Annyeong!🧜
Bukan cerita yang bagus bagus banget. Nulis ini di sela sela kegabutan.
Jangan lupa buat vote:)sehat sehat kalian🐢
****
Esok paginya Napi menghampiri Yumi yang baru sampai di sekolah. Laki-laki dengan baju di keluarkan dan dasi yang di pakai asal itu langsung menyamakan langkah dengan sang pujaan hati.
"Pagi cantik," sapa Napi, mengedipkan satu matanya genit.
"Hai." Yumi membalasnya dengan sebuah senyum manis.
"Udah sarapan?" tanya Napi.
"Kayanya udah," sahut Yumi, tangannya memegang tali ransel untuk membenarkan letak tasnya.
"Ko kayaknya?" Napi menyerngit bingung. "Pasti belom ya? Sarapan dulu ah hayu," ajaknya.
Saat Yumi ingin mengikuti langkah laki-laki itu, suara bel berbunyi. Pertanda upacara akan di mulai. Hal itu menghentikan langkah Yumi.
"Nanti aja, sekarang mau upacara."
"Gapapa, hayu!" Napi menarik lengan Yumi supaya ikut berlari bersamanya. Laki-laki itu membawanya ke warung belakang sekolah lewat gerbang utama. Melawan arus murid-murid yang berlari masuk. Untungnya guru tak sadar akan aksi kabur mereka.
"Iih nggak mau! Nanti kena omel," tolak Yumi resah.
"Enggak usah mikirin itu, lo harus sarapan dulu."
Bodohnya Yumi mengikuti. Cinta memang menutupi segalanya, hal apapun di lakukan berdasarkan nama cinta.
Yumi terperangah, langkahnya terhenti tiba-tiba saat di warung ini tidak hanya mereka berdua. Tetapi banyak laki-laki juga yang memilih berdiam di warung daripada mengikuti upacara bendera.
"Gapapa, ada gue," ujar Napi, menarik lengan Yumi lembut.
"Widih saha eta." Saat Napi dan Yumi baru duduk, celetukan dari kakak kelasnya membuat Napi menoleh dan memperkenalkan Yumi dengan bangga. (Siapa itu)
"Jodoh urang iyeu." (jodoh aku ini)
Napi memesan bubur dan es teh anget hanya untuk Yumi. Ia memilih memandangi perempuan di sampingnya yang makan dengan gugup.
"Santai aja, anggap mereka nggak ada," ujar Napi, tangannya menopang pada pipi tanpa mengalihkan pandangan.
"Bukan mereka, tapi kamu. Kamu nggak usah liatin aku terus," ketus Yumi, pipinya memerah. Perutnya terasa ada yang menggelitik.
"Gue lagi sarapan juga." Napi berkata.
"Sarapan apa?" Yumi menyahuti bingung, Napi tak memakan apapun selain memandangnya.
"Sarapan liatin lo, rasanya beda. Nggak kenyang tapi bikin puas.” Napi menyeletuk, matanya tak beralih sedikitpun untuk melihat hal lain.
"Apasih ..." Yumi mengalihkan pandangannya. Sesaat kemudian tangannya mendorong pipi Napi. Membuat laki-laki itu tertawa bahagia.
"WOY NGGAK USAH PACARAN MULU, DOSA!" teriak Ruto. Kaka kelas yang kenakalannya sudah banyak tercatat di buku Malaikat.
Napi menoleh. "Besok gue nikahin bang!" serunya.
"Nikah, nikah! Sekolah dulu benerin, lo mau ngasi makan apa ke anak orang?" sahut Dito garang.
"Bokap gue kaya bang, gue tinggal porotin uangnya." Napi membalas bergurau.
"Tolol!" Dito mengumpat tetapi juga tertawa.
~~~
"Cepet naik, gue jagain di bawah," ujar Napi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAPIDANA ✓
Teen Fiction{SELAMAT MEMBACA} ___ Julukan Napi sangat cocok untuk laki-laki berpakaian urakan itu. Selain sering tawuran, mabuk-mabukan, balapan liar, Napi juga seringkali keluar masuk penjara. Napi juga seringkali bergonta-ganti pasangan, hanya untuk main-mai...