedikit ketus,  menunjukkan  kecemasan apabila Barsha akan meninggalkannya.

Gadis itu menanggapi  permintaan Tiara  dengan anggukan kepala yang cepat.

  "Iya, buruan,"  jawabnya.

Tiara  memasuki  toilet  untuk  bergantian  mengganti  seragam,  meninggalkan  Barsha  yang  menunggu  di  depan  pintu.

Gadis itu terpaku di depan cermin besar yang terpasang di depan wastafel.  Tatapannya tertuju pada pantulan wajahnya, namun bukan dirinya yang ia lihat di balik kaca, kilasan momen kebersamaan dengan Bumi, dua hari silam, berputar-putar dalam benaknya.

Barsha menyadari ada sesuatu hal yang di rasakan oleh lelaki. Ia merasa lekaki itu tengah terpuruk dalam kesepian dan tak ada seorang pun yang benar-benar mengerti dirinya.

Ia mengembuskan napas berat,  dadanya terasa sesak.  Detik berikutnya,  bayangan Bumi di cermin berganti,  memantulkan dirinya sendiri. 

"Ish, ngapain sih gue mikirin Bumi?" gerutu Barsha, jari-jarinya mengacak rambutnya yang mulai kusut.  Ia kembali menatap pantulan dirinya di cermin.

"Ti, cepetan dong! Udah lama banget!"  teriak Barsha,  suaranya terdengar  sedikit kesal masih menunggu  Tiara  di  depan  toilet.

"Bentar, masih pakai parfum," jawab Tiara dari dalam.

Barsha memutar bola matanya malas. "Lama banget sih," gumamnya.  Tiara, yang mendengar keluhan Barsha,  mengeluarkan suara tawa kecil dari dalam toilet.

"Sabar, Sha!  Nggak usah ngomel mulu," jawab Tiara.

Detik berikutnya, Tiara keluar dari toilet lalu menyamai langkah Barsha,  keduanya berjalan beriringan menuju lapangan,  menyusul beberapa teman sekelas yang sudah berada di sana.

***

Pak Satya sudah berada di lapangan, wajahnya yang tegas menyambut  para  murid.  Ia  berdiri  tegak, mengarahkan  pandangannya  ke arah para murid yang  baru  datang.

"Ayo anak-anak, berbaris  rapi!"  Suaranya  bergema  di  lapangan.

Para  murid  pun  bergegas  mengatur  barisan  mereka,  menuruti  perintah  gurunya.

"Riko,  pimpin pemanasan!"  perintah Pak Satya menunjuk Riko.

Riko mengangguk,  lalu bergerak ke depan  barisan memimpin  teman-temannya untuk melakukan  pemanasan.  Setelah  melakukan pemesanan selama 20  menit,  dia kembali  ke barisan awalnya.

"Baiklah anak-anak, selamat pagi!"  Pak Satya  menyapa  dengan  suara  yang  tegas  namun  hangat.  Senyum  simpul  tersungging  di  bibirnya.

BUMIGORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang