Chapter 41: bye Pange

1 1 0
                                    

"Lo banyak berubah ya.." Pange menatap dekat wajah Cia sambil menyimpul rambut ke belakang telinga gadis itu. "Maafin aku. Aku gak maksud ninggalin kamu. Aku takut Papaku___"

"Ssssstttt.." Cia menutup bibir pange. "Gue paham. Kenapa baru sekarang kita ketemu? Selama ini gue mati dalam merindu." Bisik Cia ke telinga kanan Pange.

"Sekarang kita udah ketemu. Kita habiskan satu malam panjang ini, nikmati kebersamaan kita yang sempat tertunda." Perlahan Pange membelai mesrah lengan Cia. Dengan tatapan mautnya yang selalu membuat Cia terhipnotis.

           Malam itu Pange bukan sekedar mengajak Cia berbicara banyak hal atas klarifikasi Pange yang dulu meninggalkannya begitu saja. Pange membawa Cia untuk Cek in menghabiskan satu malam penuh. Cia yang tanpa arah begitu terbuai dengan Pange yang menurutnya masih sama seperti dulu. Ia mematikan Ponselnya benar-benar tidak ingin diganggu siapapun. Malam itu begitu dinikmatinya bertemu dengan cinta pertama yang membuatnya begitu dimabuk kegilaan akan cinta.

Pange mulai mengecup bibir Cia.

Mcup

Cia terpaku sesaat menyadari ini benar-benar hal yang dirindukannya. Pange menatap tajam mata Cia lalu mulai melumatkan bibirnya mengenyam bibir mungil Cia. "Oh nice beb..rasanya masih sama." Ucap Pange.

Kemudian Pange mempercepat lumatannya, sampai Cia benar-benar merasakan kenikmatan itu.

"Udah lama ya kamu ngga ngerasain ini lagi?" Pange memberhentikan lumatannya. Cia memberingas dengan tatapan masih ingin melakukannya.

"Nikmati Ci.." Pange menghempas keras tubuh Cia ke kasur hotel dan melumat bibirnya kembali secara brutal. Melihat Cia mulai terbawa ke alam bawa sadarnya, kedua tangan Pange meremas keras dada Cia secara kasar tanpa menghentikan lumatan bibir itu. "Ahh.." Cia menikmatinya.

Semakin memanas Pange mencoba membuka baju Cia.
"Jangan Sa.." ucapnya menolak Pange.

"Saaa?" Pange menggeleng. "Jadi lo udah punya pengganti gue?" Tanya Pange.

Cia buru-buru bangkit dari kasur dan pergi ke kamar mandi. Di kaca kamar mandi itu, Cia  menatap kecewa pada dirinya sendiri.

Aaaarghhhhh!!

Satu pukulan keras di sasarkannya pada tembok sebagai ungkapan kemarahannya.

Tok tok

"Ci.. sorry." Pange berdiri di depan pintu kamar mandi dengan wajah bersalah berat.

Cia berendam di bathup tak peduli dengan tajamnya dingin air malam. Ia menangis sejadinya di temani air shower yang diarahnya juga ke bathtup untuk menambah dingin atas hatinya yang begitu panas.

"Ci plis lo buka pintunya. Gue janji gak bakal ngapa-ngapain lo."

Cia mendengar Pange dengan jelas namun pikirannya masih melayang membayangkan rumitnya satu hari ini di Serang. Semua benar-benar di luar dugaannya.

"Gue itung sampe 3, kalo gak lo buka gue dobrak! Gue khawatir lo kenapa-napa plis Ciii."

Beberapa menit Pange tak juga mendengar sahut dari dalam kamar mandi, ia mencoba mendobrak pintu.

Duaaarrrrrr..

"Keluarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr!!!!!! Jangan mendekatt!!!!!!!!" Cia teriak sekencangnya.

"Gue cuma mastiin lo baik-baik aja. Maafin gue Ci. Gue gak tau kalo ternyata lo bukan Cianya gue lagi."

"Tapi lo sadar kan, kalo lo juga bukan Pange gue lagi! Terus kenapa bisa-bisanya lo ngelakuin itu ke gue?" Cia melempar botol sabun ke wajah Pange. "BANGSAT!!!" Makian Cia keluar dengan renyah.

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang