"Dalam hening, kita menemukan suara hati yang sebenarnya."
Happy Reading
_________________Barsha menyepitkan kedua matanya, seolah mencoba menembus kabut yang menyelimuti pikirannya. Jari-jarinya bergerak dengan gesit, mencari pegangan loker yang berisi seragam olahraganya. Ia bersiap untuk berganti seragam putih abu yang membalut tubuhnya sekarang dengan seragam putih berbalut biru muda di kerahnya.
Tiara berdiri di samping Barsha. "Sha, udah siap belum?" tanyanya, suaranya menyeruak di antara suara gadis-gadis lain yang bersiap untuk berganti seragam.
Barsha mengangguk pelan, jari-jarinya masih sibuk mengatur kerah seragam olahraganya. "Baru aja selesai," jawabnya.
"Giliran gue ganti baju, lo tunggu di sini ... awas aja ninggalin gue," ucap Tiara, suaranya berubah menjadi sedikit ketus, menunjukkan kecemasan apabila Barsha akan meninggalkannya.
Gadis itu menanggapi permintaan Tiara dengan anggukan kepala yang cepat.
"Iya, buruan," jawabnya.
Tiara memasuki toilet untuk bergantian mengganti seragam, meninggalkan Barsha yang menunggu di depan pintu.
Gadis itu terpaku di depan cermin besar yang terpasang di depan wastafel. Tatapannya tertuju pada pantulan wajahnya, namun bukan dirinya yang ia lihat di balik kaca, kilasan momen kebersamaan dengan Bumi, dua hari silam, berputar-putar dalam benaknya.
Barsha menyadari ada sesuatu hal yang di rasakan oleh lelaki. Ia merasa lekaki itu tengah terpuruk dalam kesepian dan tak ada seorang pun yang benar-benar mengerti dirinya.
Ia mengembuskan napas berat, dadanya terasa sesak. Detik berikutnya, bayangan Bumi di cermin berganti, memantulkan dirinya sendiri.
"Ish, ngapain sih gue mikirin Bumi?" gerutu Barsha, jari-jarinya mengacak rambutnya yang mulai kusut. Ia kembali menatap pantulan dirinya di cermin.
"Ti, cepetan dong! Udah lama banget!" teriak Barsha, suaranya terdengar sedikit kesal masih menunggu Tiara di depan toilet.
"Bentar, masih pakai parfum," jawab Tiara dari dalam.
Barsha memutar bola matanya malas. "Lama banget sih," gumamnya. Tiara, yang mendengar keluhan Barsha, mengeluarkan suara tawa kecil dari dalam toilet.
"Sabar, Sha! Nggak usah ngomel mulu," jawab Tiara.
Detik berikutnya, Tiara keluar dari toilet lalu menyamai langkah Barsha, keduanya berjalan beriringan menuju lapangan, menyusul beberapa teman sekelas yang sudah berada di sana.
***
Pak Satya sudah berada di lapangan, wajahnya yang tegas menyambut para murid. Ia berdiri tegak, mengarahkan pandangannya ke arah para murid yang baru datang.
"Ayo anak-anak, berbaris rapi!" Suaranya bergema di lapangan.
Para murid pun bergegas mengatur barisan mereka, menuruti perintah gurunya.
"Riko, pimpin pemanasan!" perintah Pak Satya menunjuk Riko.
Riko mengangguk, lalu bergerak ke depan barisan memimpin teman-temannya untuk melakukan pemanasan. Setelah melakukan pemesanan selama 20 menit, dia kembali ke barisan awalnya.
"Baiklah anak-anak, selamat pagi!" Pak Satya menyapa dengan suara yang tegas namun hangat. Senyum simpul tersungging di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMIGORA
Teen FictionBumi, seorang pria yang pernah mengalami patah hati ketika kekasihnya meninggal lalu bertemu dengan sesosok seorang wanita yang membuat hatinya berdebar kembali. Namun, dalam perjalanan mencari kebahagiaan, Bumi harus memutuskan apakah dia akan memb...