6

124 18 0
                                    

Author POV

"Cih! Haha, kata kakek? " Tanya Septian dengan nada remehnya dan manatap Rubby.

"Lo yakin? Lakuin semua ini karena kakek?" Ujar Septian kembali.

Semuanya tengah menatapnya dengan bingung termasuk Rubby.

"Terus? Lo pikir buat apa lagi gue maksa kalian makan bareng biar kalian balik lagi kayak dulu. Jadi tiga saudara yang hangat" Jelas Rubby.

"Haha.. Lo yakin? Emangnya lo rela ngelakuin ini tanpa uang? Lo... Ngelakuin ini demi uang kan? " Tanya Septian dengan senyuman jahatnya.

"Maksud lo? Gue kayak gini demi uang? " Tanya Rubby.

"Pake nanya lagi. Udah jelas kan? "

"Tunggu, emang nya lo tau apa tentang niat gue giniin lo orang? Hah? " Tanya Rubby.

"Jangan sok ta-"

"Lo yang sok tau! " Teriak Sabitian.

"Lo yang sok tau tentang hubungan kita. Tau apa lo soal persaudaraan kita. Cuman modal di kasih tau sama kakek doang tapi kelakuan lo kayak yang udah tau semuanya" Ujar Sabit.

Rubby hanya diam menatap mereka berdua dengan bingung sekaligus kesal. Apalagi ketika Sabit membentaknya.

"Dari awal, kita emang gak pernah tulus buat bareng bareng dan nyiptain sebuah persaudaraan yang hangat" Jelas Sabit.

"Lo bisa gak sih buat gak usah egois By? Lo pikir kita mau mau aja lo giniin? Tolong ngertiin perasaan kita juga. Coba lo ngertiin deh gimana rasanya kalo lo hidup bahkan makan satu meja sama orang yang lo benci dari dulu hah? Tau gak gimana rasanya? " Tanya Sabit.

"Gue tau. Rasanya kalo gue makan bareng sama kalian, seluruh niat dan mood gue ilang" Jelas Rubby yang membuat Bastian kaget.

"Lo... Benci sama kita? " Tanya Bastian.

"Siapa yang nggak? Orang orang payah yang susah di atur. Yang sok sokan jadi orang dewasa padahal pikiran nya kayak bocah TK. Di tunjukin jalan yang bener malah ngelak" Jelas Rubby.

"Lo pikir lo nunjukin jalan yang bener? " Tanya Sabitian.

"Ya lo pikir aja, orang yang dewasa kan tau mana yang baik dan buruk" Jawab Rubby.

"Sok iye banget lo! " Teriak Septian yang berdiri dari duduknya.

"Yang lo mau dari awal itu duit kan? " Tanya Septian lalu mengeluarkan isi dompetnya yaitu sejumlah uang merah lalu melemparkannya pada Rubby.

"Finally, sekarang gue minta lo pergi dari sini" Ujar Septian lalu pergi.

"Cih! Dia yang nyuruh gue pergi, tapi malah dianya yang pergi. Bego" Gumam Rubby.

Bastian hanya terkejut, ia memang tak tau harus melakukan apa agar semuanya cepat selesai.

Sabit pun juga pergi. Dan akhirnya Bastian menghampiri Rubby yang tengah terdiam dengan kepalan tangannya yang dari tadi ia tahan untuk menonjok dua bedebah sialan itu.

"By.. Gue mau mastiin doang. Gue selalu percaya sama lo, apapun yang lo lakuin gue pasti dukung. Tapi kalo soal persaudaraan kita... Gue mihak kedua saudara gue. Kita ini emang udah kayak air sama minyak, gak akan bisa nyatu" Jelas Bastian lalu pergi.

Rubby hanya terdiam dan akhirnya meloloskan air matanya.

"Gue tau tapi izinin gue buat jadi sabun"

***

Sudah tiga hari, Rubby tidak berkomunikasi dengan ketiga orang itu. Mungkin dia hanya mengobrol hal yang penting saja, itu pun hanya dengan Bastian.

Dan keadaan itu, di maklumi oleh Purnama. Ia menasihati Rubby, dan memperjelas bagaimana sifat ketiga pria itu.

Karena hari ini Rubby bosan di rumah. Ia berpamitan kepada Bi Husna untuk pergi ke Cafe, ia sangat rindu pada ke tiga sahabatnya itu.

"Bestehhh!!! " Teriak Rubby saat melihat Sean yang sedang berada di meja kasir.

"Uwahhh! Bestehh! " Teriak Sean.

Sementara Jidan dan Ricky hanya menatap mereka dengan julid.

Sean dan Rubby pun bergabung bersama Ricky dan Jidan.

"Gimana kerjanya? " Tanya Jidan.

"Ya.. Gitu" Jawab Rubby.

"Gitu gimana? " Tanya Jidan.

"Banyak nanya banget sih ah! " Kesal Rubby.

"Yee.. Kita kan pengen tau lo disana kayak gimana" Ujar Ricky.

"Huft... Sebenernya, gimana ya? Di sana itu, ada enak nya ada nggak enak nya. Tapi gue juga gak tau apa yang enaknya" Jelas Rubby.

"Udah gue duga lo bakalan tertekan sih" Ujar Sean.

"Gue juga... Gimana ya? Gue makin gak enak sama kakek, kalo gue marahan sama mereka terus, ma-"

"Lo marahan sama mereka? Kenapa bisa anjir?! " Teriak Sean tak percaya.

"Huft, intinya mereka gak mau bareng bareng biar jadi tiga sodara adik kakakan" Jelas Rubby.

"Gue.. Makin gak enak, apalagi kakek makin hari makin nge drop" Jelas Rubby sambil menunduk.

"By, kakek itu kan bukan siapa siapa lo, ngapain lo khawatir? " Tanya Ricky.

"Emang, tapi... Dia kan udah ngasih ke percayaan nya sama gue. Gimana gue gak kayak gini" Jelas Rubby.

S

emuanya diam seketika, tak tau apa yang harus di cerna dalam pikiran mereka.

"Jadi.. Lo-"

Sean berbicara namun nada dering handphone Rubby memotong.

"Bentar, heheh" Ucap Rubby lalu mengangkat telponnya.

"Halo? "

"Ah, iya, siap "

"Iya, segera"

"Iyaa.. "

"Kenapa By? " Tanya Jidan ketika Rubby sudah menutup telponnya.

"Mm... Guys, gue harus pergi, udah ada pak Jino di depan. Kapan kapan kita ngobrol lagi ya! Bye! " Jelas Rubby lalu pergi.

"Hati hati! " Teriak Jidan.

"Selalu! " Balas Rubby.

"Lama lama gue khawatir sama dia. Gue tau fisik maupun batinnya lelah" Ujar Sean.

"Yaa.. Kalo kemauan dia juga kita gak bisa nolak bang" Ujar Jidan.

"Dah ah! Gue pengen tidur" Celetuk Ricky.

"Yaudah tidur aja, pake curhat dulu lagi" Ujar Sean.

Crazy Boys | JaSuKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang