🌌Five🌌

3.9K 307 0
                                    

Air mata Hinata terus tumpah. Semakin lama semakin banyak. Hinata meremat baju di bagian dadanya, bahkan sesekali memukul dada nya pelan. Dada nya terasa sesak.

Setelah beberapa waktu lalu dia berusaha baik-baik saja. Dia berusaha tidak mengeluarkan air mata nya. Dan sekarang. Saat tidak ada orang lain disekitar nya. Dia menumpahkan air mata nya yang telah lama tertahan.

Semakin bertambah usia dan semakin memasuki usia remaja, rasa kagum Hinata perlahan berubah menjadi cinta.

Dulu dia tidak pernah befikir jika akan sesakit ini melihat orang yang disuka menyukai orang lain. Dulu Hinata tidak berfikir jika akan merasa terluka dengan perasaannya sendiri.

Hinata merasa dia tak layak merasa sedih dan terluka, dia bukan siapa-siapa, dia hanya seorang teman. Tapi sekarang dia merasakan nya, rasa sakit itu nyata.

Hinata menangis tanpa suara. Hanya air mata yang turun dengan deras. Dan diselingi isak-an kecil yang sulit dia tahan.

Cukup lama Hinata menangis. Hingga menurut nya sudah cukup. Hingga air mata nya terasa sangat kering. Hinata masih duduk terdiam Disana.

Hinata merogoh saku jaket nya. Mengeluar kan gumpalan kertas dari sana. Perlahan dia membuka gumpalan itu. Membaca kata demi kata tulisan di kertas koyak itu. Lalu perlahan merobek nya menjadi serpihan-serpihan kecil tak berbentuk.

Surat cinta yang ditulis sepenuh hati, telah hancur lebur dan lenyap terbawa angin.

"Cukup. Sudah cukup. Cukup sudah harapan yang sia-sia ini" Hinata menunduk seraya bergumam pelan. Gumam-an untuk meyakinkan dirinya.

"Aku tidak akan pernah bisa bersama Naruto-kun. Aku tidak akan bisa berjalan bersisihan dengan Naruto-kun"

"Matahari dan bulan tak akan pernah bisa bersama"
.
.
.
.
.
Hinata tidak tidur semalaman. Dia semalaman penuh berada di taman menenangkan diri nya. Dan saat sampai mansion Hyuga dia langsung membersihkan diri dan menyiapkan sarapan didapur.

Hingga Hinata merasa kondisi tubuhnya sedang tidak baik hari ini. Hidung terasa gatal hingga terus-menerus bersin, kepala nya serasa berputar, dan terkadang juga terbatuk-batuk.

"Selamat pagi Hinata-nee" Hanabi langsung menyapa dan memeluk Hinata saat ia melihat Hinata pagi ini.

"Pagi Hanabi-chan. Siap sarapan pagi ini?" Ucap Hinata seraya mengusap kepala adik nya.

"Tentu saja. Aku sudah sangat lapar" Hanabi menjawab dengan semangat.

"Hinata-nee pulang jam berapa tadi malam? Bahkan sampai aku tertidur Hinata-nee belum pulang" tanya Hanabi pada Hinata.

"Yaa, Nee-chan pulang cukup larut tadi malam" ujar Hinata merespon pertanyaan Hanabi. Sambil menata masakan nya yang telah matang ke mangkuk.

"Mata Hinata-nee kenapa bengkak? Suara Hinata-nee jug berbeda" tanya Hanabi lagi. Dengan sedikit berjinjit Hanabi memegang jidat Hinata.

"Hinata-nee panas. Seharus nya Hinata-nee tidur saja dan istirahat. Hinata-nee sedang sakit!" Ucap Hanabi sedikit perotes pada Hinata.

"Hinata-nee tidak apa-apa Hanabi. Aku hanya sedikit kurang sehat" ucap Hinata dengan senyuman nya, berusaha meyakinkan adik nya.

"Sudah lah, ayo bantu nee-chan angkat mangkuk nya. Kita sarapan"
.
.
.
Hinata dan Hanabi duduk berdampingan di ruang makan. Mereka berbica hal-hal menyenangkan sebagai adik dan kakak sambil menunggu ayah mereka datang untuk makan bersama.

Tak lama pintu tergeser, seketika ruangan senyap. menampilkan sosok ayah mereka yang berjalan tenang menuju tempat duduk nya.

"Sebelum memulai sarapan, Tou-sama akan menyampaikan sesuatu" ucap Hiashi dengan sikap tenang seperti biasanya.

"Acara penentuan ketua klan akan di adakan dua Minggu lagi" seketika jantung Hinata bergerak tidak nyaman. 'sebentar lagi ya. Mimpi buruk yang akan menjadi kenyataan' gumam Hinata dalam hati.

"Dua Minggu lagi kalian akan bertarung kembali untuk menentukan posisi ketua klan. Tou-sama harap, kalian dapat bertarung sebaik mungkin. Tanpa melibatkan hubungan." Ucapan terakhir Hiashi seakan menyentil Hinata.

Saat Hinata menaikkan pandangan nya menatap Hanabi. Ternyata Hanabi juga sedang menatap nya. Mereka saling bertatapan tanpa tau arti tatapan kedua nya. Tapi yang pasti. Mereka berdua sama-sama tidak menginginkan perselisihan ini.

'apa yang harus aku lakukan? Apa yang akan terjadi di masa depan? Aku harus bagaimana kami-sama?'
.
.
.
Setelah acara sarapan yang penuh dengan ketegangan. Sekarang Hinata dan Hanabi sedang berlatih keras. Mereka berlatih secara terpisah.

Bahkan sang ketua klan Hiashi Hyuga, aka ayah mereka sendiri. Memerintah kan agar Hinata dan Hanabi tidak bertemu dulu selama dua Minggu ini. Bahkan kamar mereka dipindah sementara.

Hinata disebelah barat mansion Hyuga dan Hanabi disebelah timur mansion Hyuga. Bahkan seluruh Hyuga yang ada disana juga diperintahkan untuk selalu mengawasi Hinata dan Hanabi.

Sekarang ini Hinata sedang berlatih. Ditemani pengawal atau orang yang menjaga  Hinata sedari kecil. Kou Hyuga

Nafas nya terengah, beberapa luka goresan disekitar kulit nya. Suasana hati Hinata sedang buruk. Beberapa kejadian belakangan ini membuat Hinata lelah.

Hinata meng-nonaktif kan byakugan nya. Berjalan ke arah tempat duduk dan mengambil jaket nya lalu memakai nya.

"Hinata-sama? Apakah anda ingin mengakhiri latihan hari ini?" Tanya Kou bingung. Hinata adalah salah satu jenis orang yang sangat giat berlatih. Dan tidak biasanya dia berhenti secepat ini.

"Aku butuh ketenangan Kou-san. Kurasa aku akan berlatih dilapangan tempat latihan tim 8 saja" jawab Hinata.

Sebenarnya kawasan Hyuga merupakan salah satu tempat yang tenang di Konoha. Karena pada dasarnya sebagian besar orang-orang dari klan Hyuga yang tidak terlalu berisik. Tetapi belakangan ini, Hinata mulai sedikit muak dengan Hyuga dan apapun yang berhubungan dengan klan nya tersebut. Karena itu dia merasa lebih baik berlatih di tempat lain.

"Baiklah jika begitu. Apa saya harus ikut? Atau Hinata-sama ingin berlatih sendiri?" Tanya Kou memastikan. Dia sadar nona muda nya ini pasti dalam kondisi hati yang buruk. Hyuga dengan segala tradisi nya memang terkadang melelahkan.

"Tidak perlu Kou-san. Aku ingin berlatih sendiri" Jawab Hinata.

"Terima kasih menemani aku berlatih hari ini Kou-san" ucap Hinata sopan dengan sedikit membungkuk.

"Ha'i Hinata-sama" balas Kou dengan membungkun 90°.

Setelah nya Hinata melangkah pergi. Menuju tempat biasa tim 8 berlatih.
.
.
.

TBC


3 Januari 2023

Choose Destiny (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang