Chapter 12: Pertemuan

12 3 0
                                    

Sebulan berlalu..., Cia menerima gaji pertamanya. Pekerjaan yang menyenangkan walaupun dengan gaji yang sederhana. Menurutnya lebih waras bekerja di lingkungan orang-orang baik meskipun  gaji seadanya dari pada bekerja dengan penghasilan besar tetapi ada diantara orang-orang besar yang takut bersaing dengan orang yang tak berpendidikan tinggi sepertinya.

Hari ini ia off, sekaligus menjadi hari yang sangat langka dan ditunggu-tunggu sekian lama. Yaitu meetup dengan sahabatnya, Putri. Namun Putri tak sendirian karena kali ini ia memaksa Nico untuk meluangkan waktunya menemani Putri bertemu Cia. Tentunya Cia juga mengajak Aksa untuk ikut. Kebetulan Aksa sedang cuti. Itulah sebabnya Cia menyebut hari ini adalah hari yang langka, di mana semuanya bisa bertemu dan meninggalkan kesibukan sehari saja.

Pertemuan itu mereka janjikan di sebuah caffe aesthetic. Tapi bukan tempat Aksa bekerja. Putri dan Nico terlebih dahulu sampai di lokasi.

Mereka menunggu Cia yang ngaret setengah jam.

"Aaaaaaa apa kabarrr." Peluk Putri dengan erat ke tubuh Cia.

"Gue kangennn banget tauu."balas Cia.

Nico berdiri dan bersalaman dengan Aksa. Dan untuk pertama kalinya Putri melihat Aksa (orang yang selalu diceritakan Cia kepadanya).

"Hai salam kenal, Aku Putri." Menjabat tangan Aksa.
"Oh hai, Aksa."
"Aaaa akhirnya aku kenalan juga sama kau.."ucap Putri (mengeluarkan bahasa Medannya).

Mereka tertawa. Dan duduk untuk memesan menu yang telah disediakan di atas meja. Aksa tampak gugup bertemu dengan Nico dan Putri.

"Kenapa Bro? Santai aja kau keliatan kaku kali. Kami ini temannya Cia juga. Jadi santai" ucap Nico sambil bergurau.

"Iyaiya bang aman itu."jawabnya.

Cia menceritakan pengalaman barunya bekerja sebagai pramuniaga di gramedia. Sebenarnya hal itu sudah sering diceritakan Cia pada Putri melalui telepon. Tetapi tidak puas rasanya jika tidak menceritakan ulang secara langsung. Respon Putri dan Nico sangat antusias mendengar cerita Cia. Sedangkan Aksa menyimak karena ia saksi yang sangat paham dengan proses perjuangan Cia kemarin.

"Cii tapi sampe detik ini gue masih gak abis pikir sama tante Siwi. Alasannya mecat lo gak masuk akal banget."tutur Putri.

"Aku sebagai orang luar yang gak kenal Ibu itu juga ngerasa ganjel kali alasannya kayak gitu Put." Sambung Aksa.

Nico tersedak, "hmm iya betul memang gak masuk akal semuanya."

"Udahlah. Gue udah terima kok sama semua ini. Dan gue juga gak dendam sama sekali sama Bu Siwi. Mungkin memang sebenarnya sejak awal gue sangat jauh dari kriteria perusahaan. Harusnya lebih cocok jadi office girl." Ucap Cia.

"Tapi lo tau nggak? Sekarang Feyka jadi sekretaris laki gueeeeeeee." Sambung Putri lagi.

"HAaaa? Kok bisa?"tanya Cia terkejut.

Nico kembali tersedak sampai batuk tak berhenti.

"Eh minum sayang minum" Ucap Putri pada Nico.

Melihat kemesrahan Putri dan Nico, Aksa tersenyum menoleh ke samping kiri melihat Ibu perinya. Kemudian Cia juga menoleh ke kanan dan mereka saling tersenyum.

"Aku juga gak tau Ci, semuanya yang atur Bu Siwi. Ada beberapa juga permintaan Klien lama kita yang mau produknya pakai BA kamu. Tapi karena hal itu udah ngga bisa ya klien mencari perusahaan lain."kata Nico.

Mereka menyelesaikan hidangan dengan lahap.

Putri kembali membuka obrolan. "Terus kalian dua kapan nih?"

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang