Bab 03: Are You Okay Baby (2)

739 278 165
                                    

"Aneh memang, ketika orang sedang merasakan jatuh cinta, ia seperti orang yang sangat bahagia di dunia ini. Bagaimana tidak? Melihat kedua sandal jepit nya saya sudah membuat nya tersenyum." -Zaraalthanni06


𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔
_________________________________________

Bumi berlari melewati koridor rumah sakit yang kini telah di penuhi oleh beberapa pasien dan perawat. Pemuda itu menenteng kresek hitam di tangan kanan nya, bersamaan dengan itu ia memutar engsel pintu rumah sakit, yang menciptakan decitan aneh. Aksa yang menyadari kedatangan Bumi pun lansung menoleh ke arah pemuda itu dengan kondisi wajah yang sedikit memar, khusunya pada bagian mata sebelah kiri.

"Muka lo kok bonyok gitu? Habis keroyokan?" tanya Aksa, beranjak dari kursinya lalu menghampiri Bumi dengan kondisi wajah yang tak biasa.

Bumi menarik pergelangan tangan Aksa, bermaksud untuk mengajak dan menceritakan kejadian yang menimpanya beberapa jam yang lalu.

"Gue tadi berusaha buat ngejar pelaku penabrakan Adel. Tapi si brengsek itu nyiram gue pakai gas air mata, dan saat ada kesempatannya dia nonjok dan melarikan diri!" geram Bumi sembari mengepalkan kedua tangannya.

"Tapi lo, siapa orang yang sudah nabrak Adel?" tanya Aksa.

Bumi menghela nafas berat, sembari menatap lantai rumah sakit. "Nggak, gue nggak sempet ngelihat wajah pelaku."

"Terus rencana lo sekarang apa?" tanya Aksa kembali.

"Gue belum mikirin hal itu, sekarang yang terpenting  gue harus ketemu Adel dulu. Gue khawatir kalau pelaku penabrakan ngincar Adel."

Aksa pun menganggukkan kepala paham lalu memberikan sedikit jalan untuk Bumi menuju ruangan di mana Adel di rawat. Bumi meletakkan kantong plastik hitam itu di atas nakas lalu kedua matanya menatap dengan sayu perban yang terlilit di kepala wanita terkasihnya itu.

"Sayang, maafin aku," lirih Bumi sembari mengelus lembut pucuk rambut Adel. Di saat bersamaan, Adel terbangun oleh lirih suara Bumi yang khas itu.

"Bumi... kamu dari mana aja?" tanya Adel, menoleh ke arah Bumi.

"Maafin aku, karena sudah niggalin kamu beberapa hari, aku ada urusan di luar, " balas Bumi masih mengelus pucuk rambut Adel.

"Urusan apa?" tanya Adel, namun Bumi tak merespon pertanyaan membuat Adel menganggukkan kepala nya paham bahwa urusan yang di maksud oleh Bimi itu tak ingin di beritahukan pada dirinya.

"Yasudah...kalau kamu nggak mau ngasih tahu, tapi pleasejangan ninggalin aku sendirian di sini," ujar Adel sembari mengenggam erat pergelangan tangan Bumi.

Melihat raut wajah dan pergelangan tangan Adel mengenggam nya dengan kuat, Bumi semakin terenyuh dan dapat merasakan, ketakutan yang amat besar yang kini di rasakan oleh kekasihnya itu. Jujur saja, Bumi tak tega melihat kondisi Adel seperti ini, hidup yang awalnya damai dan tentram kini tiba-tiba berganti, menjalani kehidupan di bawah ancaman-ancaman oknum yang merasa dirinya paling berkuasa.

"Hei, jangan nangis," tutur Bumi pada Adel yang tiba-tiba menangis.

"Aku takut..." lirihnya sembari menggelengkan kepalanya pelan.

BUMIGORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang