Di sore hari yang terik ini, hatiku juga sedang dibuat panas oleh ocehan seorang dokter jaga dan perawat menyebalkan yang tak lain adalah Alvin.
Bagaimana tidak menyebalkan! Jelas-jelas tangan dan kaki Shuyang yang perbannya masih merah darah itu malah di borgol ke ranjang klinik. Kalau malah tambah lecet bagaimana?!
"Lepaskan borgolnya! Dia lagi gak sadar kenapa harus diborgol juga?!" Protes ku mencoba meraih kunci borgol ditangan Alvin yang sudah pasti dia hindari terus.
"Ini udah kebijakan rumah sakit! Kamu itu yang perawat baru nurut! Pasien lain juga sama kok!" Tegas Alvin agak mendorong ku menjauh darinya.
"Kebijakan kebijakan apa sih?! Kalau dia mengancam tuh baru diborgol! Sadar aja enggak! Mata mu buta apa katarak sih?!" Caci ku meremas tangannya sampai dia menahan sakit.
"Kamu itu yang gak sadar! Dia pasien lantai tiga! Kamu lupa kah bahayanya mereka ke kamu hah?! Orang tuanya aja ngerantai dia masih nanya mengancam apa enggak?! Kebanyakan ngumpul sama mereka jadi ikutan gila kamu!" Balas Alvin mencaci dan menepis remasan tangan ku.
"Justru karena dia dirantai makanya dia luka parah! Ini juga dokter satu, udah tau itu pendarahan bukannya dibelit perban malah cuma kapas ditempel lakban. Aku bukan sarjana kedokteran juga ngerti itu bahkan harusnya dijahit!" Protes ku ganti melempar cacian ke dokter jaga ini.
"Tenang, tenang. Saya tau kamu cuma lagi panik aja. Itu gak akan masalah ke pasien antara perban atau lakban--" ucap dokter yang langsung aku potong.
"Justru karena itu dok, saya panik karena saya ngerti. Dokter juga kenapa ngebiarin pasien di borgol? Dia bukan kriminal, sadar juga enggak, kabur juga gak bisa, yang ada makin parah itu luka!" Bentak ku pada dokter jaga itu, yang langsung digeret keluar oleh Alvin.
"Dah, udah! Keluar sana! Udah di buka nih borgolnya! Puaskan? Bawa pergi anak stres yang kamu sayang itu! Resign aja sekalian kayak yang kamu pengen! Semua orang udah seneng anak itu pergi malah dibawa lagi. Beban tau gak?!" Usir Alvin menarik ku dengan mencengkeram erat tanganku.
"Oh jadi gitu.. OOHH JADI GITUU?? Fine! Emang gak ada yang bener disini. Sertifikat kalian palsu! Aku bisa urus mereka sendiri daripada si paling sertifikat!" Pekik ku final sembari menyabet gulungan perban dan menempatkannya di baki.
"Ayo bre, bopong Shuyang ke kamar aja! Tantrum kalian disini lama-lama!" Titah ku pada kedua remaja yang juga geram pada dua pria menyebalkan itu. Tanpa lama Shuyang sudah berpindah ke punggung ZiHao dibantu Xinlong yang membawakan infusan. Tapi sebelum mereka keluar, ZiHao menatap sinis wajah Alvin dengan mata sipitnya, "aku bersyukur Leon jadi perawat, entah apa jadinya dirawat oleh makhluk seperti mu setiap waktu." Pun diikuti Xinlong yang juga berdecih tajam, "kalau Gougou tidak ditahan Jia Bao Ge, dan Shuyang sudah bangun, kalian bukan mati ditangan ku."
Saat pintu dibuka, terdengar gonggongan MingRui yang sedari tadi mencakar pintu. Dia memang ditahan HanYu diluar agar tidak menggigit orang didalam klinik. Dia juga terus berteriak memanggil Shuyang seperti "Shuyang bangun! Kamu pulang! Shuyang! Ini aku, Gougou! Kau dengar?! Kamu dirumah!" Dia terus meneriaki itu di semua jendela sambil menggedor-gedor agar Shuyang --- yang masih tak sadar --- dapat mendengarnya.
Satu tanganku mendorong baki obat dan peralatan perawatan Shuyang, sedangkan tangan lainnya menarik Ren yang sedari tadi menyaksikan perdebatan ku dengan Alvin, untuk keluar dari ruangan ini. Pin yang ku cabut paksa dari bajuku dan ku lempar ke wajah Alvin menjadi akhir dari perdebatan sengit ku.
"Aku RESIGN!"
-/-
Tik Tik Tik..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky - zofrenia || Boy Story
Teen Fictionini cerita tentang seorang perawat yang merawat ke 6 pasien rumah sakit jiwa, yang menderita skizofrenia, dengan harapan setinggi langit. happy reading! Start : September 2021 End : Maret 2024 High rank : #1 - Xinlong - Waras - ODGJ - Zeyu - Liziha...