"Jangan biarkan waktu berlalu begitu saja tanpa meninggalkan jejak." 🌷
Happy Reading, Bandung//2017
_________________________________Matahari mulai menurun di ufuk barat, menandakan hari sudah menjelang sore. Sesuai, rencana, ketiga cowok itu bergegas menuju rumah Bumi sepulang sekolah. Motor mereka menembus jalanan kota dengan cepat. Asap knalpot motor mereka menebar di udara sore yang panas, menyeruak di antara deretan mobil yang berjejer di pinggir jalan.Suara mesin motor bercampur dengan suara klakson mobil dan teriakan penjual kaki lima menciptakan simfoni kota yang merdu. Hingga akhirnya, setelah menempuh waktu sekitar 30 menit, mereka pun sampai di depan halaman rumah Bumi.
Tok ... Tok ... Tok. Suara ketukan pintu itu bergema.
Tak lama kemudian, terdengar bunyi engsel berputar di susul pintu yang perlahan terbuka menampilkan seorang wanita berusia tiga puluhan berdiri di ambang pintu dengan senyum simpul terukir di wajahnya. Anggi menyapa ketiga cowok itu dengan hangat.
"Eh, kawan-kawannya Bumi datang, ayo masuk." Anggi menarik sedikit tubuhnya ke samping, memberi jalan bagi mereka untuk memasuki rumah Bumi.
"Apa kabar, Tante?" sapa David, menundukkan kepala dengan sopan sambil menyalami punggung tangan Anggi. "Lama gak ketemu, Tante makin cantik aja," tambahnya dengan senyum yang menawan.
Adit dan Reza mengikuti langkah David, menyapa Anggi. "Selamat sore, Tante," ucap Adit dengan senyum yang lembut. Reza menangguk menanggapi sapaan Adit.
"Sehat kok," jawab Anggi. "Kalian bertiga gimana kabarnya?" Ia menatap ketiga cowok itu dengan tatapan yang hangat.
"Seperti yang Tante lihat sekarang ini," jawab Adit. "Sehat walau sedikit capek sama tugas sekolah," lanjutnya, mencoba mencairkan suasana dengan kelakar. Tawa itu menular ke Reza dan David."
"Syukurlah kalau begitu," ujar Anggi, menanggapi jawaban Adit dengan senyum yang hangat. "Oh iya, Tante sampai lupa, kalian bertiga mau jenguk Bumi kan?" Ia menatap ketiga cowok itu dengan tatapan yang penuh keingintahuan.
David menautkan alisnya, menunjukkan rasa kebingungan yang terukir di wajahnya. "Bumi sakit, Tante?" tanyanya.
Anggi menangguk pelan. "Iya, sudah dari semalam dia nggak enak badan, pas Tante periksa ke dokter katanya sih demam," jelas Anggi, suaranya menyertakan sedikit kekhawatiran.
"Oh gitu ya Tan," jawab David.
"Tante bingung, kok dia bisa demam perasaan ... Tante nggak pernah lihat dia main hujan-hujanan, apalagi pergi di cuaca kayak gitu."
"Mungkin masuk angin, Tan," kata Reza, berusaha mencari alasan yang masuk akal. "Apalagi belakangan ini cuacanya agak berangin. Bumi kan lebih sering kemana-mana pakai motor, bisa jadi masuk angin."
Anggi mengangguk setuju. "Betul juga yang kamu bilang," sahutnya. Adit dan David pun ikut mengangguk, seakan-akan setuju dengan pendapat Reza.
"Oh iya, kalian mau minum apa? Biar Tante buatin," tawar Anggi, matanya menatap ketiga pemuda itu.
"Teh hangat aja Tan," jawab Reza mewakili yang lain. "Cuaca lagi dingin, pas banget minum teh hangat," lanjutnya sambil tersenyum.
"Yaudah, kalian langsung samperin Bumi ke kamarnya ya. Tante buatin minum dulu," kata Anggi sambil tersenyum dan beranjak menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMIGORA
Teen FictionBumi, seorang pria yang pernah mengalami patah hati ketika kekasihnya meninggal lalu bertemu dengan sesosok seorang wanita yang membuat hatinya berdebar kembali. Namun, dalam perjalanan mencari kebahagiaan, Bumi harus memutuskan apakah dia akan memb...