Chapter 40: jangan ditiru

1 1 0
                                    

          Malam pekat dihiasi hujan yang disuguhkan langit begitu mewakili hancurnya perasaan, harap, dan segala kekecewaan pada asa Cia. Lagi lagi Ayah mematahkan hatinya tanpa memberi maaf.

           Semilir angin semakin menghembus tubuh lemah Cia. Tatapannya kosong, angan kembali menikmati hangat rumah kini memang sebatas angan belaka.

            Wajahnya memar di sisi kanan dan kiri pipi, area dekat bibir kanan berdarah akibat pukulan berkali-kali, paha dan tulang kering kakinya memar dan berdenyut membuat langkahnya pincang, siku kiri luka, dan lengan kanan biru. Kini gadis malang itu meratapi keadaannya sambil menikmati hujan di sebuah caffe yang berjarak tidak jauh dari SMA tempat ia sering berkunjung dulu. Setidaknya suasana cafee itu bisa menenangkannya dalam rasa sakit.

Aksa kok nggak bisa juga ya dihubungi. Ucapnya yang masih berusaha menghubungi Aksa sejak sore.

            Beberapa orang memerhatikan Cia karena melihat keadaan tubuhnya penuh lebam. Namun persetan baginya yang terpenting saat ini berteduh dan mencari teman  untuk menutupi kesedihannya. Harapannya Aksa mendengar curhatannya agar mendapat penenang untuk neredakan down berat saat ini yang dialami. Namun sayang cowok ganteng itu sejak sore tak berkabar. Cia juga menelepon sahabatnya, sayangnya Putri sedang ada meeting dengan teamnya jadi belum bisa cerita berlama-lama. Dering HPnya berbunyi beberapa kali panggilan dari Clara. Tetapi Cia masih ingin melupakan masalah tadi dengan tidak menggubris panggilan itu.

"Lo Cia bukan sih?" Sapa waiters yang mengantarkan kentang goreng ke meja Cia.

"Indyy?"

"Demi apasih gila. Lo masih idupp?" Tanya Indy, sahabat satu genk zaman SMA.

"Lo juga masih bernafas?" Balas Cia.

"Aaaa seru seruuu. Eh nanti anjir gue kerja dulu. Pulang kerja kita cerita." Indy langsung kembali ke dapur caffe.

"Gue tunggu!" Seru Cia.

              Dua jam kemudian, Indy selesai bekerja dan mengajak Cia bermalam di rumahnya.

"Gila banget sih bokap lo segininya.." ucap Indy mengompres lebam di wajah Cia.

"Lo tau kan?" Tanya Cia mengerutkan alis. "Tauu tapi gue gak nyangka sampe sekarang bokap lo masih gitu juga."tanggap Indy.

"H-Hah.." Cia menghela nafas.

"Rokok?" Tanya Indy. "Nih." Indy melemparkan sekotak rokoknya sambil mengembus asap. Cia menolak kotak itu. "Demi apa lo berenti rokok Ci?" Tanya indy lagi terkekeh.

Cia menggeleng ".."

"Yang betul anjing? Segitu berubahnya lo?"

"Iya gue serius Ndy."

"Kalo minum masih?" Tanya Indy, "enggak, gue gak nyentuh lagi yang begituan njir. Kenapa sih gak percaya bangett?"Jawab Cia.

"Hahahahhahahaha..."

"Lo ngetawain gue?"Cia lirih, "gila ya, Ci dari kita satu genk lo itu bener-bener paling badung  banget.  lo tuh queen banget dulu bandit abis. Seberubah itu lo langsung cidera mental karena masalah kita waktu itu?"

"Gue jera. Lo emang gak kapok?"

"Ngapain harus kapok? Bokap nyokap gue fer aja tuh. Lagian mau perbaiki hidup juga mau apa yang diperbaiki? Gue udah terlanjur rusak luar dalem. Lo lupa gimana circle kita?" Indy mengisap rokok ke 5.

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang