Apa kabar? Semoga selalu di beri kesehatan, Aamiin🐙❤️
__________
_______________
______________________
...
Memang benar, bergerak terlalu terburu-buru itu tidak baik. Seringkali banyak yang tak di perhatikan ketika terburu-buru.
Seperti sekarang ini, Kenzi dengan terburu-buru keluar dari bus, sampai hampir terjatuh. Laju larinya menuju tempat tujuan begitu gesit. Selain itu dadanya juga berdebar panik.
Perempuan itu tengah terburu-buru untuk melamar pekerjaan. Sesuai janji yang di tentukan oleh calon bos-nya, ia harus datang tepat waktu. Mungkin jika telat sedetik saja ia bisa tamat.
Perempuan berpakaian rapih– Oh tidak, banyak yang berantakan' karena tak sampai memerhatikan penampilan. Kenzi menubruk tubuh seseorang hingga berkas-berkasnya terjatuh. Ini sudah persis seperti berada di film romantis.
Apa yang terjadi? Tentu Kenzi langsung meminta maaf sambil mengambil kembali berkasnya. Paniknya bukan main karena mengejar waktu.
Kenzi mendongak cepat. Untuk kembali meminta maaf– Oh dan tentu ia terkejut ketika seseorang di hadapannya adalah orang yang ia kenal.
“Chiko?” Bagaimana Kenzi tak terkejut kan? Laki-laki yang di sukainya diam-diam selama tiga tahun ternyata berada di kampus yang sama. Omo! Rasanya Kenzi ingin menjerit.
“Oh hai, kita ketemu lagi. Apa kabar?” Kenzi mencari topik pembicaraan. Tentu hanya basa-basi, ia ingin lama bersama laki-laki tampan itu.
“Baik.” Chiko membalas singkat.
'Dia enggak ada niatan nanya kabar gue apa?' Jengkel sendiri jadinya Kenzi.
“Gue seneng bisa ketemu lo lagi. Lo mau ngelamar pekerjaan disini juga?” Melupakan awal tujuannya datang dengan terburu-buru. Memang seperti ini cinta, mengalahkan segalanya.
“Enggak, cuman kebetulan lewat.”
“Ooh ...” Mati topik sendiri akhirnya.
“Eh! Astagfirullah!” Kenzi menepuk jidatnya. Ia berpamitan dengan cepat. “Chiko gue duluan. See you!” Berlari dengan gesit meninggal sang pujaan hatinya.
••••••••••••••
“Yumira.” Kebiasaan Kael yang selalu memanggil nama perempuannya dengan lembut. Sampai-sampai masuk ke dalam hati dengan mudahnya.
“Iya?”
“Saya mengajak kamu kesini untuk memilih apapun yang kamu inginkan. Kenapa malah diam?”
Yumi menggaruk alisnya reflek. “Egh, aku bingung.”
“Mau saya bantu pilih?”
“Kamu tau apa soal selera perempuan?”
“Saya punya Ibu Yumira. Saya paham walau tidak banyak.”
Mereka mendatangi tempat pernak-pernik lucu yang menarik perhatian. Di saat Kael sibuk memilih. Yumi malah berkelana ke masalalu.
Tempat yang mereka datangin saat ini adalah, tempat dimana dulu Napi pernah memberikannya gelang. Oh, bahkan gelang itu masih terpasang apik di lengan kirinya.
Yumi tersenyum miris mengingat momen itu.
Napi memakaikan gelang itu secara paksa untuk masuk ke pergelangan tangan Yumi yang berkulit putih. Lalu menyatukan tangan keduanya.
"Gue pake yang hati, lo yang kunci, biar kalau lo udah cinta sama gue lo bisa masukin kuncinya kesini." Napi mengangkat tangan kirinya.
Kalimat Napi kala itu.
Yumi sudah membuka hatinya sejak lama. Gembok itu telah terbuka karena ia yang memilihnya. Tetapi mengapa harus terpaksa terkunci kembali sebelum ia masuk?
Duh nggak kuat, cewek gue cantik banget." gumam Napi sambil tersenyum salah tingkah.
Yumi menanggapinya dengan tersenyum. "Terimakasih. Tapi aku bukan cewek kamu."
Napi berdecak. "Iya, iya."
Yumi langsung memegang kepalanya yang kala itu terpasang bando berbentuk telinga kelinci. Yumi tertawa sendiri, tetapi matanya malah menunjukkan genangan air mata. Nyatanya ia merasa pedih dengan momen itu.
Bisakah waktu berputar? Mengulang masa yang ingin kembali di rasakan.
Ah– itu kemustahilan yang tidak mungkin.
“Yumira ...”
“Iya?” Terkejut sesaat. Yumi langsung memfokuskan pandangannya setelah mengusap air mata yang memiliki tadi.
“Saya boleh minta sesuatu?”
Walaupun bingung karena tak biasanya, Yumi mengangguk patah-patah. “Kenapa?”
“Maaf kalau ini terdengar egois. Apa saya salah jika mengatakan, kamu jangan memikirkan dia lagi? Setidaknya saat kita berdua. Itu mengganggu hati saya, Yumira. Maaf kalau ucapan saya menyakiti kamu.” Kael sangat memikirkan perasaan calon istrinya. Ia tidak mungkin bertindak sesukanya ketika Yumi tak merasa nyaman.
Yumi tak membalas sesaat. Ucapan Kael cukup menyinggungnya, tetapi ia sadar total, telah salah melakukan tindakan itu. Seharusnya ia memahami kondisi Kael di saat laki-laki itu juga memahaminya.
“Maaf, aku minta maaf ...” Hanya ini yang pada akhirnya terlontar dari mulut Yumi. Ia malu dan merasa sulit untuk mengucapkan kata lain.
“Enggak apa-apa. Saya berusaha mengerti itu.”
Oh, astaga–Yumi semakin merasa bersalah.
“Kamu mau pulang? Kalau gitu ayo, biar sa–”
“Aku masih mau jalan sama kamu! Ayo, cari yang lain.” Yumi dengan cepat menyela. Meraih jemari Kael guna ia genggam.
“Kamu enggak terpaksa? Jangan memaksakan sesuatu kalau kamu nggak nyaman Yumira." Lihat! Laki-laki itu teramat romantis. Lidahnya lihai sekali membuat Yumi merasa bersalah.
“Aku mau beli ini dan itu. Kamu keberatan enggak?” Yumi menampilkan cengirannya dengan lebar. Menunjuk pada perlengkapan perempuan yang lucu-lucu. Dia memang tertarik sejak lama dengan benda-benda itu.
Bagaimana ini? Kael sampai gemas sekali dan ingin cepat-cepat menikahinya. Rasa cemburu dan marah di hatinya perlahan meluap.
Kael tersenyum manis. Mengusap rambut calon istrinya lembut. “Saya enggak pernah keberatan selama itu untuk kamu.”
Tak pernah terpikirkan oleh Yumi, ia di pertemukan oleh dua laki-laki baik di waktu yang sama. Semuanya teramat mengejutkan, sampai Yumi ingin memiliki keduanya.
“Kael?”
“Ya, Yumira?”
“Nunduk dikit!” perintah Yumi berucap pelan.
“Ada apa–”
Cup!
Teramat tiba-tiba sampai Kael mematung di tempat. Ia masih tak bergerak padahal Yumi sudah berlari menjauh karena malu.
Kael tak bisa menahan bibirnya yang memaksa tersenyum. Ia di buat salting sendirian. Kael memegang pipinya yang masih terasa nyata bekas kecupannya disana.
Ia menatap Yumi yang melambaikan tangannya sambil tertawa-tawa di jauh sana.
Oh shit! Apa Kael harus membalasnya?
***
BAY! SELAMAT BERBUKA PUASA!
🧜
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAPIDANA ✓
Ficțiune adolescenți{SELAMAT MEMBACA} ___ Julukan Napi sangat cocok untuk laki-laki berpakaian urakan itu. Selain sering tawuran, mabuk-mabukan, balapan liar, Napi juga seringkali keluar masuk penjara. Napi juga seringkali bergonta-ganti pasangan, hanya untuk main-mai...