Chapter 27 : melabrak!!

1 1 0
                                    

         Setelah beberapa pekan Putri mengurung diri di apartementnya, hari ini ia mulai memberanikan diri dan menerima kenyataan atas apa yang sudah menimpa rumah tangganya. Langkah pertama setelah usai merenung beberapa pekan adalah ia ingin bertemu empat mata dengan Feyka.

        Akhirnya mereka membuat janji untuk bertemu di sebuah caffe tujuannya menyelesaikan permasalahan itu.

"Udah sejauh apa hubungan kalian?" Tanya Putri dengan tegar tanpa setetes air mata.
Karena ia bertekat tidak akan lagi menghabiskan air matanya untuk para penghianat.

"Yakin kamu mau tau?" Arogansi Feyka yang bukan menjawab malah bertanya kembali.

"Ceritain aja untuk jadi refrensi penguat. Biar kamu senang dapetin dia kalo aku minta cerai. Iyakan?"

"Bagus deh!! Aku sering liburan sama dia. Hmm ke Surabaya, ke Bali, ke Jakarta, rencananya kalo kemarin gak ketahuan sih kami mau ke Swiss."

Putri mengangguk. "Lalu?"

"Hebat juga goyangannya.."jawab Feyka sambil tertawa.

Putri menahan sakit di dadanya mendengar hal itu, tapi wajahnya tetap tegar untuk tidak terlihat lemah di depan selingkuhan suaminya.

"Apa motifmu sebenarnya?"tanya Putri tegas.

"Aku anak tiri Bu Siwi."

"Anak tiri gimana maksudnya???"Putri terkejut mendengar ungkapan itu.

"Bu Siwi itu punya simpanan. Dia nikah sirih sama papaku. Jadi ya aku anak tirinya. Kamu tanya motifku? Ya jelas mau jadi penguasa perusahaan dong. Apalagi? Bu Siwi udah hancurin rumah tangga mama papaku. Jadi sekalian aja kubuat hancur balik dia."

"Terus hubungan motifmu dengan suamiku apaa?"

"Perusahaan yang dipimpin Bu Siwi inikan perusahaan abangnya, alias papanya Nico. Dan aku mau rebut perusahaan itu dengan cara memiliki anak pemilik perusahaan dong? Terus si Siwi itu aku campakkan sejauhnya."

"Bener kata Cia. Gak seharusnya aku terlalu percaya sama manusia licik kayak kamu!"

"Terlambat. Semuanya udah ditanganku! Bahkan Bu Siwi sekalipun gak akan berani samaku karena si tua gatel itu cinta mati sama papaku."

Putri menahan emosinya menatap tajam wajah Feyka.

"Ohiyaa.. aku juga udah puas buat temenmu si Cia udik itu sengsara!! Tadinya aku gak ada urusan sama sekali sama dia. Gak penting! Tapi karena dia mukulin temenku sampe babak belur dan pingsan, motifku jadi bertambah."

"Temenmu? Siapa? Kapan Cia ngelakuin itu?"

"Di club. Waktu temenku mabuk, dia ngehajar temenku sampe babak belur. lupa?"

"Oh jadi itu temenmu? Tapi bukannya temenmu duluan yang mulai? Terus setelah temenmu pingsan, bukannya Cia juga dikeroyok sama geng temenmu itu? Jadi impas donggg. Cia juga di rawat di rumah sakit karena hal itu."

"Bodo amat yang penting karena dia dirawat, aku jadi ada peluang gantiin dia di perusahaankan? Hahahahah." Jawaban licik Feyka.

"Oke, terima kasih atas cerita sampahmu. Pergi sana sama suamiku. Jauh-jauh dari hidupku sama Cia. Misimu udah selesaikan? Pergi!!!!" Putri memukul meja mengusir Feyka. "PERGI!!"

          Dengan santai tanpa merasa bersalah Feyka tersenyum pergi, "selamat tinggal nyonya Nico. Say good bye untuk calon istri Nico."

           Setelah Feyka pergi, Putri langsung menelpon Cia karena benar-benar sudah matang dan jelas bahwa tidak akan ada maaf lagi untuk Nico.

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang