Bab 29 : Di Ambang Dilema

85 24 4
                                    

"Apakah Tuhan mampu membolak-balikan hati manusia?"

Happy Reading
_______________

Bumi berjalan menyusuri jalan setapak, memasuki sebuah pemukiman kecil yang berjarak beberapa meter dari arah laut. "Rumah kayu ... where are you?" monolog Bumi sambil mengamati satu-persatu rumah warga yang dilewatinya.

Sampai, sudut mata Bumi menangkap sebuah rumah yang sama persis seperti dicarinya. "Itu rumahnya bukan ya?" batin Bumi ragu, tetapi hanya kediaman itu saja satu-satunya yang berbahan kayu bukan bata.

Di sisi lain nampak seorang lelaki berbadan sedikit kekar, sedang duduk diruang tengah sembari menikmati secangkir kopi hitam dengan beberapa cemilan ringan di atas meja. "Ahhh ... kopi buatan anak ayah ini memang juara!" puji Ali, mengapresiasi kopi hitam buatan sang putri.

Barsha tersenyum manis sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. "Pastinya!"

"Kak, cemilannya taruh aja di dapur ntar Ayah makan, soalnya mau keluar bentar."

"Kemana, Yah?" tanya Barsha.

"Mau kerumah Pak Murdi, ada sesuatu hal yang mau di bicarakan." Barsha manggut-manggut mendengar jawaban dari sang ayah.

"Baik-baik di rumah, kalau mau pergi keluar jangan pulang lama-lama." Barsha tersenyum kembali sambil menganggukkan kepala. Ia merasa bersyukur kepada Tuhan karena di karuniai seorang ayah seperti Ali, yang amat menyayangi dirinya.

"Hati-hati di jalan, Yah."

***

Kini Barsha berada di dapur sedang memasak hidangan untuk makan malam nanti, dengan cekatan gadis itu memasukkan bumbu ke dalam wajan lalu mengaduknya layaknya seorang chef profesional menciptakan aroma masakan yang khas. "Pasti ayah senang kalau aku buatin sayur asem."

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar sana membuat perhatian gadis itu teralihkan. "Iya bentar!" ucap Barsha sedikit meninggikan intonasi bicaranya.

Gadis itu perlahan berjalan menuju ke arah pintu untuk melihat sosok siapa yang datang.

CEKLEK!!!

Pintu perlahan terbuka, senyuman yang awalnya terpancar bahagia pada raut wajah Barsha telah berganti, di saat melihat sosok yang berdiri dihadapannya sekarang.

Gadis itu menatap dengan gusar, rasanya Ia ingin menutup kembali pintu dengan cepat. "Lo buntutin gue ya!" kata Barsha sambil menunjuk wajah cowok itu dengan telunjuk jari lentiknya.

Bumi tersenyum sinis sambil menyingkirkan tangan Barsha dari wajahnya. "Buntutin lo? Kurang kerjaan banget gue," sangkal Bumi namun, netra hitam legam itu enggan berkontak mata dengan Barsha melainkan mengarah lain.

Bukan Barsha namanya, apabila dirinya lansung mempercayai perkataan Bumi begitu saja, melainkan ia bergidik ngeri. Kelakuan nya itu benar-benar menganggu ketenangan Barsha.

"Ok ... kalau lo emang nggak buntutin gue, mending sekarang lo cabut sana!" cetus Barsha, tangan kanannya yang memegang gagang sudah bersiap untuk menutup. Namun, di waktu bersamaan tangan kiri Bumi menahan pintu itu sontak saja Barsha membulatkan kedua bola matanya sempurna tak habis pikir dengan Bumi.

"Lo ngapain sih Bumi! Mendingan lo pul---" Belum saja melanjutkan perkataannya tiba-tiba saja Bumi menarik pergelangan tangan Barsha yang terbalut kaos panjang berwarna hitam.

***

Laki-laki berbadan atletis dengan kedua iris hitam legam dan khas akan tatapan tajam itu masih saja menarik pergelangan tangannya membuat pergerakan Barsha terkunci sehingga ia hanya bisa mengekor Bumi dari belakang dengan paksa.

BUMIGORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang