17. Tidak bisa menjadi kita

72 11 2
                                    

Halow annyeong!🧜

-
-
-

°
°
°

Kalau aku dan kamu tidak bisa menjadi kita. Kenapa harus bertemu dengan suka?

Bel pulang baru berbunyi, Napi sudah buru-buru keluar sambil memasukkan bukunya asal. Tasnya di tarik lalu di pakai sambil berjalan. Laki-laki itu mengabaikan seruan teman-temannya yang memanggil.

“Kemana tuh anak?” tanya Budi sambil menguap lebar, ia baru bangun dari tidur nyenyaknya.

“Katanya mau ngajak Yumi ketemu tante Lita sama om Jendra.” Chiko menyahut, cowok itu masih rapih dari pakaian dan wajah tampannya.

“Wah beneran udah tobat.” Johan berkomentar.

Napi berlari menuju lantai kelas bahasa, cowok itu menunggu penuh semangat sang pujaan hati. Di sampingnya ada juga yang menunggu. Napi dengan so akrabnya menyenggol bahu cowok itu sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

“Nunggu siapa bro?” Napi bertanya sambil membuka permen karet lalu di kunyah-nya.

Cowok di sampingnya hanya diam, melirik tanpa mau membalas.

Napi tak mengambil hati perlakuan itu. Ia menegakkan tubuhnya saat kelas yang di tunggu satu persatu sudah mulai keluar. Menunggu Yumi, ia berjinjit untuk bisa melihat perempuan cantik itu.

“Yumira!” Napi menelan kembali seruannya di dalam mulut, dahinya menekuk bingung karena cowok di sampingnya tadi memanggil sang pujaan hati.

“Kamu butuh sesuatu? Biar langsung saya beliin.” Kael berujar sambil menatap perempuan di depannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman manis yang memabukkan.

Yumi tak menjawab, matanya mengarah pada Napi yang terlihat kebingungan. Kakinya berjalan dua langkah, tetapi Kael langsung bertindak dengan menahan lengannya.

“Kamu mau kemana? Ayo pulang.” Kael berucap penuh kelembutan.

“Aku nggak pulang bareng kamu,” balas Yumi cuek. Tatapannya akan kembali datar dan malas jika bertatapan dengan orang yang tak ia sukai.

“Iya, bukan kamu yang pulang sama saya. Tapi saya yang pulang bareng kamu.” Laki-laki tampan itu menyahut. Masih menahan lengan Yumi dengan erat.

“Aku nggak menerima tamu, tolong pergi,” ucap Yumi. Ia sudah tahu maksud Kael, laki-laki itu akan pulang ke rumah bersamanya.

“Tapi tuan rumah mengizinkan saya untuk menetap di persinggahan kamu.” Yang di maksud Kael tuan rumah adalah Zeny.

“Itu bukan tempat persinggahan, itu rumah aku!”

“Itu hanya persinggahan, yang akan jadi tempat tinggal kamu adalah rumah kita.” 

“Aku dan kamu hanya orang asing. Enggak akan menjadi kita!” Yumi berucap penuh penekanan. Melepas jari jemari Kael dari tangannya. Sebelum pergi ia memandang sengit terlebih dahulu kepada Kael.

Kael diam, lagi-lagi ia di jauhi. Matanya terus memandang Yumi yang menjauh, menghampiri Napi yang masih menunggu. Ada luka baru di hatinya saat  melihat senyuman Yumi di berikan untuk Napi.

Kael tersenyum miris. “Kamu melupakan sesuatu Yumira.”

****

“Mah, Pah! Ni calon mantunya udah dateng.” Napi berteriak layaknya suasana sekitar adalah Hutan. Yumi memukul lengannya pelan.

NARAPIDANA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang