7

128 17 0
                                    

Tok! Tok! Tok!

Rubby mengetuk pintu kamar Purnama. Padahal baru saja tadi ia di panggil tetapi kenapa siang ini ia kembali di panggil.

"Nona Rubby, kau bisa langsung masuk" Ujar Jino yang di angguki Rubby lalu membuka pintu.

Ia sangat terkejut melihat purnama yang sudah terpasang infus di tangannya.

"Kakek..." Lirih Rubby lalu menghampiri Purnama.

"Kakek kok bisa kayak gini? Jangan banyak pikiran dulu kek, jadinya drop kayak gini" Jelas Rubby.

"Hehe.. Gak usah khawatir, kakek baik baik aja" Jawab Purnama.

"Kakek, kenapa panggil saya? " Tanya Rubby.

"Rubby... Untuk yang kedua kalinya. Kakek... Minta kamu jagain mereka. Jangan bilangin ke siapa siapa kalo kakek nge drop ya? "

"Kakek minta tolong... Banget buat mereka akur di hari hari akhir kakek. Kakek janji bakalan ngasih apa yang kamu mau. Ya? "

Rubby hanya menatap Purnama dengan mata yang berkaca kaca. Bagaimana ia bisa untuk tidak memberitahukan Purnama sakit pada cucu nya?

"Rubby... Janji kek" Jawab Rubby.

"Kakek bener bener minta tolong sama kamu buat jagain mereka bertiga. Dan juga Jino" Ujar Purnama menatap Jino.

Mata Jino memanas. Siapa yang tidak terhura jika seseorang memastikan keselamatan orang yang ia tuju?

Jino menunduk.

"Tentu kek, siapun itu, bakalan Rubby jagain"

***
A

khirnya Rubby sampai di rumah kerjanya. Ia langsung memasuki kamarnya dan membersihkan diri lalu melamun di atas kasurnya.

Rubby's POV

Apa ya yang harus gue lakuin lagi? Apa gue harus pura pura sakit?

Gak gak gak

Mm.. Kayaknya.. Argh! Au ah! Gue mau makan aja!

Gue pun pergi ke tempat makan setelah bermonolog sendiri. Di perjalanan gue ketemu sama Sabitian, bersamaan dengan keluarnya gue dari kamar.

Gue cuman liat dia terus pergi, tapi tangan gue di tahan sama dia.

"Apa? " tanya gue.

Tiba tiba dia peluk gue gitu aja, tanpa beban seenak nya aja maen hug hug gue.

"E-eh? Lo-"

"Maafin gue buat yang kemarin kemarin"

Gue pengen banget ngomong 'affah iyah? Lo kan buaya'. Tapi nggak deh, kasian anak orang.

"Iya t-tapi jangan meluk juga"

Author POV

Dibalik indahnya pelukan Sabit dan Rubby, ada seseorang yang menatap mereka intens penuh kebencian.

Flash back

"Lo jangan deketin cewek gue! " Teriak Sabit pada Septian yang sedang berada di club.

"Deketin cewek lo? Yang mana? " Tanya Septian remeh.

"Cih! Jauhin Vera sekarang juga! " Tekan Sabit.

"Bukannya lo ya yang harus jauhin dia? Gue gak rela sahabat gue nangis nangis mulu ke gue gara gara lo" Jelas Septian.

"Lo gak tau apapun! Intinya jauhin Vera sekarang" tekan Sabit kembali.

"Nggak janji, gue liat sikap lo. Dan seharusnya juga, gue... Gak berhak jauh dari sahabat gue" Jelas Septian.

Flashback off

Septian segera pergi ke sebuah rumah sederhana milik temannya itu. Dia langsung membuka buka pintu yang menghalanginya dengan keras. Untung saja hanya ada Vera seorang disini.

"Septian! Lo ngapain marah marah sih?! " Tanya Vera kesal.

"Putusin si Sabit sekarang! " Ujar Septian.

"Loh... Kok? Maksud lo? " Tanya Vera bingung.

"Lo gak cape apa hah?! Tiap hari nangis nangis mulu liat dia selingkuh sama cewek yang tiap saat beda orang! " Teriak Septian.

"Gue gak papa Ti... Gue bener bener gak papa, gue kuat" Lirih Vera.

"Jangan sok kuat lo di depan gue! Gue tau lo sakit hati! Jangan kayak gini! Gue gak tahan!  Putusin dia sekarang! " Bentak Septian.

Bukan apa apa jika Septian seperti ini. Ini karena dia menyayangi sahabatnya. Tentunya tak ingin Vera terluka dalam bentuk apapun.

"Kalo lo masih belum mau putusin Sabit. Lo bukan sahabat gue lagi" Final Septian lalu pergi.

Septian akhirnya kembali sampai di rumah nya, ia langsung memasuki kamar menghiraukan Rubby yang berada di depan pintu mematung.

Sepertinya Septian sedang memiliki banyak masalah hidup pikir Rubby lalu menonton TV di ruang utama meskipun di kamarnya di fasilitasi TV juga.

"Oh Hana kau sedang apa?..... "

"Hahaha... Tayo kau terlihat sangat lucu"

"Hahahah.. " Tawa Rubby menggelegar ketika ia menonton Tayo.

Di lain tempat.

Septian tengah menutup telinganya dengan bantalnya karena terganggu dengan suara TV dan Rubby yang besar.

Ia pun segera keluar mengambil bantal nya dan ia lemparkan tepat di depan wajah Rubby.

"A-! "

"Berisik tau gak sih?! Nontonnya di kamar lo bisa gak?! " Kesal Septian.

"Ish! Ngapain nge ganggu gue sih?! Ini juga mau gue kecilin ya! Tapi remotnya kelempar tuh masuk ke gelas gara gara lo! " Teriak Rubby menunjukan gelas berisi air dan remot TV.

"Ish! Kalian kenapa sih anjir?! Ganggu orang tidur! " Kesal Sabit yang juga ikut keluar dengan muka bantal nya.

"Tanya aja lo sama dia " Tunjuk Septian pada Rubby.

"Heh! Hellow! Wahai bapak Asep! Lo yang duluan mulai! Gue mah tenang tenang aja tuh" Ujar Rubby.

"A-Asep?! " Tanya Septian tak percaya. Ia langsung melempari Rubby dengan bantal tadi.

"Aw! Aw! Aw! Asep! Sakit tau! Gak sopan lo sama anak kecil! Gue bilangin kakek ya! " Teriak Rubby.

"Bilangin aja kalo lo bisa! "

"Ish! Bangsat! Sakit anjir! Sabit! Tolongin gue! " Teriak Rubby.

Pakkk!

"Sekali lagi kalian berisik! Gue santet lo bertiga! "

Crazy Boys | JaSuKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang