Chapter 1: Kota Asing

101 12 0
                                    

Langkah kaki terus mengukur jalan sembari sepasang mata membelalak melihat sekeliling gedung-gedung yang terasa asing. Memandangi aktivitas penduduk kota ini dengan beragam.

        Tujuan kaki ini belum tahu pasti akan memberhentikan langkahnya di mana. Namun dengan percaya dirinya terus berjalan. Walau beban terasa tak ringan sambil membawa ransel di pundak, tangan kanan membawa koper, dan tangan lainnya memegang sekantong plastik makanan dan minuman untuk berjaga kalau perutnya mendemo.

"Mau kemana dek?" Tanya seorang lelaki paruh baya yang mengikuti perlahan dengan mengendarai becak.

"Oh enggak Pak, terima kasih. Maaf."

"Ya mau kemana?" Bapak itu mulai bicara dengan nada keras.

"Enggak Pak terima kasih Pak.." menjawab tak lagi menoleh ke wajah Bapak itu sambil berlari.

Namun, supir becak itu masih mengejar.
"Udah kau naik aja. Ayok ku antar mau kemana kau ini? Cepat naik!"

             Terdengar kata-kata itu sangat menakutkan untuk Cia, yang kali pertama merantau seorang diri ke salah satu kota besar yang belum pernah ditapakinya seumur hidup. Tak mau tejadi hal-hal aneh kesan pertamanya di kota itu, Cia berlari kecil tak menghiraukan lagi supir becak itu dan belok ke lobi gedung untuk mencari aman.

Huh.. hampir aja-Desusnya dalam hati.

             Gedung tempatnya berlindung itu ternyata adalah sebuah kantor redaksi surat kabar ternama di Kota itu. Tentu tak berbasa-basi lagi dalam benak Cia ini adalah salah satu peluang untuk segera mendapatkan pekerjaan dan sekaligus pemberhentian langkahnya yang tak terarah di Kota itu.

"Permisi Pak, maaf saya mau bertanya.." ucap Cia dengan memberanikan diri padahal kakinya masih menggigil tak karuan.

"Hmm sebentar mbak. Iya Pak ini langsung aja naik lift ke lantai 5 nanti temui Pak Arif ya." (Satpam itu tak menghiraukan Cia karena sibuk melayani pengunjung yang sudah membuat janji)

"Pak.. pak..." Cia mengejar satpam.
Satpam tersebut menoleh karena Cia menyenggol lengannya. "Iya mbak?"
             
"Pak, maaf di sini  lagi ada lowongan pekerjaan nggak ya Pak? Soalnya saya lagi butuh pekerjaan Pak." Ungkap Cia sambil menaruh harap.

"Oh kebetulan baru 2 hari lalu untuk posisi yang sedang dibutuhkan sudah terisi mbak."

"Hmm gak ada posisi lain ya Pak yang mungkin sedang dibutuhkan juga?"

"Belum ada mbak, maaf ya mbak."

*Tiiiiiinnnnnnnnn........*
Suara klakson mobil itu menyingkirkan Cia dari lobi gedung itu.  "Oh terima kasih Pak, permisi."

Cia melanjutkan perjalanannya untuk berkelana mendaratkan kaki berharap ada pemberhentian pasti yang sesuai ekspektasi. Satu persatu langkah hingga mungkin telah ribuan langkah dilalui Cia hari ini, perdana di Kota ini.        

             Malam menjemput mentari menjadikan langit menghitam. Cia lelah melempar tanya sudah lebih 20 kali untuk mendapat pekerjaan. Mungkin hari ini masih belum membuahkan hasil, masih ada banyak hari untuk memulainya.
                                      ✨✨✨

Terpaksa deh malam ini ngeluarin uang banyak buat tidur di hotel. Abisnya gak tau sih mau kemana. Pokoknya gue janji, cukup hari ini tidur di hotel. Besok harus dapat kerja dan harus dapat tempat kos. Ya, HARUS.

               Sungguh ini malam yang terasa panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

               Sungguh ini malam yang terasa panjang. Menunggu pagi hanya tersisa waktu untuk overthinking saja. Sisa waktu lainnya hanya ada cemas tak menentu yang ada di bagian ruang dalam otak.
               Terkadang  random terbesit dibenak, kenapa ya semua ini bisa terjadi? Kenapa sih jalan hidup orang harus beda untuk dapatkan yang diinginkan? —tapi dibagian apesnya yang ada di kita?

               Tapi, iya juga sih. Kita enggak pernah tahu gimana orang lain menjalani proses di balik keberhasilannya saat ini, kita juga gak pernah tahu duka apa yang tersembunyi di balik tawa orang lain, dan bahkan kita tidak tahu ada banyak orang juga yang terkadang menginginkan menjadi kita.

-Semoga hari esok menemukan lebih banyak kejutan indah yang menakdirkanku menemukan harap menjadi candu.-

Stay reading ya 🥰

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang