18 : Rumah kaca

116 18 1
                                    

Aku menghela napas lega. Setelah ku lihat zihao; yang sudah cukup jauh diseret oleh temannya, tengah sibuk merajuk pada rakyatnya. Aku kembali pada obrolan berat ini. Padahal niatnya habis ini aku mau resign.

"Ehem. Pak, jadi bagaimana?" ucap ku membuyarkan lamunan pria ini.

"Em.. Nona.."

"Aku PJ-nya!" sambar ku tegas. "Aku.. Perawatnya." ulang ku dengan tersenyum kikuk. "Katakan apa yang harus paman katakan. Saya ga mau basa-basi."

"Baik.. Jadi seperti yang saya bilang tadi, ibunya telah keluar lapas. Sebelumnya, dia sempat pesan untuk mempertemukannya sama anaknya. Tapi bahkan hingga beliau keluar, saya belum bisa menemukan anaknya." ujarnya mendesis.

"Sekarang saya telah menemukan anaknya, tapi saya ga nemuin ibunya. Padahal itu janji saya." lanjutnya tersenyum lesu.

"Sudah? Itu saja?" tanyaku to the point. Yang dijawab anggukan olehnya.

Aku tersenyum menahan tawa. Haha. Bagaimana aku mengatakannya, ya? Padahal ku pikir ini akan menjadi obrolan berat.

"Pak, yang namanya ibu sama anak itu sudah terikat. Tanpa perlu bapak pertemukan, sebentar lagi mama nya dateng kok ke anaknya. Tenang saja." Ucapku terkekeh.

"Nona.. Bagaimana nona bisa tahu?" tanyanya menggoda.

"Karena aku wanita."

-/-

"HAOO!! ZEYUU!!"

Teriakan ku memecah keheningan malam, mencari enam anak lelaki yang ku bawa kemari.

Padahal saat sebelum berbincang tadi, aku melihat dengan jelas mereka berempat; Zihao, HanYu, Xinlong, Zeyu, masih kelihatan dimataku, yang menghilang hanya dua, itupun saat perdebatan terjadi.
Sekarang keenamnya benar-benar hilang dari pandangan ku. Aku hanya takut mereka terlibat masalah lagi.

Tik tik tik.

Tetesan demi tetesan air mata awan mulai menitik ke bumi. Aku semakin gusar.
Perasaan ku semakin tak tenang. Firasat demi firasat tak jelas menyerang kepala ku seiring derasnya air mata langit berjatuhan ke bumi.

Bisakah kau tenang sedikit karena air matamu kini telah bercampur dengan air mataku. Pekik ku dalam hati pada awan. Aku sedang berharap beberapa penyakit mental enggan menyerangku saat ini.

Ditambah lagi ini sangat sepi. Pasar malam yang ramai di bagian depan, ternyata ada bagian yang bahkan sangat terasing melebihi padang pasir bahkan kuburan.

Lampu-lampu toko menyala, namun terasa seperti sedang berada di dunia lain. Padahal aku telah mengikuti jejak mereka, mengapa mereka bisa luput dalam sekejap ke tempat sesunyi ini.

"QiBaoLongYuGouYang! Kalian dimana?!"

Ah! Disana! Aku menemukan ada manusia lain disini. Sedang duduk dibawah hujan. Apakah dia menyukai hujan? Ah tak penting, yang penting anak ku tidak boleh terkena hujan. Kalau tidak bisa-bisa..

"Misi mas numpang nanya.."

.. Mereka kambuh.

"HAO!"

-/-

Di sisi lain.

Terjadi keributan disuatu stand permainan yang baru tutup malam itu.

Katanya, masih ada pengunjung yang terjebak di dalam.

Mereka adalah remaja, ya, mungkin hanya sedang ingin berlibur melepas penat datang ke stand itu.

Sky - zofrenia  || Boy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang