Bab 21: Video yang Beredar

169 58 14
                                    

Happy Reading
_____________________

Barsha,  dengan cekatan, merapikan bantal-bantal sofa dan menata ulang beberapa buku yang berserakan di meja. Selesai merapikan ruang tamu, Barsha beranjak ke dapur. Aroma rempah dan minyak goreng yang harum menyeruak di udara, menandakan ia sedang mengolah cemilan ringan untuk teman-temannya.

Pak Ali, yang baru saja pulang dari pantai,  mendengar suara ongsengan wajan dari arah dapur.  Ia mengerutkan kening,  penasaran dengan apa yang sedang dimasak oleh putrinya.  Dengan langkah santai,  ia mendekati sumber suara dan mengintip dari ambang pintu,  mencoba melihat apa yang sedang terjadi di dapur.

Lelaki  paruh  baya  itu  menatap  binggung  ke  arah  Barsha  yang  sedang  sibuk  memasak.  "Nak,  tumben  banget  masak  di  jam  segini?" tanya Ali.

Barsha  menoleh  ke  belakang  dan  mendapati  sang  ayah  berdiri  di  ambang  pintu.  Ia  tersenyum  simpul.  "Eh,  Ayah  udah  pulang.  Mau  Barsha  buatin  kopi  nggak,  Yah?"  tanya  Barsha..

"Nanti  aja,  terus  itu  masak  di  jam  segini  kenapa?"  tanya  Ali,  suaranya  menunjukkan  rasa  keingintahuan.

"Oh ... ini buat teman-teman Barsha, Yah.  Rencana  nya  nanti  sore  mereka  mau  kesini."

Ali  manggut-manggut  mendengar  perkataan  Putrinya.

"Kalau  gitu  Ayah  mampir  ke  swalayan  dulu  ya,  mau  beli  minum  buat  teman-teman  mu."  Barsha  mengangguk  kepalanya.

***

Gelak tawa dan suara riuh rendah menggema dari ruang tamu,  menandakan  suasana  yang  hangat  dan  menyenangkan  menyelimuti  mereka.  Sudah  hampir  dua  jam  lebih  mereka  berada  di  sana,  menikmati  waktu  bersama.

Tiara, yang asyik menyelami dunia film kesukaannya di laptop, tak menyadari Akmal sedang melahap habis cemilan yang terhidang di atas meja.  Ketika ia ingin menikmati kue favoritnya, matanya celingukan mencari kue yang ia taruh di piring khusus. "Loh, kue nya kemana?" gumamnya heran,  mencari-cari  kue  yang  hilang.

Akmal,  yang  tak  ingin  ketahuan  dan  tak  ingin  mendengar  celotehan  Tiara,  bergegas  berpura-pura  menerima  telepon.  Ia  beranjak  dari  sofa  dengan  senyum  canggung,  mencoba  menghindar  dari  pertanyaan  Tiara  yang  pasti  akan  mengiringi  hilangnya  kue  itu.

"Halo?  Iya,  bentar  lagi  sampai,"  gumamnya  sembari  menjauh  dari  Tiara,  berharap  gadis  itu  tak  mencurigai  apapun.

Barsha menunjuk sebuah kaset dengan sampul bergambar band rock era 80-an, warnanya pudar dan sedikit kusam,  tapi tetap terlihat keren di matanya.

"Ini kaset kesukaan Ayah gue waktu muda,"  ujarnya sambil tersenyum,  suaranya lembut seperti alunan musik dari kaset itu sendiri. 

"Katanya,  dulu Ayah sering banget dengerin ini sambil ngerjain tugas kuliah."

Riko, yang selama ini hanya mengenal musik digital,  terlihat sangat penasaran dengan kaset-kaset jadul itu.  Ia mengamati dengan saksama,  jari-jarinya menyentuh permukaan kaset yang kasar,  seolah-olah ingin merasakan kembali masa lalu yang terukir di sana.

BUMIGORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang