•EPILOG

257 9 4
                                    

Sebuah takdir yang di atur, tak akan sanggup menolak. Semuanya seimbang, duka dan suka akan tetap selalu berdampingan seperti sepasang sendal. Jadi, ketika memiliki duka, sudah tentu akan ada suka kan? Tinggal menunggu kapan waktu suka itu tiba.

Kita memang tak di izinkan mengeluh, tetapi kita di perbolehkan untuk menangis. Tak apa jika menangisi suatu hal yang memang pantas untuk di tangisi. Semuanya memiliki waktu.

“Nangis aja, saya enggak larang kamu.” Setelah ucapan itu terlontar, perempuan di sampingnya menangis tersedu-sedu. Ia sampai memukuli dadanya saking sesaknya. Entah mengapa ia menangis? Penyesalan atau karena masih cinta? Yang pasti rasa sesaknya menyerbu kuat.

“Kamu punya waktu sampai hari ini buat luapin semuanya.” Kael berucap pelan, memeluk tubuh Yumi dari samping dan mengusapnya guna memberi ketenangan.

“Kenapa?”

“Berganti hari, kamu juga harus ganti suasana hati untuk besok. Tuhan enggak suka liat umatnya menangisi kepergian seseorang dengan begitu runtuhnya.”

Rasanya baru kemarin mereka bertemu bukan? Bermain dan saling tukar cerita di bawah hujan. Mengapa sekarang ia malah melihat gundukan tanah sosok yang kala itu bersamanya? Mengapa harus secepat ini? Di saat dirinya harus kehilangan sangat dalam dengan kehadirannya.

Kehadirannya yang mengobati sepi, kehadirannya yang mengobati luka. Kenapa obat itu harus pergi? Apa karena luka itu telah memiliki ramuan lain?

"Lo lukis apa? Kenapa nggak coba lukis wajah gue? Pasti kalau lo jualin laku laris." kata Napi berucap dengan percaya diri.

"Aku nggak bisa gambar wajah kamu." jawab Yumi.

"Kenapa? Karena gue terlalu ganteng ya?"

Kenangan dulu, kenangan yang tak akan dapat terulang, masa temu pertamanya dengan sosok laki-laki yang telah berani masuk ke dalam hidupnya.

Yumi semakin terisak, meremas segumpal tanah di tangannya dengan sedih. Ia mengucapkan berkali-kali kata maaf dalam hati.

“Ini sebagai lambang pembukaan pedekate kita." Napi tersenyum manis hingga memperlihatkan lesung pada kedua pipinya.

"Apaan sih? Enggak!" Yumi bergerak untuk melepas jepitan itu, namun Napi menahan lengannya.

"Gue udah beli ini buat lo, masa nggak lo pake? Hargai dikit ke." kata Napi dengan suara yang terdengar sedih.

Mengapa setiap memori itu tiba-tiba terlintas di benaknya? Seolah memaksanya mengingat setiap interaksi dan perlakuan yang sosok itu buat untuknya. Kenapa seperti ini? Seolah Tuhan memberinya kesadaran untuk tak selalu menyia-nyiakan?

Kenapa cowok itu pergi tanpa pamit padanya? Apakah momen kemarin adalah tanda perpisahan? Jika benar, mengapa Tuhan menyiapkan skenario yang menyakitkan seperti ini? Seolah kebersamaan mereka kemarin adalah pertanda untuk terkahir kalinya berjumpa.

“Yumi.” Sang empu pemilik nama menoleh. Nayara berdiri tak jauh darinya, tersenyum kecil sambil mengulurkan sebuah surat dan kotak kecil.

“Ada titipan dari Napi.”

Yumi mengusap pelan pipinya yang basah sebelum mengambil. Tangannya bergetar menerima itu. Mengapa ia tak siap untuk membukanya?

Gue Napi, punten ya, mau ungkapkan sesuatu di surat ini. Karena mungkin setelah ini kita enggak akan ketemu.

Benar, mereka memang tak akan bertemu lagi kan? Yumi menggigit bibir bawahnya menahan isak tangis yang memaksa keluar.

Setelah ini lo harus bahagia. Gue maupun lo, kita sama-sama bahagia dengan jalan yang di pilih. Makasih udah boleh izinin gue buat kenal sama lo:)

Selamat bahagia dengan cinta yang baru. Aku mencintaimu.

Napi Narendra
15 Maret 2020

****


Follow me!🧜
IG : Pluviyaa

Kita berakhir di sini. Inilah akhir ceritanya. Suka maupun duka, tetap jalanin dengan bahagia, karena kehidupan ga akan berpatok di satu sisi aja! Masih ada banyak hal yg menanti🐳

Terimakasih sekali lagi untuk semuanya,  udah baca dan vote. Bantuin juga yg lain buat ikutan baca!🤩🐙

Sampai ketemu di cerita yg lain, hohoho😍👋

Salam hangat, salam cinta, salam sejahtera, papay cinta!❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NARAPIDANA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang