D.3 : Kunjungan

149 23 0
                                    

GEBYUR!!

Itu adalah gambaran dari suara jatuhnya seember air dingin tepat ke kepala aku dan Xinlong. Kami dihukum karena telah membuat keributan baik di sel maupun di halaman belakang gedung tadi.

Aku memeluk diriku yang kedinginan karena pakaianku basah kuyup total. Sedangkan Xinlong hanya tertunduk menahan rasa sakit akibat dinginnya air yang menghantam kepalanya.

"Selamat Xinlong, selamat! Wanita ini adalah korbanmu yang kesekian disini." Sorak pegawai yang bertugas menyiram kami tadi. Namanya Parjo.

"Lihat! Sudah ku katakan berulang kali padamu. Jangan kamu asuh anak gila ini! Sekarang kamu jadi ikut ga waras kan sama dia." Pekiknya tepat dihadapanku.

"A-aku.. Aku hanya ingin menolongnya.." Jawabku terbata akibat menggigil.

"Menolong apa?! Perawat-perawat lama juga sama. Ingin menolongnya. Akhirnya apa?! Berakhir disini juga seperti bocah ini!" Bentaknya padaku.

"Aku.. Ga tau itu.." Jawabku tertunduk.

"Jelas kamu ga tau! Kalau kamu tau kamu pasti ga bakal mau kerja disini." Balasnya sembari membuang muka.

Aku terdiam. Merenungi semua perkataan Parjo, dan semua jawaban dari anak-anak asuh ku selama ini.

Parjo adalah perawat dari Indonesia. Dia seniorku, sekaligus perawat pertama yang aku kenal karena keramahtamahannya. Dia mulai bekerja disini sejak gedung ini baru berdiri. Dia tentu lebih paham kondisi penghuni gedung ini.

Parjo selalu melarangku untuk terlalu lama bercengkrama dengan penghuni lantai 3b. Namun aku selalu menepis ucapannya, karena aku yakin aku akan baik-baik saja disini.

Awalnya aku merasa bahwa mereka hanya bercanda, sekedar menakut-nakuti ku agar aku tak betah tidur disini. Tapi mengingat reaksiku tadi, rasanya memang aku akan gila jika terlalu mendalami mereka.

"A-aku.. Aku telah sadar total. Kamu bisa melepasku sekarang." Pintaku mengiba, karena tanganku masih terikat sedari tadi.

Parjo melirik ku, kemudian menghela napasnya kasar. "Hah.. Aku tau, Leon. Kau sudah sadar sejak bangun tadi. Aku yang membuat mu sadar. Berterima kasihlah padaku karena kamu tak masuk monitor pak Ji."

"Iya.. makasih banyak mas Parjo. Tapi.. Bisakah aku tetap menjaga anak yang sedari tadi mematung disana?" Pintaku melihat Xinlong seperti tak bergerak di tempat dia disiram tadi.

"Hah.. Kamu.. Emang bener, ga seharusnya wanita dipekerjakan disini jika masih memiliki hati nurani sepertimu." Keluhnya berdecak.

"Yaudah iya. Tapi ingat, kali ini kamu harus jaga jarak. Karena kamu ga tau apa yang akan terjadi abis ini." Lanjutnya memberikan wejangan.

Aku mengangguk semangat setelah ikatan baju putih ini dilepaskan dari tanganku.

"Iya mas. Saya usahakan!"

-/-

Drap! Drap! Drap!

Tapi yang seperti kalian tahu..

"Ayo Long! Cepat!"

... Aku tidak mungkin membiarkan anak asuhku kesusahan sendirian.

"Iya kak! Tunggu longlong!"

Aku pasti akan menyembuhkan mereka, apapun caranya dan apapun yang terjadi padaku.

Aku berjanji!

Gubrak!

"Ah.." Desah Xinlong mengaduh, setelah ia terjatuh akibat mengejarku.

"Xinlong! Luka ga?" Tanyaku panik setelah berlari kembali ketempatnya terjatuh.

Sky - zofrenia  || Boy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang