Chapter 7: Sekejap

16 7 0
                                    

Senin
"Cia.." suara Putri membangunkan Cia. "Ci.. bangun dong Ci.. maafin guee, ini semua salah gue Ci.."

"Umi.."-Cia berdesis.

"Ci.. lo sadar? (Putri mengusap air matanya) Alhamdulillah Ci bangun Ci ini gue Putri. Bangun Ci.." (tangan Putri memegang lengan Cia).

"Umiiii maafin Cia.."
Cia tetap mengigau memanggil Uminya.

Putri yang senang atas kesadaran Cia, ia berlari memanggil dokter untuk memeriksa Cia.

Sebelum dokter datang, mata Cia perlahan terbuka dan sayup-sayup menatap langit-langit rumah sakit. Ia memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri melihat di sekelilingnya dan melihat tangannya diinfus.

"ASTAGAAAA.. gue telattt.." Cia langsung duduk dan kesentak untuk bekerja. "Aww.." sekujur badannya terdapat luka lebam yang membuatnya sakit untuk bergerak.

Sepertinya Cia belum mengumpulkan nyawa. Otaknya masih loading untuk menyadari keadaannya sekarang dan kejadian yang telah terjadi kemarin malam.

"Ciaaaaaaaaaa....." -Putri memeluk Cia.
"Aw sakitttt."
"Eh sory sory gue seneng bangettt sihh."

Dokter memeriksa tensi dan detak jantung Cia.

"Semuanya sudah stabil. Tensinya normal, detak jantung normal. Tinggal pemulihan, perbanyak istirahat jangan lupa makan dan minum obat ya."

"Terima kasih dok"-Putri.

Beberapa menit setelah dokter keluar, Cia kembali duduk dan baru menyadari semua yang terjadi. Putri tak henti-hentinya memohon meminta maaf atas kejadian itu. Putri sangat merasa bersalah pada Cia.
Kalau malam itu Putri tidak mengajak Cia pasti semua itu tidak akan terjadi.

"Udah anjing! lebay banget deh ngapain sih nangis segala." Ucap Cia.

"Semuanya karena gue. Lo kaya gini karena gue. Gue minta maaf banget buat lo jadi gini Ciiii."

"Katanya sahabat? Gini doang geger banget." Jawab Cia kembali sambil tertawa dan menepuk pundak Putri yang menangis di sampingnya.

Dengan besar hati Cia memaafkan sahabat semata wayangnya, walaupun nyawanya hampir melayang. Menurut Cia semua bukan salah Putri. Saat itu Putri memang sedang berada pada fase sedih level akut. Meskipun sampai detik ini Cia tidak tahu apa penyebab yang membuat Putri seperti itu. Belum ada waktu yang pas untuk membicarakan hal penting seperti itu, apalagi masih di ranah rumah sakit.

Putri memberi HP Cia yang tercecer saat kejadian itu. Untung saja Putri sigap mendatangi kerumunan waktu kejadian itu. Ia  segera mengambil HP Cia yang jatuh. Kalau kalah cepat saja mungkin HPnya sudah lenyap ke tangan orang lain. Putri juga tahu dengan susah payah perjuangan Cia mendapatkan HP ini.

Ketika Cia mengecek HPnya ternyata ada 20 panggilan tak terjawab.

"Aksa tu. Gue gak berani angkat sembarangan Ci. Jadi ya gue biarin aja. Abis gue juga panik sibuk nyelamatin lo dulu." -Putri

"Ya enggak apa-apa. Angkat aja sih lain kali."

(Putri tersenyum) "Ada yang mulai jatuh cinta ni?"

Di bawah langit CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang