10. Pilu

116 12 0
                                    

Helow🧜

Happy reading, jangan lupa buat tekan bintang sebelah kiri🐙💘

****

Pagi harinya, Napi sudah datang ke sekolah sangat pagi, niatnya menjemput Yumi, ternyata gadis itu sudah berangkat terlebih dahulu, rumahnya kosong saat tadi dia datang menjemput.

Napi menuruni motor besar miliknya, sebelum itu ia berkaca dulu membenarkan rambutnya dengan di biarkan berantakan, sehingga kadar tampannya bertambah, cowok itu tersenyum sendiri melihat wajah dirinya pada pantulan kaca spion.

“Campuran sp*rma pak Jenandra sama bu Lita, emang bukan main. Cakep gini hasilnya." pujinya pada diri sendiri.

Setelah memuji diri sendiri, cowok itu turun dari motornya dan langsung di peluk tiba-tiba oleh beberapa temannya yang muncul.

“Weh anaknya Jenandra ini apa kabar? Di lihat-lihat makin gelap aja mukanya.” celetuk Johan.

Napi tersenyum paksa sehingga kedua pipinya mengeluarkan lesung yang manis. “Anaknya si Adam ini emang kurang ajar ya.” Cowok itu membalas sambil menjauhkan rangkulan Johan di pundaknya, namun sedetik kemudian keduanya tertawa. Ini memang hal biasa.

Sekarang ke-delapan laki-laki dengan pakaiannya di pagi hari yang sudah tak karuan itu berjalan beriringan, sambil sesekali melempar candaan. Mereka bukan geng motor atau semacamnya, mereka hanya sekumpulan laki-laki yang bersahabat di masa SMA.

Selain itu nukan rahasia lagi antara persahabatan Napi dan Nayara, keduanya sudah terkenal memiliki persahabatan sejak dalam kandungan. Kini gadis bernama Nayara itu tengah berjalan berlawanan arah dengan segerombolan laki-laki itu.

“Piw neng Nara, makin kesini makin kesana aja cantiknya.” celetuk Budi mengedipkan satu matanya genit. Nayara tak menanggapi, matanya hanya memutar malas.

“Bisa nggak sih jalannya nggak usah kaya gini? Menuhin jalan tau gak!” dongkol Nayara, karena ke-delapan laki-laki itu berjalan bak pagar rumah, sampai-sampai yang lain harus keluar dari area aula.

“Yeee suka-suka kita dong neng, orang ganteng mah bebas.” sahut Dion sambil menyugar rambutnya ke belakang.

“Lo kira ini sekolah punya emak bapak lo apa?!” ketus gadis cantik itu.

“Nar, temen lo yang cakep itu mana? Ko kaga keliatan, biasanya nempel aja lo dua kaya lem tikus.” ucap Riyan.

“Kepo lo!”

“Yeuuu, aing takol yeuh!” dengus Riyan terkekeh gemas. Laki-laki dengan perawakan sedikit lebih berisi dari yang lain.

“Besti lo emang gini Pi? Minta di halalin.” kata Riyan, kepalanya menoleh pada Napi yang dari tadi menyimak.

“Gue yakin lo ga kuat ngadepinnya, dari bayi juga sifat setannya udah nongol.” cetus Napi terkekeh ringan. Ia mengacak rambut Nayara gemas karena gadis itu terlihat kesal.

“Dia kemana?” tanya Napi kepada sahabat kecilnya. Dia' itu adalah Yumi.

“Gatau, gue chatin, telfonin, nggak dia angkat. Biasanya enggak gini.” resah Nayara yang sudah berfikir macam-macam.

“Kemarin juga dia di ajak pulang bareng gamau.” lanjut Nayara.

“Kemarin pulang bareng gue.” balas Napi, yang spontan membuat Nayara menoleh padanya.

“Terus gimana? Kenapa dia nggak sekolah.”

“Dia nggak masuk?” tanya Napi kembali, dahinya menyerngit bingung.

NARAPIDANA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang