4

163 21 0
                                    

Akhirnya gue sampai di sebuah rumah gede banget, tapi masih gede yang kemarin sih, hehe.

Gue pun masuk ke dalam rumah. Di sana sudah ada Pak Jino sama Kakek Purnama dan juga ketiga cucu nya.

Dan kalian tau, Kakek bukan cuman minta gue ngurus mereka bertiga buat jadi akur.

Gue cerita sedikit ya.

Ada tiga sodara satu ibu tapi beda bapak. Jadi ibu mereka itu anak nya Kakek Purnama. Dan ibu mereka atau bisa di panggil Bulan, nikah sama tiga cowok secara bersamaan dan punya anak satu dari masing masing suaminya jarak umur mereka beda satu tahun.

Mereka itu Jyandra Sabitian Lunar, Tyandra Bastian Lunar, dan Ryandra Septian Lunar. Terlihat mirip dengan unsur huruf yang sama pada nama mereka.

Dan mereka gak bisa akur karena emang dari awal, mereka saling memperebutkan warisan kedua orang tua mereka.

Kedua orang tua mereka meninggal karena kecelakaan yang beruntun di Inggris. Hingga saat ini pun mereka masih bermusuhan dan jarang di rumah.

Kembali lagi ke topik awal.

Mereka bertiga malah liatin gue dengan sinis dan terkejut, gue juga sih, tapi dikit.

Author POV

'Nona pengirim? '

'Si cewek legend?!

'Wah! Si kurang ajar! Gue harus tagih tanggung jawab dia! '

"Kakek ngirim orang yang gak bertanggung jawab ke sini? " Tanya Septian sambil menatap Rubby sinis.

"Apa lo bil-?! " Rubby langsung menutup mulutnya ketika ia sadar di tatap oleh Purnama.

"Diam Septian, kakek mengirim orang yang layak dan benar, jangan membantah ataupun menolak" Jelas Kakek lalu pergi dari sana dan sebelumnya menepuk pundak Rubby.

"Nona pengirim! " Panggil Bastian.

"Apa? " Tanya Rubby dengan wajah masamnya.

"Kenapa sih lo bisa nyetujuin gitu aja ucapan kakek?! " Tanya Sabitian dengan nada ketus.

"Lah? Emang nya kenapa? Gue juga gak tau yang di maksud kakek 'cucu' itu kalian kali" Ujar Rubby.

"Kalian? " Bingung Bastian. "Kalian berdua pernah liat Nona Pengirim? " Tanya Bastian kepada kedua saudaranya itu.

Sabitian mengangguk lalu memberikan wink pada Rubby, namun di berikan tatapan jijik oleh Rubby.

"Hm, dia orang yang gak tanggung jawab waktu gue kena pukul" Jawab Septian.

"Hah?! Hello Septian, lo sendiri kenapa berdiri di belakang gue, yaudah gue ngehindar dari pukulan para cowok bodoh itu. Eh, nyampe nya ke lo. Lagian! Gue juga udah tanggung jawab kali. Gue udah bersiin ingus lo ya! " Teriak Rubby panjang lebar.

"Cih! Hahah.. Ingus lo di bersiin sama dia? " Tanya Bastian.

Septian hanya mendelik dan menatap Rubby tajam.

"Apa lo?! Lama lama gue colok mata lo ya! " Ujar Rubby menatap Septian nyalang.

"Awas aja lo gak tanggung jawab" Ujar Septian penuh penekanan lalu pergi menuju kamarnya.

"Ekhem! Rubby. Nama lo kan? " Tanya Sabitian pada Rubby.

"Iya" Jawab Rubby.

"Kenalin nama gue J-"

"Jyandra Sabitian Lunar. Udah udah, jangan basa basi pake sok sokan kenalan segala. Gue tau siapa nama kalian kok" Jelas Rubby lalu pergi ke kamarnya dan tidak menghiraukan uluran tangan Sabitian.

"Ciah! Si playboy di tolak! Hahaha! " Tawa Bastian.

"Ck! Kualat lo sama Abang sendiri! " Kesal Sabitian lalu pergi ke kamarnya.

"Jam 7? Pergi sekarang deh" Monolog Bastian lalu pergi menggunakan motornya ke arena balap.

Saat jam delapan malam Rubby keluar dari kamar untuk mengajak ketiga saudara itu makan malam bersama.

Rubby's POV

Ish! Ini kok pada gak ada di meja makan? Bukannya waktunya makan ya? Yaudah deh gue panggil bibi dulu.

Gue pun manggil bibi dan nanyain kenapa ke tiga Tian itu gak dateng.

"Mereka emang gak pernah makan bareng satu meja kecuali ada hal yang penting. Atau kalau almarhum tuan sama nyonya masih di sini" Jelas Bi Husna.

Gue pun mungut mungut doang terus gue berniat untuk menggedor gedor pintu kamar mereka bertiga.

Yang pertama Sabitian.

Tanpa ada sopan santun, gue pun gedor tuh pintu, tapi gak ada yang nyaut sama sekali sampai ke kamar Septian pun ketiga saudara itu gak nyaut.

Gue pun nanyain lagi ke Bi Husna. Terus Bi Husna jawab mereka itu mulai dari jam tujuh atau setengah delapan suka keluar. Ada yang ke club, arena balap, atau yang satu nyari cewek, ada juga yang pergi ke Ice Rink hanya sekedar bermain solo di tengahnya.

Gue pun langsung pinjem mobil ke salah satu penjaga. Gini gini gini juga gue mah jago naek mobil. Motor aja bisa, masa mobil nggak.

Hal pertama yang gue kunjungi ialah club.

Disana gue dapet si Sabit. Dia ternyata lagi mabok bareng cewek cewek yang bajunya udah kayak baju tarzan.

"Heyy, kenapa lo di sini? " Tanya Sabit yang langsung nge datengin gue dan ngehindarin para ciwi ciwi.

"Jemput lo! Ikut gue sekarang" Tekan gue yang narik tangannya, tapi malah di tarik balik, kan kesel.

"Bentar dulu, ngapain lo jemput gue? Masih jam delapan lebih beberapa menit kali" Jelas Sabit.

Gue cuma netep dia tajem, terus dia tiba tiba senyum, yang buat wajah gue mengjulid ria.

"Oh! Hahaha... Lo kangen gue? Akhirnya.. "

Apa sih? Sumpah, mau gue pukul tapi kasian.

"Bacot bener ya mulut lo! Ikut gue aja! " ujar Gue lalu narik dia sampe mobil.

Gue masukin dia ke mobil, terus gue tutup mulut, tangan, dan kaki dia pake lakban yang gue siapin.

Bukannya nolak dia malah diem aja anjir, ngeri banget gue punya majikan.

Selesai itu gue cus pergi ke arena balap.

Crazy Boys | JaSuKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang