37: Pertengkaran Sederhana

47 10 0
                                    

Mentari sore menyapa pantai dengan hangat, menyapa Barsha yang sedang membantu ayahnya merapikan jaring dan keranjang di tepi dermaga. Aroma laut asin bercampur dengan bau ikan segar, menjadi aroma khas yang sudah melekat erat pada dirinya.

Setelah  merapikan  alat-alat,  Barsha  menuju  kedai  Bi  Tenah,  menghantarkan  hasil  tangkapan  hari  itu.  Kedai  itu  berada  di  ujung  jalan  sepi,  dekat  dengan  dermaga  nelayan.  Aroma  ikan  goreng  dan  kopi  menyebar  di  udara,  menarik  perhatian  Barsha.

Jarum  jam  menunjukkan  pukul  tiga  sore.  Barsha  bergegas  menuju  kamar  mandi,  mencuci  kotoran  dan  bau  asin  yang  menempel  di  tubuhnya.  Hari  ini  adalah  hari  terakhir  latihan  untuk  kegiatan  class  meeting  yang  akan  berlangsung  minggu  depan.

Setelah bersiap, Barsha menuju halaman rumah berniat memanaskan sepeda motornya.  Namun, sialnya, saat ia hendak menyalakan mesin, motor tua itu tiba-tiba mengeluarkan suara yang membuat siapa pun di sekitarnya terkejut.

Barsha mengerjap kaget, tangannya terangkat mengelus dadanya.  Ia menatap motor tua itu dengan tatapan bingung.  Sembari mencoba mencari sumber suara, ia mendekatkan wajahnya ke knalpot.  Tiba-tiba, asap hitam mengepul keluar dari sana, menghitamkan wajahnya.

Ia terbatuk, tangannya sibuk mengibaskan asap yang mengepul di sekitar wajahnya, “Huk---- huk, duh, motor ini ada masalah apaan lagi sih? Padahal baru kemarin diperbaiki!” gerutunya kesal.  Barsha bangkit, berjalan memutari motor tua itu, berusaha mencari letak kesalahannya.  Namun, nihil. Ia sama sekali tak menemukannya.  Lebih tepatnya, ia tak tahu apa penyebabnya.

Ayahnya sedang tidak di rumah, membuat Barsha sedikit kesulitan. “Mana, Ayah pulang sorean lagi,” gumamnya, menatap motor yang masih mengeluarkan asap dengan wajah bingung.

Ia menggaruk tengkuknya, meskipun tak gatal, sembari memikirkan cara untuk berangkat ke sekolah.  Sebuah ide kemudian terlintas di benaknya.  Ia memutuskan untuk meminta Tiara untuk berangkat bersamanya, karena ia ingat Tiara sore ini gadis itu menuju sekolah dengan motornya.

  Ia memutuskan untuk meminta Tiara untuk berangkat bersamanya, karena ia ingat Tiara sore ini gadis itu menuju sekolah dengan motornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barsha menghembuskan napas perlahan, sembari membaca ulang pesan yang baru saja dikirimkan Tiara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barsha menghembuskan napas perlahan, sembari membaca ulang pesan yang baru saja dikirimkan Tiara.  Sekarang, dengan siapa ia harus berangkat ke sekolah?  Tidak mungkin ia melewatkan latihan hari ini, karena ia sudah memberi tahu Tiara untuk meminta izin kepada Pak Satya bahwa ia akan terlambat.

“Hmm ... apa gue minta tolong Riko aja ya?”batinnya.

“Tapi ... gue nggak banget kalau tiba-tiba minta bantuan.”

BUMIGORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang