Teriakan demi teriakan terus masuk ke dalam gendang telinga Rubby yang suci itu. Hampir semuanya berteriak ketika ada zombie apalagi Sean yang teriakannya mungkin sampai ke seluruh penjuru dunia.
"Aaaakkk! "
"Anjing! Jangan teriak bego! "
"Bahasanya... "
"Sean nya yang berisik! "
"Aaaakkk! "
"Bang Sabit! "
Yah seperti itu lah kurang lebih. Teriakan di ruang itu sangat menggelegar hingga luar. Beberapa menit kemudian mereka diam kala adegan salah satu kelompok di sana terkena zombie.
Tak lama adegan kissing terjadi di film itu dan membuat mata Rubby membola juga mulutnya yang juga ikut membola.
"Wow.. " Gumam Rubby lalu seketika matanya di tutup oleh tangan Septian di sampingnya.
"Ish bang! Gak keliatan" Kesal Rubby.
"Lo masih kecil, gak boleh nonton orang ciuman" Ujar Septian.
"Ish! Apa sih, orang udah gede gue"
"Nggak, lo masih pendek. Tinggi lo masih di pundak si Jidan" Ujar Bastian.
"Ish! "
Mereka pun kembali menonton dengan khidmat bersama teriakan teriakan yang menggelegar dimana mana.
Jino menatap jam tangannya yang menunjukan waktu hampir menjelang petang, ia langsung berdiri dan menuju dapur untuk menyiapkan bahan bahan untuk nanti bakar bakar.
Sabit mengikutinya untuk membantunya begitu juga Septian yang mengikutinya karena bosan menonton film ini.
Mereka pun membawa barang barang ke halaman villa dengan hati hati, juga menyiapkan bahan untuk makanan nantinya.
"Oh iya, katanya Rubby mau kuliah" Ujar Sabit melepaskan keheningan.
"Eoh? Tumben"
"Haha.. Pengen kuliah kayak Ricky katanya. Ajarin dia yang bener ya, temenin di kampusnya" Ujar Sabit.
"Tentu, saya akan menjaganya " Ujar Jino.
"Loh? Kan lo bisa jagain dia sendiri, orang kampusnya si kiki deket" Ujar Septian.
"Gue mau ke Amerika, di suruh sama kakek, buat ngurus perusahaan di sana dulu" Jelas Sabit yang membuat mata Septian membola.
"Hah?! Berapa lama lo di sana? " Tanya Septian.
"Kurang tau, katanya satu sampe empat tahunan" Jawab Sabit.
"Anjing, lama banget. Rubby udah tau?" Tanya Septian kembali.
"Tentu nggak lah" Jawab Sabit.
Semua yang di siapkan pun sudah lengkap dan rapi, juga hari sudah berganti gelap, lalu Jino berinisiatif untuk memanggil semuanya.
"Saya akan memanggil semuanya" Ujar Jino.
"Semuanya, pergi ke halaman, kita akan bakar bakar di sana" Ujar Jino saat sampi di gerombolan remaja yang menonton zombie itu.
"Yes!"
Mereka semua pergi ke depan, namun Rubby segera pergi ke kamar untuk membawa sweater couple nya, namun bukan couple berempat, atau berdua namun berdelapan.
Saat di butik saat itu, Rubby sempat pergi ke toilet lalu menyuruh salah satu karyawan butik untuk membuatkan sweater couple untuk berdelapan.
Tiba tiba Rubby mengingat ekspresi Sabit saat baju yang mereka pesan datang, baju tersebut amat sangat banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boys | JaSuKe
Fiksi PenggemarDi beri tanggung jawab menjadi pengurus tiga anak musuhan itu bukanlah hal yang amat sangat mudah. Apalagi ketiga anak itu lebih tua dari Rubby. Jika bukan karena keinginan kakek mereka, Rubby tidak akan pernah sudi melihat tiga orang yang di cari...