Chapter 45 : jujur

3 1 0
                                    

"Jadi kapan rencananya Sa?" tanya Rido. Hari ini Rido kebetulan sedang off, jadi main ke studio Aksa karena Tiara ngidam poto studio.

"Ya itu aku bingung Do. Gimana caranya nikahi Cia kalo ayahnya gak bisa jadi wali buat dia. H-huh." Aksa menghela nafas.

"Aku masih gak ngerti lah. Sebenarnya Cia ini hubungan sama keluarganya gimana sih? Kok ayahnya gak bisa jadi wali gimana maksudnya?"

"Kalo untuk itu aku bingung lah jelasinya. Yang jelas itu masalah pribadi. Intinya rumit sih aku pusing juga gimana caranya nikahi Cia sekarangg.." ucap Aksa lagi menggaruk kepalanya.

"Emangnya Cia udah tau tentang masa lalumu?"

Aksa menggeleng.

"Adoh ancor kita!" Rido menempuk meja.

"Aku takut Do." Tutur Aksa. "Gila kau? Itu gak bisa di simpan Sa. Harus kau kasih tau!!"balas Rido.

Cia tiba-tiba datang masuk ke office Aksa dan tak sengaja mendengar penggalan kalimat terakhir yang dibicarakan Aksa dan Rido.

"Emang apa yang aku belum tau  Sa?" Tanya Cia.

Rido dan Aksa langsung putar badan menatap Cia dengan bingung.

"Ada yang kalian sembunyiin?" Tanya Cia menatap ke wajah Aksa dan Rido.

"Enggak..." jawab Rido cengengesan.

"Saaaa.. apaa??" Cia mendekat pada Aksa yang kaku.

Aksa melirik Rido. Kemudian Rido menggangguk.

"Aku keluar dulu ya woi. Bicarakanlah baik-baik." Tutur Rido meninggalkan office.

Aksa membelai rambut Cia, mencoba mengalihkan sejenak pembahasan itu agar mencair dan lebih mudah menyampaikan hal yang belum diketahui Cia.

"Kenapa sayang? Ngomong sama aku Sa.." tutur Cia lembut menatap dekat wajah kaku Aksa seperti sedang menahan nafas untuk mengungkapkan hal penting.

"Aku gak tau harus mulai dari mana Ci, tapi aku tau ini terlalu terlambat untuk kejujuranku."kata Aksa menggenggam erat tangan Cia.

"Enggak apa-apa Sa. Ceritaa.."

"Kamu tau kan aku ke sini juga merantau?"

Cia membuang nafas panjang lalu mengangguk.

"Tapi ada satu bagian cerita yang belum aku ceritain ke kamu sebagai alasan utama aku bisa merantau Ci." Aksa berdiri melepas genggaman tangan Cia. Aksa berjalan mendekat ke tepi jendela.

"Apa Saa? Jangan buat aku parno." Cia menyusul Aksa mendekat tepi jendela.

"Aku melarikan diri karena lari dari tanggung jawab Ci." Ujar Aksa.

"Tanggung jawab? Maksud kamuu?"

"Aku menghamili pacarku."

"Hahahahhahahaa.." Cia terkekeh.

Aksa terkejut melihat ekspresi Cia setelah mengetahui kejujurannya. "Loh kok kamu malah ketawa?"

"Siang bolong kaya gini kamu ngeprank kaya gitu Sa? Hahahhaha lucu tau ngga!" Seru Cia memeluk tubuh Aksa dari belakang.

Aksa mengusap wajahnya. Huh!

"Cii, aku serius." Aksa menyoroti kedua mata Cia dengan tatapan mendalam.

"Jangan becanda ahh sayanggggggg." Ucap manja Cia. "Aku seriuss!" Tegas Aksa.

TePakkkkkkkkkk

Cia menampar keras pipi kanan Aksa. "Dasar laki-laki___h-huh aku kecewa sama kamuu!!" Cia terduduk lemas di sofa menangis kecewa dengan ungkapan Aksa yang terlambat.

"Ciii.." aksa mencoba menenangkannya.

"Ke na pa ka mu baru jujur ke aku sekarang Sa?" Tanya Cia terbata-bata.

"Aku takut. Tiap kali aku mau ngomong ke kamu, aku selalu gak punya nyali Ci. Aku pengecut!" Ucap Aksa.

"Jadi poto anak yang kamu gendong di wallpaper hp kamu waktu kita ngecamp, itu anak kamu?"

"Iya." Jawaban pasrah Aksa. "Saaaaaaaaaa..." Cia menangis memukul-mukul dada Aksa.

"Maafin aku Ciii. Aku salah. Aku manusia biasa Ci. Aku juga punya masa lalu yang buruk Ci. Pengecut!" Aksa menyalahkan dirinya.

"Terus sekarang anak kamu gimana?"

"Anakku sama ibunya."

Cia menggeleng menyeru tangis, "kamu biarkan Ibunya membesarkan anak kalian sendirian?"

"Aku tetap kasih nafkah. Tapi waktu itu aku gak siap harus jadi ayah di usia yang masih muda. Aku masih mau ngejar mimpi-mimpiku waktu itu Ci."

"Terus kamu gak mikir? Perempuan yang kamu hamili itu apa gak punya mimpi juga? Ha?"

"Iya itu aku tau, aku sadar. Aku salah Ci. Tapi hubungan aku sama Ily dan Bio baik-baik aja kok sekarang."

"Ily? Bio?"

"Ily nama ibu anakku, Bio nama putera kami. Sekarang Bio udah masuk SD."

"..."

Moment menengangkan itu terhenti seketika saat Rido, Tiara, Putri, dan Nico masuk ke office.

"Heii.. loh pada kenapa? Kok tangis tangisan?" tanya Tiara. "Eh iya pada kenapa sih?" tanya Putri juga.

"Oh orang ini memang gitu, kalo kangen suka nangis. Padahal baru semalam jumpa, hari ini ketemu udah kangen lagi." Tutur Rido.

"Ciii." Putri mendekat melihat wajah Cia.

"Aku gak apa-apa, emang lagi kangen aja sama Aksa." Cia melepaskan senyum palsu "iya kan sayang?" Ucap Cia menggandeng Aksa yang masih kaku dengan raut wajahnya.

Kehadiran Nico di studio Aksa membuat tanda tanya besar dibenaknya. Loh kok bisa ada Nico? Kok Putri di sini? Untuk itu mereka lanjut berbagi kisah satu sama lain di ruangan Aksa. Office Aksa sepertinya menjadi tempat favorite tongkorongan mereka saat ini.


—————————————✂️————————————

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang