Dengan wajah yang memerah, tatapan yang tajam da deruan nafas yang cepat. Bastian melemparkan buku nya ke arah mereka bertiga hingga membuat ketiganya terkejut. Gak sih, Rubby doang.
Semuanya diam menatap Bastian dengan tatapan takut sekaligus terkejut.
"Argh! Ini semua salah lo! " Ujar Septian.
"Salah lo anjir! " Bentak Rubby tak Terima.
"Kaian bisa gak si-"
"DIEM!! " Potong Septian dan Rubby.
Seketika Sabit kicep di buatnya.
"Lo yang duluan ya! Ngapain nonton TV suaranya udah kayak ondel ondel dangdutan di dalem telinga! " Ujar Septian.
"Kan tadi gue mau ngecilin ya! Tapi remot nya terbang! " Teriak Rubby.
"Lah? Gimana caranya terbang jir? " Monolog Bastian.
"Alasan lo! Se-"
Ctakk!
Seketika lampu mati dan Rubby segera berteriak memeluk Septian.
"Aaa! Setan lo yang matiin ni lampu! " Teriak Rubby yang bergetar memeluk Septian.
"Aww! Lo jangan injek kaki gue! " Kesal Septian.
"Gue gak injek kaki lo ya! " Balas Rubby.
"Aww! Asep! Lo injek kaki gue ya?! " Tanya Rubby.
"Gak baik lo nuduh orang sembarangan! " Jawab Septian.
"Lah terus siapa? Sabit? Bastian? " Tanya Rubby yang masih berada dalam pelukan Septian.
"Gue masih di tempat" Jawab Sabit.
"Gue juga" Jawab Bastian.
"Ah anjir! Mana hp gue?! " Panik Rubby.
"Jangan panik bego! " Ucap Septian.
"Cih! Lagian kenapa sih pake acara mati segala?! Rumah elite bayar listrik sulit. Curiga nunggak ampe dua puluh jeti" Jelas Rubby.
"Lama lama gue sumpel mulut lo pake boneka santet! " Teriak Septian.
Oh asalkan kalian tau, Bastian dan Sabit amat sangat terkejut. Bukan pasal lampu yang mati tetapi ke bar baran Septian yang menggelegar.
Ctakk!
Lampu kembali nyala dan tiba tiba saja ada Jino di depan Rubby dan Septian. Ketika Septian dan Rubby yang sadar sedang berpelukan langsung melepasnya.
"Mohon maaf, sebenarnya saya yang mematikan listrik dan menginjak kaki kalian. Sekali lagi mohon maaf" Ucap Jino.
"Mau marah, tapi... Yaudah" Gumam Rubby menatap Jino dengan tak percaya.
"Kenapa bapak ngelakuin ini anjir? Saya terkejut" Ujar Sabit.
"Mohon maaf yang sebesar besar nya, saya melakukan ini karena perintah kakek agar kalian tidak lagi bertengkar" Jelas Jino.
"Tuh kan ini gara gara lo" Ujar Septian.
"Ish! Lo puny-"
"DIAM!! "
Semua orang kicep dengan teriakan Jino yang baru pertama kali mereka dengar.
"M-m-maaf.. " Ucap Jino.
"Gak papa, gak papa, sumpah gak papa, meskipun besok gue harus ke THT" Ujar Septian dan berlalu pergi ke kamarnya.
"Pak Jino! Makasih ya! Saya lega akhirnya damai" Ujar Bastian lalu mengambil buku tadi dan pergi ke kamarnya.
"A-ah.. Baik, saya akan pergi sekarang. Sekali lagi, saya minta maaf" Ucap Jino lalu pergi.
Sabit langsung menghampiri Rubby yang sedang menutup telinganya karena teriakan Jino tadi.
"Makannya kalo nonton TV lebih baik di kamar aja ya cantik" Ujar Sabit dan langsung mengelus pucuk kepala Rubby lalu pergi ke kamarnya.
"Buaya... Oh buaya... Kapan sih jadi crocodile nya? " Gumam Rubby lalu pergi ke dalam kamarnya.
***
Keesokan harinya, masih pada malam hari. Rubby tidak menemukan Bastian, persetan soal kedua S, dia mencari Bastian untuk sekedar curhat.
Meskipun sudah curhat kepada ketiga teman kecilnya, ia juga ingin terbuka ke salah satu penghuni rumah ini.
"Pak Jino? Kok ada di sini? " Tanya Rubby.
"Saya di perintah untuk menjaga kalian berempat. Dan soal pak Purnama ia minta di jaga oleh seseorang kepercayaan nya" Jelas Jino.
"Oh... Gitu. Bastian di mana ya? " Tanya Rubby.
"Maaf saya kurang tau. Tapi saya bisa menemani anda mencarinya di luar" Jelas Jino.
Mereka pun pergi ke luar menaiki mobil yang sering di kendarai Jino.
Mereka pergi ke berbagai tempat hingga satu tempat terlintas di pikiran Rubby.
"Kayaknya Bastian lagi di sirkuit balap liar deh pak" Ujar Rubby.
"Ah.. Dia masih balapan ternyata. Saya pikir sudah berubah karena saya lebih sering melihatnya membaca" Jelas Jino.
Setelah itu mereka menuju ke sirkuit balap liar itu.
"Nona Rubby, saya... Sangat meminta tolong kepada Anda. Tolong ubah sikap dan sifat ketiga saudara itu. Maaf jika saya lancang" Ucap Jino.
"Hahah... Gak papa, udah tugas saya" Jawab Rubby.
Mereka pun sampai di sirkuit. Rubby turun dari mobil dan menghampiri Bastian yang baru saja beres balapan dan memenangkannya.
"Bastian! " Panggil Rubby.
"Eh? Ngapain lo kesini? " Tanya Bastian.
"Gue mau curhat, temenin gue makan yuk!" Ajak Rubby.
"Yaudah, bentar dulu ya" Ujar Bastian lalu turun dari motornya dan menghampiri sekelompok lelaki yang sedang meminum alkohol.
"Guys gue duluan ya! Ada hal yang penting" Pamit Bastian.
"Silahkan, gue tau betul tu anak penting buat lo. Di tunggu info lebih lanjut nya " Ujar teman Bastian lalu di hadiahi tawa oleh semua nya.
Bastian pun menghampiri Rubby kembali. Sekarang mereka memasuki mobil yang sering Jino pakai, dan Jino sendiri membawa motor Bastian pulang.
Sekarang, Rubby dan Bastian sedang berada di sebuah warung nasi kecil yang tentu saja tidak pernah Bastian kunjungi.
Disana hanya Rubby yang memesan makanan, itupun hanya bakso polos tanpa saus maupun sambal.
"Lo beneran gak mau mesen bas? " Tanya Rubby yang di jawab gelengan.
"Oh yaudah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boys | JaSuKe
FanfictionDi beri tanggung jawab menjadi pengurus tiga anak musuhan itu bukanlah hal yang amat sangat mudah. Apalagi ketiga anak itu lebih tua dari Rubby. Jika bukan karena keinginan kakek mereka, Rubby tidak akan pernah sudi melihat tiga orang yang di cari...