PROMOSIKAN CERITANYA JUGA YA!
JGN LUPA VOTE!~∆~
Nampaknya dua sejoli itu mulai terlihat baik-baik saja. Ya, Kael yang merasa baik-baik saja. Sedangkan Yumi merasa malas sekaligus muak berdampingan bersama laki-laki itu. Ia ingin cepat-cepat pulang- kalau bisa sekarang juga menghilang.
Yumi tidak pernah bertemu dengan orangtua manapun- Kecuali orangtua kedua sahabatnya. Tak tahu harus bersikap seperti apa. Ia hanya bisa tersenyum dan sesekali menanggapi singkat ucapan Sofia- Ibu dari Kael.
"Yaampun calon mantu Mama cantik banget." Sofia memuji- menangkap kedua pipi Yumi dengan lembut.
Yumi tersenyum canggung, ia berucap, "te-terimakasih Tan-"
"Eits! Jangan panggil Tante dong, panggil Mami aja kaya Kael. Bentar lagi kan kamu jadi anaknya Mami," celetuk Sofia, memotong ucapan Yumi.
Sungguh, sekarang Yumi benar-benar ingin menghilang. Ia tidak nyaman dengan situasi ini, benar-benar canggung. Bahkan Yumi tak tahu harus menaggapi apa.
Kael yang mengerti situasi pun menyela pembicaraan ibunya yang begitu antusias menyambut Yumi.
"Mi, Kael mau ajak ke kamar dulu," ucap Kael spontan. Mengudang kecurigaan ibunya.
"Hayoo! Mau ngapain kalian?? Belum sah ya, belum boleh nina-ninu! Tar dulu, tahan bro!"
"Mi, apaan si. Kael cuman mau ajak Yumi ke kamar. Nggak aneh-aneh."
"Gapapa lah aneh-aneh juga. Sekedar cium bibi, lumat, hisap. Wajar lah. Mami paham."
"Mi ..." Kael menegur lelah.
"Hehehe, yauda sana-sana! Mainnya pelan-pelan ya bro!" Sofia menunjukkan cengiran khasnya. Mengusir kedua remaja itu untuk segera pergi ke kamar.
Setibanya si kamar. Kael langsung menutup rapat pintu- tidak di kunci. Ia mengajak Yumi untuk duduk di sebuah sofa.
"Maaf, sikap Mami saya memang begitu. Kamu kurang nyaman ya?" Kael berujar, sembari membuka satu persatu kancing kemejanya.
"Yaa, sedikit frontal si. Tapi Mami kamu keliatannya asik," jawab Yumi jujur. Ia tak menutupi apapun untuk berpura-pura terlihat baik.
Kael menanggalkan kemejanya, lalu diletakkan di atas kasur begitu saja. Ia ikut duduk di samping Yumi, menggulung lengan kemejanya sebatas siku- hingga menampilkan otot-otot kekarnya yang menggiurkan.
"Waktu itu saya sempat dekat sama perempuan. Tapi Mami nggak se-antusias saat ketemu kamu," ucap Kael. Menolehkan kepalanya pada perempuan cantik yang duduk di sampingnya.
"Oh, kamu pernah deket sama cewek?" tanya Yumi.
"Iya. Itu masalalu. Masa depan daya sekarang kamu."
Sebuah kerutan di dahi menandakan Yumi bingung- Ia tak begitu menginginkan masa depan bersama Kael. Tak pernah terpikirkan di benaknya untuk membangun sebuah rumah tangga. Lalu mempunya an- Ah! itu benar-benar memusingkan, Yumi tak ingin memikirkan itu.
"Masa depan kamu bukan aku," pungkas Yumi cepat.
"Yumira," panggil Kael, suaranya amat lembut.
"Kenapa kamu tidak ingin hidup bersama saya?" Pertanyaan Kael benar-benar pembahasan yang berat.
"Karena aku nggak suka sama kamu," jawaban Yumi seharusnya menjabarkan semuanya. Tetapi Kael tak puas, ia mengubah duduknya menghadap Yumi sembilan puluh derajat. Kedua tangannya berada di atas paha. Kael memandangi Yumi dengan dalam.
"Bukannya rasa suka itu bisa hadir seiring berjalannya waktu? Setelah suka, pasti ada cinta. Saya mau kamu mencintai saya, seperti saya yang mencintai kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAPIDANA ✓
Teen Fiction{SELAMAT MEMBACA} ___ Julukan Napi sangat cocok untuk laki-laki berpakaian urakan itu. Selain sering tawuran, mabuk-mabukan, balapan liar, Napi juga seringkali keluar masuk penjara. Napi juga seringkali bergonta-ganti pasangan, hanya untuk main-mai...