Chapter 15 : Atmaja Family

12 4 0
                                    

Jauh dari drama hidup yang kini Cia jalani, ada pula kehampaan lain yang dirasakan keluarganya di Serang. Walau bagaimana keluarga tetaplah keluarga. Setahun sudah keceriaan istana Atmaja kurang lengkap tanpa kehadiran putri keduanya yang selalu menjadi biang masalah.

Semenjak kepergiannya dan keputusan Ayah mengeluarkan Cia dari deretan nama di Kartu Keluarga mereka, kini terasa tentram dalam rumah itu tanpa ada masalah yang silih berganti mengetuk rumah mereka karena ulah Cia.

Tepat hari ini ulang tahun perak pernikahan Ayah dan Umi. Seperti biasanya sejak dahulu mereka selalu merayakan dengan syahdu setiap kali mengulang tanggal dan bulan yang sakral bagi keduanya. Special kali ini Citra pulang ke Indonesia setelah selesai mengambil S2nya sebulan lalu dan kini Citra kembali stay di Indonesia melanjutkan profesinya sebagai dosen di beberapa Univertas terbaik.

"Yeeee... tiup tiup donggg lilinnya.."Ucap Citra yang memberi kejutan untuk Ayah dan Umi.
"Kita tiup bareng-bareng."kata Umi.

1... 2... 3... huftttttttt

"Yeee..."teriak Si bontot dengan girang.

Setelah memotong kue, mereka langsung menyantap sajian tumpeng buatan tangan umi yang sangatttt enak. Bagaimana tidak? Umi kesehariannya membuka usaha open order untuk kue basah dan juga tumpeng. Jadi sudah pasti soal rasa tidak diragukan lagi.

"Emmm emang paling enak deh buatan Umi, Citra tunggu-tunggu banget nih kalo pulang nyobain ini."

Umi dan Ayah tertawa.

"Emang di sana gak ada ya ka?"tanya Clara.

"Ada sih resto Indonesia di sana menunya tumpeng tapi rasanya enakan punya Umi."

"Wah kalo gitu Umi bisa dong nyaingi kalo buka usaha di sana."sambung Ayah.

"Emang Ayah mau jauh dari Umi?"tanya Umi.

Pertanyaan itu kembali memancing gelak tawa mereka.

Kehidmatan suasana malam terasa begitu bahagia karena kepulangan Citra. Tetapi Citra, Clara dan Umi tahu kalau Ayah tidak bisa berbohong dengan ekspresi wajahnya. Ayah menikmatinya seperti ada kesedihan tertanam di raut wajahnya.

"Kalo aja ada Cia. Pasti kita lengkap."celetuk Clara spontan.

Kalimat itu membuat suasana hening dan menegang melihat Ayah yang seperti menahan marah ketika Clara berkata seperti itu.

"Eh udah yukk angkat piringnya ke dapur. Umi yakin Citra capek. Jadi kita istirahat aja ya siap ini?"
Sambung Umi mencoba mengalihkan.

Ayah masih diam tanpa kata.

"Iya yuk Ra, bantuin gue."kata Citra yang langsung mengangkat piring.

Clara melirik Citra.

"Udah yukk."kedip Citra.

Citra hanya berusaha mengalihkan pembicaraan yang kurang tepat dibicarakan setelah selesai merayakan hari bahagia Ayah dan Umi. Sebenarnya ia juga ada keinginan untuk membahas masalah Cia.

Sambil mencuci piring Clara kembali membuka pembahasan yang tadi dengan berbisik.
"Ka, gue tadi keceplosan."

"Gue tau, makanya gue ajak lo cepat bantuin gue. Nggak liat muka Ayah udah merah? Lo tau kan kalo Ayah marah gimana? Apalagi bahas Cia?"

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang