32. Forever together

78 8 0
                                    

Trang! Trang!
Duk! Duk! Duk!
Klang!
Hah.. hah.. hah..

Karena suara berisik seperti rantai dan suara-suara aneh yang memenuhi telinga ku, membuatku tersadar dari pingsan ku. Entah sudah berapa lama kesadaran ku hilang, tapi kepala ku masih terasa berat dan sakit seperti terpaksa terbangun karena terganggu.

Aku merasa pegal di punggung, bahu, leher, hingga pergelangan tangan ku. Aku juga terbangun dalam kondisi duduk dan sedari tadi menunduk, mungkin itu yang membuat punggung dan leher ku sangat pegal. Sampai sini mataku belum jelas sepenuhnya. Jadi aku tidak tahu dimana aku sekarang dan suara-suara apa itu.

Saat hendak menarik tangan ku, itu seperti tersangkut suatu besi. Aku menarik-narik beberapa kali kedua tanganku, tapi hanya terdengar suara rantai yang ditarik paksa. Dan saat itu juga aku sadar bahwa yang membuat tangan dan bahuku pegal adalah karena sedari tadi kedua tanganku dirantai keatas hingga terasa kebas karena sirkulasi darah tidak mengalir ke tanganku.

Aku menggerakkan kaki ku perlahan dan menempatkannya di pijakan yang tepat. Ruangan ini terlalu remang sampai mataku berkunang, aku takut terpeleset lantai yang licin ini. Aku ingin berdiri, karena pikir ku, tinggi pasungnya hanya setengah badan ku saat berdiri. Setidaknya tanganku berhenti kebas dan bisa meregangkan peredaran darah ku sesaat.

Mataku yang tadi masih kelabu, tiba-tiba seakan terhentak dan sadar seketika saat lampu ruangan dinyalakan, menjadikan ruangan itu terang benderang hingga aku dapat mengidentifikasi dimana, dengan siapa, dan darimana suara-suara aneh itu sekarang.

Diiringi dengan pekikan tertahan dari ku dan lainnya karena terkejut, speaker di ruangan itu ikut bersuara hanya dengan satu kata. Tapi itu mampu membuat ku merasa berada di film horor Gore.

"Resign."

Suaranya menggema di ruangan itu. Aku tercekat mengingat itu adalah kata-kata yang ku lontarkan dengan kasar beberapa bulan lalu. Tapi yang lebih membuatku histeris adalah..

"Aaaaaa!!"

Kaki ku menginjak ceceran darah segar di seluruh lantai, membuat kakiku seakan tidak sanggup berpijak di lantai manapun. Bahkan darah itu juga ada di pakaian ku. Aku yang panik justru membuat tanganku jadi sakit karena menarik paksa tanganku yang masih terjerat rantai.

Tapi yang paling parah adalah saat aku menyadari siapa dan seperti apa yang berada di ruangan itu bersamaku.

"Aaaaaa!! Tolong!! Tolong!!"

Aku memekik kencang dan mengubah tarikan tanganku untuk bebas menjadi tarikan untuk pegangan erat dirantai itu. Detik itu juga aku menangis keras dan histeris hingga rasanya menembus pintu.

Di ruangan yang bisa aku pastikan ruang isolasi, dimana semuanya berwarna putih dan berbahan keramik. Sumber darah di lantai itu adalah darah milik enam pasien ku yang semuanya terkulai lemas tetapi sadar dan juga terjerat seperti ku dengan keadaan tubuh yang tidak karuan.

Kami membentuk lingkaran, yang masing-masing berada di sudut yang berjauhan. Aku sendiri berada ditengah tepat bersebrangan dengan pintu.

Suara napas yang terdengar jelas dari sisi kanan dan kiri ku yang cukup berjarak, itu adalah Xinlong dan ZeYu, yang.. ya.. tidak perlu ku deskripsikan yang pasti itu sangat amat parah sampai aku tidak percaya keduanya masih hidup.

Luka tusuk dan sobek dimana-mana, hingga saat mereka menoleh kearah ku ANEHNYA mereka masih bisa tersenyum lebar. Padahal bibir Xinlong nyaris sobek dan mata ZeYu ada besetan yang bisa saja membuat dia buta. Bahkan rupa keduanya lebih mirip hantu korban psikopat, tapi masih hidup.

Suara duk duk yang membangunkan ku juga ulah HanYu yang secara sadar dan sengaja membentur-benturkan kepalanya ke dinding hingga berdarah yang aku tak tahu apakah itu karena bocor atau hanya darah orang-orang yang membasahi kepalanya, juga diiringi gumaman tak jelas.

Sky - zofrenia  || Boy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang