20. say thanks

119 14 1
                                    

Hujan perlahan mulai reda, menyisakan rintik-rintik tak bertuan dari balik kesepian. Samar-samar burung-burung malam mengeluarkan suara cantiknya, menyamarkan keheningan. Kerumunan kunang-kunang yang hendak mencari pasangan pun kesana-kemari menyinari malam menyaingi sang rembulan dan temaramnya lampu taman.

Aku sadar ini sudah melewati jam makan malam. 4 orang anak lelaki yang selalu ku kawal, pun mulai menguap satu persatu menandakan sudah masuk waktu tidur. Tapi sampai detik ini aku tak menemukan sisa anak yang ku cari sejak pertengkaran hebat tadi.

Ku teriakkan nama keduanya berulang kali, berharap seseorang menyahut, setidaknya mengenal dan mengetahui keberadaan mereka berdua. Namun yang ku dengar hanyalah dengungan nyamuk dan bisikan angin. Bahkan kebisingan yang seharusnya ku dengar dari pasar malam ini, seolah tenggelam mengikuti sang mentari. Padahal ini pasar malam bukan pasar pagi.

Hah.. Aku mendesah pelan agar tak terdengar anak-anak ku. Entah aku yang nyasar atau memang seluas ini map nya. Aku tak kunjung menemukan suara-suara manusia lain selain kami berlima. Kaki ku pun mulai terasa kram karena terlalu lama terkena dingin.

Kembali menitik air mataku. Aku menyerah, aku tak tahu lagi harus mencari mereka kemana. Aku hanya ingin berlibur. Jika saja aku tak mengajak mereka keluar. Tapi jika mereka ku tinggal, apa yang akan terjadi nanti? Aku tak tahu. Aku tak ingin menyalahkan keadaan. Aku juga tak ingin menyakiti perasaan ku sendiri. Tapi aku benar-benar lelah.

"Kakak cantik." Bisik Xinlong. Tangan pucatnya merangkul pundak ku, perlahan jemarinya mengusap rambutku. "Kakak cantik capek ya?"

Aku tertegun sesaat. Mendengarnya, entah mengapa, seakan menyentuh batas lelah ku. Aku mengukir senyum kecut. Tak lupa menggeleng agar terlihat aku tak apa-apa. Walaupun bendungan air mata ini rasanya akan rubuh sebentar lagi.

"Kakinya udah putih tuh." celetuk Zihao menunjuk kaki ku. Kemudian jari telunjuknya bergeser ke kakinya dan teman-temannya. "Eh kita juga." lanjutnya dengan cengiran.

Tangan HanYu yang sudah sedingin es pun dengan cekatan menggenggam tanganku. "Tangan kamu dingin banget." katanya sembari meniup-niupkan tanganku agar hangat, menurutnya.

Dan Zeyu, entah ada angin apa, dia langsung memelukku dari belakang. Menjauhkan perutnya dari punggung ku agar bajuku tak terkena sisa muntahnya di bajunya. "Harus hangat, harus hangat." gumamnya dari balik punggung ku.

Aku terdiam mematung, membiarkan tubuhku dihinggapi para lelaki yang sibuk membuatku merasa hangat. Seharusnya aku telah memberontak sejak Xinlong menyentuhku tadi. Tapi entah mengapa, meskipun tubuhku terasa jauh lebih dingin karena tersentuh tubuh mereka yang lebih dingin dari ku, aku merasakan kehangatan. Kehangatan yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya. Benar-benar hangat, sangat hangat.

Jiwaku kembali, pun semangat dan senyuman ku juga. Aku menggenggam kembali tangan HanYu dengan penuh semangat hingga sang empunya melongo. Aku memeluk Zihao dan Zeyu bergantian, meskipun Zeyu berusaha menghindarkan ku dari bajunya. Sedangkan Xinlong ku usap rambutnya berulang, kemudian baru ku peluk.

Aku tertawa lepas, sembari berlari menjauh sedikit dengan badan yang masih menghadap mereka. Seakan kehilangan beban, aku tersenyum puas kepada mereka sembari berteriak..

"Aku balik lagi! Aku enggak capek dan aku hangat banget! Makasih semuanya!"

-/-

Aku mendapatkan berkah setelah aku kembali bersemangat, aku menemukan kembali pusat keramaian! Aku menarik teman-teman ku ketengah keramaian kembali. Titik dimana kami terpencar sebelumnya, titik yang sama saat aku berdebat dengan kerumunan orang-orang jahat itu.

Seketika air mataku menggenang. Kali ini air mata kegembiraan. Segera ku cari gerai baju, hingga ku dapatkan 4 pasang baju dan celana untuk anak-anak ku. Ku tarik lagi mereka ke wahana bianglala, wahana yang menjadi titik awal permasalahan. Ku biarkan mereka menaikinya sendiri tanpa diriku. Aku hanya menitipkan pesan agar tetap bersikap wajar dengan iming-iming ku belikan mainan yang banyak.

Sky - zofrenia  || Boy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang