Annyeong!
Selamat membaca, jika suka jangan lupa buat tekan votenya!🐙❤️_____
-
-
-Ujian kelulusan untuk kelas tiga telah selesai, kini mereka berbondong-bondong untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Saling berusaha untuk mendapatkan universitas terbaik yang mereka inginkan.
"Lo mau lanjut kemana Nay, Mi?" tanya Kenzi sambil memakan cilok isinya. Ketiganya berada di kantin sekolah saat ini.
"Gue enggak kepikiran kuliah, malas banget suer. Males mikirin skripsi yang kata orang bisa bikin depresi. Pengen langsung kerja, tapi ortu nyuruh gue kuliah," tutur Nayara cemberut. Ia sama sekali tak menginginkan untuk masuk ke perkuliahan, baginya itu adalah sama sama menambah beban tambahan.
"Gue malah pengen kuliah anjir. Bego lo, ada dukungan malah enggak mau," cetus Kenzi.
Ia menoleh pada Yumi yang hanya diam. "Lo mau kemana Mi?" tanya Kenzi.
"Aku enggak tau, sama kaya Nayara, males."
"Yeuu, gimana si.” Kenzi menggerus.
"Lagian aku enggak minat kuliah, bingung mau ambil jurusan apa. Tapi aku tertarik sama psikolog sih," ucap Yumi.
"Psikolog? Waah, keren tuh," sahut Kenzi. "Kalau gue mau ambil kecantikan si, atau mungkin desain."
"Nah, kamu kan pinter tu desain. Kembangin gih, aku dukung sampai kamu jadi desainer terkenal!" ucap Yumi berantusias.
"Iya, aamiin. Doain aja ya."
"Hem, pasti!"
"Yumira," panggilan itu membuat sosok Yumira maupun kedua temannya ikut menoleh serempak. Mendapati Kael yang datang, sudah di duga apa tujuannya.
"Ayo pulang."
"Hobi banget ngajak pulang," cibir Kenzi cukup kencang sampai terdengar telinga Kael. Tetapi laki-laki itu tak membalas.
"Yumira, kamu masih mau di-"
"Enggak, ayo pulang," potong Yumi cepat, ia mengambil tasnya.
"Aku duluan ya. Kalian hati-hati nanti pulangnya," pamit Yumi.
"Iya, lo juga hati-hati." Ini jawaban Nayara.
Kini terisisa dua gadis itu yang masih menikmati makanannya. Mereka sama-sama mengalihkan pandangan ketika Yumi sudah berbelok.
"Enggak kebayang sesedih apa si buaya darat itu kalau tau," celetuk Kenzi.
"Yaa, biarlah waktu jawab sendiri."
~~
Kedua remaja itu berjalan menyusuri lapangan menuju mobil yang akan mereka naiki.Kael berkata, “Yumi, saya mau ke apartemen dulu sebentar. Ada berkas yang tertinggal.”
“Oh, iya,” jawab Yumi seadanya.
Gadis itu masuk setelah Kael dengan sendirinya membuka pintu untuk Yumi.
Menyunggingkan senyum khasnya, yumi berucap, “terimakasih.”
“Saya senang melakukan ini untuk kamu.”
Setelah itu, Yumi masuk di susul Kael yang perlu memutar untuk masuk ke kursi pengemudi.
Ia menoleh pada Yumi yang belum memasang sabuk pengamannya. Lalu mendekati gadis itu untuk memasangkannya.
“Eh–” Yumi terkejut dengan kedekatan yang tiba-tiba, ia sampai menahan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAPIDANA ✓
Teen Fiction{SELAMAT MEMBACA} ___ Julukan Napi sangat cocok untuk laki-laki berpakaian urakan itu. Selain sering tawuran, mabuk-mabukan, balapan liar, Napi juga seringkali keluar masuk penjara. Napi juga seringkali bergonta-ganti pasangan, hanya untuk main-mai...