Chapter 47: Diary lama Allicia

8 1 0
                                    

[Lembar terakhir]
Page : 400

Setelah Aksa mengakui alasan utamanya merantau, hubunganku dan Aksa tetap baik-baik aja. Bagaimana mungkin aku tak memaafkan masa lalunya setelah ia menerima segala sesuatu di masa laluku?

Hubungan kami berlanjut semakin bahagia menuju niat terakhir kami yang akan berlabuh pada janji suci pernikahan. Aksa telah berpikir matang tentang hidup matinya jika menemui Ayah untuk meminta restu. Melihat keseriusan Aksa, kami sepakat kembali ke Serang demi restu dan maaf Ayah. Namun ternyata lagi-lagi Ayah mematahkan harapanku. Ayah mengusir kami mentah-mentah. Bahkan ayah berkata "aku nggk peduli! Mau nikah mau apa terserah! Aku bukan ayahnya! Pergi kalian dari rumahku!!" Kalimat itu membuat Aksa menarik tanganku memegang erat tanganku, dan mengajakku kembali ke Medan.

Aksa memutuskan untuk tetap menikahiku dengan cara memakai wali hakim sebagai pengganti Ayah. Segala berkas pernikahan kami telah rampung di KUA. Tinggal menghitung hari aku dan Aksa sah menjadi sepasang suami istri.

Takdir berkata lain, sehari sebelum pernikahan kami, Aksa mendapat telepon dari Tanggerang. Kabar buruk yang membuatnya lagi-lagi harus kehilangan seseorang yang disayanginya. Zio meninggal dunia (putera semata wayang). Dan Ily sangat terpukul atas hal itu. Ily sebatang kara tanpa keluarga. Karena keluarganya telah mengusirnya sejak Ily ketahuan hamil di luar nikah karena perbuatan Aksa. Kepergian Zio membuat Ily benar-benar sendirian. Sejak itu, Aksa pergi ke Tanggerang dan tidak pernah kembali menemuiku lagi. Aksa hanya meninggalkan pesan bahwa dirinya akan menemai Ily dan menebus kesalahannya di masa lalu. Studio Aksa dijual, dan Aksa menikahi Ily demi menjaga kewarasan Ily dan bertanggung jawab atas hidup Ily.

Kisah cintaku dan Aksa kandas begitu saja tanpa berbekas. Aku yang setengah gila disembuhkan oleh kehadiran Zidan, si gondrong yang sangat meresahkan. Berkat Zidan aku kembali menikmati keindahan langit sebagai buah karya sang pencipta.

Hingga detik ini, aku tak pernah membenci Aksa. Laki-laki yang mengorbankan segalanya untukku, laki-laki yang nememani perjalanan hidup rantauku. Aku tahu pilihan ini udah tepat. Dia laki-laki baik. Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertanggung jawab baginya. Sungguh aku tak sanggup membencinya.

Di lembar terakhir diary ini, aku juga turut berbahagia menuliskan kisah sahabat-sahabatku yang juga memetik kebahagiaannya.

Putri dan Nico telah memiliki puteri kecil, dan mereka sukses dengan usahanya di Semarang. Putri dengan usaha salon dan make up artistnya, dan Nico kini menjadi pengusaha tekstil.

Tiara dan Rido juga telah memilki dua buah hati, mereka juga sukses menjadi pengusaha rental mobil di kota Medan.

Meydi juga sudah tidak barbar lagi karena telah sah menjadi ibu persit, dan hidup bahagia bersama suaminya yang bertugas di Maluku.

Aku pun bahagia bersama Zidan. Dan kami sedang menantikan kelahiran buah cinta kami. Perjuangan Zidan mendapat restu Ayah tidak serumit Aksa. Setelah hatiku sembuh terpatahkan oleh takdir yang ternyata belum memihak, Zidan datang dengan caranya membawaku masuk ke dunianya. Saat itu tepat kepergian Umi, aku pulang ke Serang bersama Zidan. Dan di saat itu pula Ayah sadar atas arogansi dan kebekuannya untuk memberiku maaf, dan menyambutku hangat dalam dekap peluknya lagi. Saat itu pula Ayah menyadari bahwa laki-laki yang datang ini adalah berbeda, bukan laki-laki yang dulu meminta restunya.
Ku berikan diaryku pada Ayah, agar Ayah membaca segala jatuh bangunku mencari rezeki dan untuk mendapat maaf darinya, di dalam diary itu ada selingan kisah cintaku, agar Ayah tau kisahku dengan Aksa. Hingga akhirnya Ayah menangis tersedu menyesali segala amarahnya yang pernah ia tumpahkan sepenuhnya untukku, kemudian Ayah memberi Zidan restu.

Atas izin Zidan, aku membuka caffe dengan tema Langit dan menu-menu unik yang tercipta dari keisenganku. Caffe itu kuberi nama "Langit Candu" , karena aku candu dengan langit, dan karena langit aku menemukan Candu.

Zidan laki-laki baik, yang tak kalah dengan Candu Aksa Wiratama. Mereka punya cara tersendiri untuk menjadikanku istimewah. Kesibukan Zidan sebagai Arsitek tak membuatnya lupa setiap detik pun untuk mengabariku. Itulah yang membuatku pada akhirnya final menerima laki-laki cuek yang perhatian ini sebagai imamku.

Terima kasih orang-orang baik yang telah hadir dalam setiap kisah perantauanku. Terutama sahabatku Putri.

Dan teruntuk Aksa, kamu akan selalu jadi bayanganku. Terima kasih atas segalanya, biarkan Medan menjadi saksi kisah kita yang menjadikanku AKU. Meski aku dan kamu tak akan pernah dan tak akan menjadi kita, aku bersyukur pernah bertemu dan hampir memilikimu.

Inilah kisahku, kisah yang sangat banyak menyadarkanku dari kesalahan. Terima kasih dunia rantauku, kamu begitu menerimaku di saat aku terdampar jauh dari kotaku dan keluargaku. Sekarang dunia rantauku menjadi tempat menetapku dan suamiku.

Say alhamdulillah , Aku menemukan aku yang dulu atas izin-Nya. Thank you Allah, atas karya indah-Mu yang selalu aku kagumi, Langit.


Allicia Nadin Atmaja.
———————————————————————————

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang