Chapter 29: Sekeras batu

2 1 0
                                    

Citra dan suaminya selesai melakukan perjalanan keliling Indonesia untuk memantau beberapa saham milik mereka. Akhirnya Citra kembali ke Serang. Hari ini sepulang mengajar ia mengempatkan waktu untuk mengunjungi Ayah dan Umi. Semenjak menikah, Citra tinggal di sebuah kompleks perumahan mewah di daerah Tanggerang Selatan. Namun beberapa kali dalam seminggu tetap datang untuk melihat Ayah, dan Umi yang tinggal berdua. Karena Clara kuliah di Jakarta.

Tok tok tokkkkkk.....

"Assalamualaikum."

Tok tok tokkkkkkk

"Assalamualaikum Umi...Ayah..."

"Waalaikumsalam. Eh Citra.." Umi memeluk Citra.

Citra langsung duduk di meja makan. Meja makan adalah meja favorite keluarga Atmaja sejak dahulu. Di meja makan itu biasanya Ayah dulu sering menasehati putri-putri cantiknya, dan meja makan itu pula yang banyak menjadi saksi cerita suka duka keluarga itu.

"Ini Citra bawain oleh-oleh dari Surabaya mi." Citra meletakkan jajan khas itu di atas meja.

"Wahh makasi ya Nak. Umi coba ya." Umi langsung membuka box kecil yang berisi beberapa keripik.

"Ohiya ada hadiah juga buat Ayah dan Umi." Citra meletakkan paper bag di atas meja.

"So sweet banget kamu, bawain hadiah segala Cit."

"Ayah hari ini ke kantor mi?"

"Tadi iya, tapi tengah hari ayahmu pulang langsung ngerjain beberapa proposal tuh di kamar."

Citra memanggil Ayah ke kamar untuk bergabung di meja makan menikmati oleh-oleh yang dibawanya.

"Banyak betul oleh-olehmu ini Cit.."

"Buat yang tersayang dari yang tersayang." Ucap Citra melemparkan senyum pada Ayah dan Umi.

"Gimana perjalanannya lancar?"tanya Ayah.

"Alhamdulillah Yah."

"Arif gimana sehat?"

"Sehat Yah alhamdulillah, tadi mas Arif juga titip salam buat Ayah Umi, dia masih sibuk jadi belum sempat singgah."

"Yah.. Mi.."Citra menghela nafas hendak memberitahukan bahwa ia telah bertemu dengan Cia.

"Kenapa sayang? Kamu ada masalah?" Tanya Umi.

"Kenapa Cit?" Tanya Ayah menatap Citra penasaran.

Gelagat Citra tak seperti biasa. Tapi hari ini Citra bertekat memberanikan diri untuk membahas masalah Cia. Selama ini Citra sudah cukup sabar menahan rindu dan amarah Ayah pada Cia.

"Alhamdulillah, perjalanan Citra dan Mas Arif kemarin diberi kelancaran oleh Allah SWT. Kota pertama yang Citra kunjungi kota Medan. Kota itu ternyata bagus Yah, Mi. Suasananya buat kita rasanya ingin kembali lagi ke sana."

"Alhamdulillah syukurlah.."sambung Ayah

"Tapi.. mungkin Allah mengatur segala sesuatunya dengan maksud dan tujuan yang berarti. Atas izin Allah, Citra kemarin bertemu Cia."

"....."ayah mematung.

"Cia? Citra beneran ketemu Cia?"tanya Umi antusias dengan nada suara yang sumringah.

"Iya Mi, Cia di Medan."

Mendengar hal itu Ayah sama sekali tidak sudi mendengar nama itu disebut lagi. Ia berdiri hendak meninggalkan meja makan.

"Mau kemana Yah?" Tanya Citra menahan Ayah

"Ayah mau lanjut kerjakan proposal di kamar."

"Tunggu Yah. Citra mohon kali ini Ayah dengerin Citra." Memegang tangan Ayah.

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang