Halo!🧜
Jangan lupa senyum buat hari ini🐙🙌
Tinggalkan vote klo suka sama ceritanya.
Happy reading! Tetap santuy☕
*****
Hujan deras mengguyur kota bandung, gelegar petir juga ikut terdengar keras. Semua orang yang berada di jalan memilih berteduh dari hujan, semuanya panik akan hujan deras yang mungkin akan lama untuk berhenti.
Di saat orang lain menjauh menghindari hujan, berbeda dengan seorang gadis cantik yang tengah menengadahkan tangannya, menyambut hujan datang membasahi telapak tangannya.
Aula sekolah sepi, para murid memilih berdiam di kelas sambil menunggu hujan reda. Tetapi Yumi malah menikmati rintikan hujan deras yang jatuh ke bumi dengan bahagia, ia menyukai hujan, apalagi bau tanah yang terkena air hujan.
"Yumi!" Sang empu yang di panggil menoleh pada suara yang amat ia kenal, bibirnya melengkung sempurna saat Nayara datang menghampirinya.
"Gue pengen main hujan deh.." celetuk Nayara, bibirnya cemberut, raut wajahnya sendu. Nayara termasuk gadis yang gampang terserang sakit walau hanya sedikit terkena air hujan. Tubuhnya sangat rentan menerima sakit, maka dari itu ia tak berani untuk bermain hujan, apalagi jika harus mendengar omelan ibu dan abangnya yang super overprotektif.
"Sana, palingan kamu sakit." jawab Yumi sambil terkekeh ringan.
"Ishh, lo ya!" Nayara menggerutu.
"Kenzi dimana, Ra?" tanya Yumi, masih berfokus pada air hujan.
"Di kelas, molor dia."
"Astaga, kebiasaan banget." sahut Yumi tertawa kecil.
Satu jam sudah terlewat, hujan pun mulai mereda, menyisakan rintik-rintik kecil yang menyenangkan bagi si penyuka rintikan-nya.
"Yumi, gue duluan ya, udah di jemput tuh. Lo mau ikut nggak?" tanya Nayara, arah rumah keduanya memang searah. Rumah Nayara itu melewati rumahnya Yumi.
Yumi menggeleng, menolak halus. "Enggak, aku pesen ojol aja."
"Beneran??" Nayara memastikan.
"Iya, dah sana, abangmu nungguin tuh." kata Yumi. Lantas Nayara pun mengangguk dan berpamitan.
"Hati-hati ya!" pesan Yumi sambil membalas lambaian tangan sahabatnya yang kini telah berlalu jauh bersama mobil yang di tungganginya.
"Yumi, Yumi, kenyalnya bikin hepi!" teriakan melengking itu membuat gadis yang di panggil menoleh. Sudah tak heran akan tingkah Kenzi yang selalu berteriak-teriak seperti orang hutan.
"Si Nara udah pulang?" tanya gadis bersuara cempreng itu.
Yumi mengangguk sambil menjawab singkat. "Udah,"
"Gue pulangnya di jemput ayah, lo mau ikut nggak???" tanya Kenzi menawarkan.
"Enggak, aku pesen ojol ko."
"Oh, yaudah. Kalau gitu gue duluan ya. Lo hati-hati, sampai rumah dengan selamat sentosa okey?!" ucap Kenzi yang lantas mengundang tawa ringan Yumi untuk hadir.
"Iya-iya, kamu juga hati-hati ya." balas Yumi. Tanpa berlama-lama Kenzi berpamitan pergi sambil lompat-lompat gembira.
Terukir senyum iri di bibir Yumi saat menyaksikan kemesraan Kenzi dengan ayahnya, hatinya menginginkan hal serupa. Di jemput oleh ayahnya, di peluk lalu di cium pipinya, hal yang sangat menyenangkan.
Yumi langsung menampilkan senyum saat melihat Kenzi melambaikan tangan ke arahnya sebelum memasuki mobil. Setelah itu, senyumnya surut kembali, sebelum melangkahkan kakinya, Yumi terlebih dahulu membuang nafas berat dan menghalau rasa sesak untuk sirna.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAPIDANA ✓
Teen Fiction{SELAMAT MEMBACA} ___ Julukan Napi sangat cocok untuk laki-laki berpakaian urakan itu. Selain sering tawuran, mabuk-mabukan, balapan liar, Napi juga seringkali keluar masuk penjara. Napi juga seringkali bergonta-ganti pasangan, hanya untuk main-mai...