17

86 16 0
                                    

"Mohon maaf, saya sungguh minta maaf, saya lalai menjaga anak s-saya.. Hiks.. " Tangis ibu itu di depan pintu yang tengah terduduk.

"A-ah.. Ibu berdiri, tidak enak, di lihat banyak orang" Ujar Jino.

Ibu itu langsung berdiri dan menarik anak nya menghampiri Rubby. Rubby terkejut dan bingung.

Semua orang hanya menatap mereka bertiga.

Rubby meringis melihat anak kecil itu, wajah dan badannya banyak sekali luka lebam, matanya sembab, dan terus di paksa menunduk dan meminta maaf pada Rubby.

"Cepet minta maaf! Gara gara lo! Gue di kucilin sama temen temen gue! Gue udah gak sudi dari awal lahirin lo! " Bisik ibu itu pada Anaknya namun masih terdengar jelas.

Anak itu menunduk. Semua orang melotot tak percaya termasuk Rubby.

"M-maafkan s-saya... " Ucap anak kecil itu.

"A-ah.. " Rubby menatap semua orang berharap ada yang membantunya.

"I-iya... Gak papa... S-saya baik baik aja.. " Ucap Rubby.

"Terimakasih, saya akan mendidik anak saya dengan baik" Ucap ibu itu.

"Sekali lagi,  minta maaf sebesar besar nya" Ucap ibu itu lalu menarik anak kecil itu hingga anak itu kesusahan untuk menyamakan langkah kecilnya dengan ibunya.

Rubby membeku lalu tersadar dan mengibaskan selimutnya lalu berusaha berdiri namun kepalanya amat sangat sakit.

"Tu- akh! "

"Jangan banyak gerak" Ujar Sabit yang memeluk Rubby agar tak terjatuh.

"Tapi.. Kasian" Ucap Rubby dengan matanya yang berkaca kaca.

"Lo belum pulih" Ujar Sabit yang kembali mendudukan Rubby di bangsal nya.

Jino pun akhirnya pergi setelah memastikan ibu tadi tidak melakukan hal hal yang tidak tidak pada Rubby.

Hening melanda ruang VIP ini, tak ada percakapan dan kutipan seseorang. Hingga Rubby memecahkan keheningan ini.

"Sebenarnya... Siapa aku? " Tanya Rubby menatap kosong ke arah depan.

"Pengen pulang.." Ucap Rubby lalu menenggelamkan kepalanya kepada lipatan tangan yang ia ciptakan.

"By.. " Panggil Jidan.

Rubby menatap Jidan dengan wajah basah. Jidan langsung mendekap Rubby dengan erat dan hangat.

"Maaf kalo menurut lo gue lancang. Tapi... Lo suka pelukan hangat, kan? " Bisik Jidan tepat di telinga Rubby.

"Gue mau pulang ya, mamah udah nelpon gue mulu sama bang Sean" Ujar Jidan melepaskan pelukannya dan menghapus jejak air mata Rubby.

Sean yang sedang duduk menyilangkan tangannya di sofa dengan wajah yang cemberut sendari tadi langsung berlari dan mendekap Rubby erat.

"Anjing banget lo! Demi anak kecil doang, lo bego! Di sana juga banyak orang! Jangan jadi orang yang waras banget nyet! " Teriak Sean sambil mendekap Rubby.

Rubby membulatkan matanya, ia sungguh terkejut, suara Sean sungguh memekakkan telinga Rubby.

"Gue pergi ya, bye.. " Ucap Sean yang melepas pelukannya.

"Bang kita duluan ya, titip Rubby" Ucap Jidan.

"Bye bye semua" Ucap Sean.

"Iya hati hati" Ujar Sabit.

"Ki, gak ikut? " Tanya Sabit pada Ricky yang sedang menatap Rubby dengan tatapan yang 'kenapa? '.

"Eoh? Iya, sekarang gue pamit ya bang" Ucap Ricky.

"Sama Rubby? " Tanya Sabit.

"Percuma, dia gak kenal gue" Jawab Ricky datar lalu pergi.

Bastian sendari tadi hanya diam, entah apa yang harus ia lakukan? Rubby tak lagi mengenal nya, Sabit, Septian, Jino, bahkan ketiga sahabatnya.

"Cih! Murung terus lo Bas" Ujar Sabit menepuk pundak Bastian lalu menghampiri Rubby, mengambil bubur yang tersedia lalu menyuapi Rubby meski susah.

"Aaa"

Rubby hanya menatap Sabit datar lalu bubur di mangkoknya.

"By, lo mau apa? " Tanya Sabit.

"Siapa aku? " Tanya Rubby.

Sabit amat sangat jengah dengan Rubby, apalagi saat Rubby berbicara 'aku' ah sangat menjijikan meskipun Sabit mengakui dirinya buaya.

"Pake lo gue, bisa gak? " Tanya Sabit.

"Hm"

"Kita bertiga abang lo" Ujar Sabit. Bastian dan Septian menatap Sabit tak percaya.

"Sabit! Kalo lo kayak gitu gak akan balikin ingatan Rubby anjir" Kesal Bastian.

"Stt.. Ikutin rencana orang waras, jangan banyak ngomong" Ujar Sabit.

"Nama gue Jyandra Sabitian Lun... ar"

Sabit mengingat saat ia pertama kali di perkenalkan oleh Rubby, dimana Rubby segera memotong ucapannya karena sudah mengenal Sabit.

Sabit menggeleng dan langsung tersenyum menatap Rubby.

"Yang itu Tyandra Bastian Lunar, dan yang satunya lagi Ryandra Septian Lunar, dan lo Bella Rubby Zygo" Jelas Sabit yang membuat Rubby bingung.

"Kenapa namanya beda? " Tanya Rubby.

"Karena lo cewek" Jawab Sabit enteng.

"Terus... Orang tua kita? " tanya Rubby.

"Orang tua kita udah meninggal lima tahun yang lalu" Jawab Sabit.

"Kakek lagi di ruang sebelah, mau ketemu?" Tawar Sabit.

"Kakek? " Bingung Rubby.

"Iya ah! Lo mah, bentar " Ucap Sabit lalu mengambil kursi roda yang tersedia dan mendudukan Rubby di sana.

Mereka berempat pun pergi ke ruangan Purnama.

"Gue... Panggil kalian bang dong ya? " Tanya Rubby.

"Tentu lah, kita abang lo" Jawab Sabit.

"Mm... Bang, nama kakek kita siapa? " Tanya Rubby.

"Purnama" Jawab Bastian.

Mereka pun sampai, Purnama sedang duduk di sofa yang tersedia lalu memeluk Rubby dengan erat.

"Kamu gak papa? Kakek khawatir tau" Ujar Purnama.

"Hm, gak papa" Ucap Rubby.

***

Sabit sudah merencanakan semuanya dengan kakek lewat chat, dan kakek menyetujuinya, dan sekarang Sabit memberitahu dua adik nya dan ketiga sahabat Rubby karena Jino sudah pasti tahu.

Rubby tengah berada di kamarnya, menatap semua barang yang menurutnya asing.

Rubby sudah di ceritakan semua tentang semuanya dengan rinci tadi, namun ia masih tak mengingat apapun.

"Rubby" Panggil Bastian dengan senyuman di wajahnya.

"Makan malam dulu yuk! " ajak Bastian.

Mereka semua makan malam di meja makan. Baru kali ini, hanya sekarang. Demi Rubby, meskipun mereka tak ingin.

Ada untungnya Rubby hilang ingatan saat sudah mengambil hati ketiga pria gila ini.

Crazy Boys | JaSuKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang