23

76 14 0
                                    

Televisi terus saja menyala, tetapi tatapan Rubby rasanya kosong, ia tidak mood untuk menonton atau melakukan apapun.

"Hai Rubby" Sapa Sean yang datang bersama Jidan dan Ricky.

Rubby langsung mengalihkan pandangannya menuju mereka dan tersenyum lemah.

Mereka langsung duduk di sebelah Rubby sebab memang sendari tadi Rubby sendiri saat sedang menonton televisi.

"Gimana keadaannya? Udah mendingan? " Tanya Jidan yang mengusap surai Rubby dengan lembut.

"Hm.. "

"Bye bye Piper nya lucu deh kalo di tempelin ke lo gitu" Celetuk Sean.

"Cepet sembuh dong, gue mau curhat lagi, tugas gue numpuk banget" Ujar Ricky.

"Makannya cepetan lulus kayak gue" Ujar Jidan sombong.

"Emang lo kapan lulusnya? " Tanya Rubby.

Jidan menatap Rubby lelah, sudah ke 71 kalinya Rubby menanyakan itu.

"By, lo udah nanya ke 71 kalinya nanyain itu ke gue! Gue lulus waktu lo kecelakaan" Jawab Jidan.

Flashback

Acara sidang terbuka di Universitas ternama ini hampir selesai, namun gadis yang di tunggu Jidan tak kunjung datang membuatnya murung.

"Nanti juga dateng Ji.. Lo jangan murung gitu" Ujar Sean untuk bermaksud menenangkan.

"Kalo gak dateng? " Tanya Jidan.

"Kalo gak dateng ya.. Lo meratapi nasib aja sih" Celetuk Ricky

Padahal Rubby selalu berjanji ketika mereka bertemu. Jidan sangat mengharapkan janji itu.

Drt

Drt

Handphone Jidan berbunyi, menampilkan nama Sabit di sana, ia pun langsung mengangkatnya dengan sedikit antusias.

"Kenapa bang? " Tanya Jidan

"... "

Jidan terpaku, berita yang baru saja ia dengar membuat hatinya bergejolak sakit dengan mata yang memanas.

Tut

Jidan mematikan sambungannya dan langsung menatap kosong ke arah lantai.

"Kenapa Ji? " Tanya Ricky.

"Anjing! "

"Lo kenapa? " Tanya Sean.

"Rubby kecelakaan" Jawab Jidan yang langsung menatap mereka dengan tumpukan air mata di matanya. Jika saja Jidan mengedipkan mata saat itu, air matanya pasti jatuh.

Berharap pada manusia rasanya memang sakit, apalagi ketika kita di putuskan harapan oleh kejutan kejutan dunia.

Rasa sakit yang tak bisa terbendung, membuat Jidan ingin sekali berteriak mengeluarkan rasa sakitnya.

Bukan takdir Tuhan atau semesta, tetapi kita yang terlalu berharap pada rencana. Itulah kesalahan Jidan yang sangat fatal.

Flashback off

"Hehhe... Gue lupa"

"Nih kita bawa macaron.. Spesial buatan gue" Ujar Sean yang langsung memperlihatkan bungkusan kotak yang berisi macaron.

"Uwah.. Pasti gak enak" Celetuk Rubby.

"Monyet! Gue ini bikinnya khusus ya! Pake resep cinta dari sponsbop! " Ujar Sean.

"Dih! Minta resep cinta sama orang bodoh, bego lo" Ujar Rubby lalu memasukan macaron nya kedalam mulutnya.

"Dih, seterah"

Crazy Boys | JaSuKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang