9

101 17 0
                                    

"Ngomong ngomong, lo gak mau berhenti apa? " Tanya Rubby.

"Hah? Tentang? " Bingung Bastian.

"Lo gak mau berhenti balapan apa? Mana balapan liar lagi. Lo gak takut kalo tiba tiba polisi nangkep kalian? " Tanya Rubby.

Bastian tersenyum "jangan kejauhan pikirannya, polisi gak bisa nangkep gue" Jawab Bastian.

"Yaaa... Kalo waktu itu lo emang gak ada alesan lagi buat lo gak di penjara gimana? " Tanya Rubby yang buat Bastian bungkam.

"Gue mau nanya. Manfaat dari balapan lo ini apa? " Tanya Rubby.

"Cuman buang buang waktu sama buang buang uang, meskipun emang nanti lo bakalan dapet uang kalo lo menang" Jelas Rubby.

"Cuman cara ini... " Cicit Bastian.

"Hah? "

"Cuman cara ini yang buat gue tenang By" Ujar Bastian menatap manik Rubby.

"Cuman cara ini... Yang bisa bikin gue lupain kenangan waktu itu. Waktu orang tua gue kecelakaan. Gue inget waktu itu hujan gede banget, dan di depan mata gue, orang tua gue juga orang tua bang Sabit sama Septian kecelakaan" Jelas Bastian.

"Gue masih inget waktu itu tatapan mata ayah, natap mata gue seolah olah minta gue jadi anak yang bermanfaat dan baik. Tapi saat gue baca buku, rasanya semua badan gue sakit, dan gue lebih tenang kalau balapan" Jelas Bastian.

"Dan tatapan terakhir Bunda, seolah olah nyuruh gue buat akur sama saudara gue. Tapi rasanya... Gue gak yakin kita bakalan akur" Jelas Bastian kembali.

"Bas? Gue tau gimana perasaan lo. Gue tau lo pengen jadi anak baik. Sebenarnya juga lo emang anak yang baik. Nilai nilai lo yang gede aja udah menjamin lo anak baik" jelas Rubby.

"Tapi... Lo bisa berubah bukan karena baca buku doang. Sekali kali, gunain skill drive lo dengan cara jadi kurir atau hal lainnya. Dan insya Allah hal itu bisa bikin lo sebagai orang yang baik dan bermanfaat. Kalo lo gak mau jadi kurir atau semacamnya. Coba aja lo ikhlasin masa lalu, pahami masa kini dan siap buat masa depan. Dan di balik itu, coba lakuin hidup lo dengan sabar" Jelas Rubby.

Bastian tersenyum dengan mata yang berkaca kaca. Rasanya ia melihat sosok ibunya yang ia rindukan selama ini.

"Makasih ya By.. Gue yang paling tua tapi lo yang paling dewasa. Jadi pedicure" Ujar Bastian.

"Insecure bang, heheh... Jangan sampe gue lempar ni kuah baso ke muka lo" Ujar Rubby.

"Lo gak mau ni baso? Enak loh" Ujar Rubby.

"No"

"Aaaa~ ngiung ngiung ngiung ada jenazah lewattt~ " Ujar Rubby yang melayang layangkan sendang berisi sepotong baso kecil menuju Bastian dan sang empu pun menerimanya.

"Dasar bayi" Cibir Rubby.

"Lo mau curhat apa? " Tanya Bastian.

"Apaya? Gue juga lupa, nanti aja deh kapan kapan" Jawab Rubby.

Setelah makanan Rubby habis, akhirnya mereka pun pulang dengan selamat.

"Abis dari mana kalian? " Tanya Sabit yang sedang duduk di sofa ruang utama sambil membaca majalah.

"Kamu nanya? Kita abis dari mana. Yaudah biar aku kasih tau ya-"

"Bacot ah gue serius" Kesal Sabit.

"Kita abis makan tadi. Walaupun sebener nya gue doang yang makan" jelas Rubby.

"oh"

"Oh? Udah gitu doang? " Tanya Rubby tak percaya.

"Iya" Jawab Sabit.

"Buang buang waktu anjir" Ucap Rubby lalu pergi ke kamar nya diikuti Bastian yang juga ikut pergi ke kamarnya.

***

Tinggal dua minggu lagi, Rubby lulus SMA. Ia sangat ingin lanjut ke Universitas, tetapi sepertinya ia belum sanggup jika ia berkuliah saat menjaga ketiga saudara itu termasuk Jino.

"Au ah! Gabut gue! Ke makam ibu aja kali ya" Monolog Rubby.

Ia pun bersiap siap untuk pergi ke makam ibu dan ayahnya.

Saat keluar kamar, ia sudah di suguhkan oleh Sabitian yang sedang berdiri menatap pintu kamar Rubby dengan tangan yang di silangkan.

"A-anj- kaget gue su! " Kesal Rubby.

"Lo mau kemana? Rapih banget meskipun item baju lo" Tanya Sabitian.

"Bukan urusan lo! " Jawab Rubby yang hendak pergi namun di hadang oleh Sabit.

"Gue anterin yuk! " Tawar Sabit.

"Gak ma-"

"Tidak ada penolakan tuan putri" Potong Sabit lalu membawa Rubby ke dalam mobilnya.

Mereka pun sampai di makam orang tua Rubby.

"Ibu.. Udah lama Rubby gak kesini" Ujar Rubby yang mengusap batu nisan ibunya dan juga ayahnya yang berada di samping makam ibunya itu.

"Sebentar lagi Rubby lulus. Dan untuk yang kedua kalinya, Rubby lulus sekolah menengah tanpa kalian" Ujar Rubby lalu menatap langit yang sedikit mendung.

"Bu, yah, mungkin emang kebiasaan kali ya, kalo setiap Rubby berkunjung ke sini, pasti mau ujan" Ujar Rubby sambil menahan air matanya.

"By, udah gerimis. Mau pulang? " Tanya Sabit.

"Huft... Yaudah ibu ayah, Rubby pamit pulang ya. Kali ini Rubby punya hadiah buat ibu sama ayah"

Rubby pun menyimpan satu buket mawar putih di masing masing nisan orang tuanya.

"Kata guru Rubby, kita harus ngasih bunga mawar putih untuk orang yang kita sayang. Sebagai tanda rasa sayang kita ke orang itu. Rubby pamit" Ujar Rubby lalu pergi ke dalam mobil bersama Sabit.

Rubby pun menghela nafasnya dan sedikit tersenyum. Air matanya sama sekali tidak terjatuh.

"Lain kali kalo mau nangis mah nangis aja" Ujar Sabit sembari menjalankan mobilnya.

Crazy Boys | JaSuKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang