Setelah pria paruh baya tadi di cafe ini, dia pergi dan meninggalkannya di meja yang ia singgahi.
"Eh, Sean! " Panggil Rubby pada Sean yang sedang berada di meja kasir.
"Apa?! " Tanya Sean.
"Ini, dompet bapak tadi ketinggalan" Ujar Rubby menunjuk pada dompet tebal itu.
"Yaudah lo kasih. Sono lari, keburu pergi" Ujar Sean sambil mendorong Rubby pergi.
Rubby pun berlari lalu akhirnya melihat punggung pria tua tadi yang hendak memasuki mobil mewahnya.
"Tunggu! " Teriak Rubby lalu pria tua itu, bersama pria yang mendampinginya menoleh dan melihat Rubby yang berlari.
"Maaf, ini tadi dompetnya ketinggalan hehe.. " Ucap Rubby dengan nafas yang tercekat karena kelelahan berlari.
"Eh? Ahhaha.. Terimakasih, dompet ini sangat berharga buat saya, peninggalan almarhum anak kakek" Ujar pria itu yang menyebut dirinya kakek.
"Oh ya? Almarhum anak kakek pasti sayang banget sama kakek" Ujar Rubby dengan senyum manisnya.
"Hahaha, tentu, kalo gitu ini" Ucap kakek itu sambil menyodorkan sejumlah uang pada Rubby.
"A-ah... Gak usah kek, sa-"
"Ini sebagai tanda terimakasih saya.. " Ujar kakek itu yang membuat Rubby kikuk.
"E-eh, gak usah kek, saya ikhlas kok bantuin kakek. Uangnya bisa kakek simpen kok buat anak yatim" Tolak Rubby.
'Eh! Gue juga kan anak yatim' batin Rubby.
"Eyy,, gak usah nolak, ini saya ngasih nya sebagai rasa syukur saya kok" Jelas kakek itu.
"Eeeuu.. Tapi kek.. "
"Udah Terima aja. Kalo gitu terimakasih banyak buat dompetnya ya. Kakek pulang dulu" Pamit kakek itu setelah memasukan uang tersebut pada saku apron Rubby.
"Ahh... Makasih kakek... Hati hati di jalan kakek.. " Ucap Rubby sambil menunduk dan tersenyum lalu kembali ke cafe nya.
***
"Kalian harus balik lagi kerumah sekarang" Titah pria tua di sebuah ruang tamu pada ketiga anak muda di hadapannya yang mulai malas.
"Tapi kek-"
"Tanpa penolakan Sabitian! " Tegas pria tua itu yang membuat ketiga pemuda di hadapannya menghela nafas berat.
"Kakek bakal tinggalin kalian bukan di rumah ini" Jelas Kakek.
"Satu atap kek? " Tanya Bastian.
"Tentu, ngapain kamu nanya lagi" Ujar Kakek.
"Fasilitasnya gimana kek? " Tanya Sabitian.
"Seperti biasa, banyak pelayanan dan penjagaan di sana. Tetapi, kalian memiliki satu orang yang kakek sendiri tidak akan menjelaskannya sekarang" Jelas Kakek.
"Sekarang kalian pergi ke rumah itu" Titah kakek.
"T-"
"Tanpa ada penolakan sayang, kalo kalian bersikukuh nolak, semua aset kalian kakek sita. Sekaligus harta warisan kalian, kakek sumbangin ke panti asuhan" Jelas Kakek.
"Huft, Bas sih mau mau aja, cuman gak bisa kalo sama mereka berdua yang berantemnya udah kayak anak kecil" Jelas Bastian yang menunduk.
"Apa lo bilang?! " Teriak 2 pemuda yang di tuju oleh Bastian.
"Apa lagi Septian yang dinginnya sampe buat Bastian masuk angin kek" Adu Bastian pada kakeknya.
Sedangkan Septian hanya menatap Bastian sinis. Dan Sabitian hanya menahan tawanya.
"Udah udah, kalian pergi sekarang gih" Titah Kakek yang langsung di turuti.
"Kamu panggil wanita tadi ya Pak Jino" Titah kakek tadi pada pria muda yang selalu bersamanya, di duga dia adalah asisten pribadi Kakek itu.
"Baik, pak, secepatnya"
***
Rubby's POV
Selesai kerja, gue langsung aja cus pamit ke temen temen kerja gue termasuk Ricky, sama Jidan lalu gue keluar cafe.
Waktu gue keluar, gue liat cowok yang tadi bareng kakek yang ngasih gue uang. Terus dia neg bungkuk hormat dan gue bales lalu gue senyum.
"Ada yang ketinggalan pak? " Tanya gue sambil senyum.
"Tidak, saya ingin membawa nona Rubby ke suatu tempat, anda di undang oleh Pak Purnama"
"Oh, boleh" Jawab gue.
Gue pun langsung masuk mobil setelah di persilahkan oleh cowok itu. Tapi dia malah ngeliatin gue waktu gue duduk di kursi depan di samping dia.
"Kenapa? " Tanya gue.
"Mm, sebelumnya saya minta maaf, nona Rubby adalah tamu yang saya jemput jad-"
"Oh.. Iya iya, gak papa lah, lagian sama aja, cuman beda posisi" Jelas gue sambil senyum. Cowok tadi pun ngejalanin mobilnya.
Sampai beberapa menit, gue sampe di rumah yang gede banget. Mau nyebut kayak istana tapi kayaknya lebay deh.
Gue pun di ajak ke salah satu ruangan. Dan gue ketemu kakek tadi. Gue pun bungkuk sedikit.
"Akhirnya datang" Ucap si Kakek.
Gue cuman senyum dan duduk setelah kakek nyuruh.
Ternyata bener kata Sean, rumahnya gede, ngabisin tanah orang aja.
"Rubby" Panggil Kakek yang sontak gue langsung noleh. Padahal lagi enak enak ngeliat pemandangan di luar jendela gede.
"Eh? Iya? " Tanya gue.
"Boleh gak kakek minta sesuatu dari Rubby? "
Lah kok nanya dulu, minta mah minta aja kali.
"Tentu kek, apapun, kalo Rubby sanggup" Jawab Gue.
"Kakek mau minta tolong buat jagain ketiga cucu kakek. Kakek udah gak muda lagi, jadi... "
Eyy, ngejagain cucu mah gampang, palingan sebawah gue umurnya.
"Kakek minta tolong... Banget buat Rubby jagain cucu cucu kakek ya? Rubby bisa tinggal di rumah yang udah kakek siapin. Rubby juga bisa kalo misalkan Rubby masih pengen kerja di cafe"
Gue diem aja tuh ngedengerin orang tua bicara. Sopan santun dan patuh.
"Soal cucu cucu kakek bisa di jelaskan oleh Pak Jino. Silahkan pak Jino"
Oh namanya Jino toh.
Tiga puluh menit Pak Jino nge jelasin, gue cuma diem matung. Pasalnya gue kira cucu cucu nya di bawah gue umurnya. Ternyata semuanya di atas gue.
Asalkan kalian tau, mereka si tiga pelanggan terakhir gue waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boys | JaSuKe
FanfictionDi beri tanggung jawab menjadi pengurus tiga anak musuhan itu bukanlah hal yang amat sangat mudah. Apalagi ketiga anak itu lebih tua dari Rubby. Jika bukan karena keinginan kakek mereka, Rubby tidak akan pernah sudi melihat tiga orang yang di cari...