24. Gelap

120 17 3
                                    

Aku kembali duduk di bawah pohon besar dengan kodok yang juga besar bertengger di dahannya. Maksud ku, aku sedang menunggu Xinlong loncat dari sana. Bercanda.

Ku sandarkan tubuh ku pada batang pohon ini, sambil sesekali menghirup udara malam. Iya, ini sudah malam, tapi Xinlong tidak bergeser sedikitpun dari tempat tongkrongannya.

"Xinlong.. Ayo turun. Kau tidak mengantuk kah?" tanya ku sembari mengucek mataku.

"Aku tidak akan kembali kesana. Jadi pergilah" usir Xinlong dari atas sana.

"Eh? Kau mengusir ku? Kau jahat sekali. Padahal aku tidak menyuruh mu kesana, aku hanya ingin kau turun dan duduk di sampingku" ucap ku dengan nada kecewa.

Bruk!

"Ah apa itu? Xinlong, mangga nya jat-- eh?" pekik ku terkejut saat kepala Xinlong telah bertengger di paha ku.

"He'em. Mangga lepak mangga Depok.." jawabnya sambil bernyanyi. "LEPOK!" balas ku sembari menyentil keningnya.

Aku menarik nafas pelan. Secara otomatis tangan ku bergerak menyentuh kepalanya dan mengelus-elus rambutnya yang halus. Entah mengapa kepedihan mengalir di benak ku, hingga membuat dada ku berdesir seperti ada yang mengiris hati ku.

"Kamu kenapa?" ucap ku spontan.

"Menurut kakak cantik?" tanyanya balik membuat ku tertegun sejenak. "Aku lagi ngambek loh" ujarnya menatap ku bulat.

"Iya, kalau itu tau. Kenapa kamu jadi kodok? Kenapa ga jadi serigala?" kekeh ku karena mata kecilnya yang menatapku bulat itu.

"Kakak ga mau minta maaf?" tanyanya yang lagi-lagi membuat ku tertegun.

"Minta maaf dong. Tapi aku salah apa?" tanya ku.

"Kakak.. Masih hidup kan? Kita bakal hidup bareng-bareng selama-lamanya kan?" tanyanya dengan berbinar-binar.

"Eh?" Pekikku tertahan hingga beberapa detik kemudian ingatan diotakku tentang ucapan Zeyu muncul. "O-oh.. Pastilah. Itu harus. Bahkan saat kita sama-sama keluar dari sini kita harus tetap bersama" Jawabku bernada kikuk.

"Tapi kakak bilang akan resign tadi pagi" ucapnya menohok, mengingat kejadian tadi pagi yang benar-benar kacau.

"A-ah aku kan bilang bercanda. Aku hanya ingin lihat respon kalian bagaimana jika aku pergi" elak ku. "Lagipula, aku mendengar para perawat itu bercerita tentang perawat-perawat kalian dulu ketika keluar kalian malah party. Jadi aku penasaran" lanjut ku mengedikkan bahu.

"Sayang" ucapnya sambil tersenyum membuatku nyaris salah tingkah. "Sayangnya kita udah beda alam" lanjutnya sambil terkekeh.

"Apa maksud?!" protes ku. "Aku masih napak loh, mas? Belum jadi bayangan"

"Haha" tawanya kemudian terduduk sambil menatapku dengan senyuman khasnya. "Kak Junlin pasti bahagia bisa ketemu dengan tiruan pacarnya di hari terakhirnya" lanjutnya.

Aku tertegun kembali. Tangannya bergerak mengusap rambutku dan menepuk-nepuk pucuk kepala ku. Dia menatapku dengan pandangan penuh kasih sembari berucap "Welcome to mobile legend" dan kembali tersenyum lebar.

Sebentar.

"Apaan sih?!" pekik ku dan bersikap seolah merajuk, yang hanya dibalas tawa terbahak darinya.

"Aku ngantuk.." katanya sembari memberikan ekspresi lelah, letih, lesu, lemas, lunglai. "Mau main ML, boleh?" tanyanya berkedip-kedip.

"Dih, emang bisa?" tanya ku terkekeh. "Tapi aku lagi ga bawa ponsel"

"Ga make ponsel kok" ucapnya nyengir.

"Lah? ML kan?"

"Iya. Making love"

"WOY!"

+-+

Aku berhasil mengantarkan dia ke kamar, setelah banyak racauan yang keluar dari mulutnya. Dan ya, dia langsung tidur setelah seharian jadi kodok. Melelahkan sepertinya.

Setelah membereskan tubuhnya, mengganti pakaiannya, menginfusnya dengan obat penenang dan obat lainnya, serta menyiapkan keperluannya untuk esok, aku segera berlari menuju kamar Zihao.

Untuk apa? Ya betul. Bukan untuk tidur, melainkan untuk pengecekan kondisi mental Gou Mingrui. Selain itu, ini adalah salah satu kunci ku untuk bertemu domba kecil imut kami, Ren Shuyang.

Dia kan habis hilang beberapa hari ini, tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengannya dan Shuyang. Bahkan entah bagaimana caranya Mingrui bisa kembali ke sini, dengan kondisi yang.. Aku bisa bilang mengenaskan.

Kree..eek.

"Misi, paket" bisik ku sembari berjalan mengendap-endap sesunyi mungkin memasuki ruang kamar bernomorkan 1004 ini.

Aku menahan nafas setelah berada di tepi ranjang. Aku tercekat saat melihat onggokan kotoran manusia di dekat meja nakas, disisi kosong ruangan yang dapat aku lihat dengan jelas dari sisi ranjang ini. Rasanya ingin pingsan untuk kesekian kalinya. Tapi aku baru sadar bahwa Mingrui tidak ada.

Aku menahan suaraku dan mencoba bersikap setenang mungkin. Kenapa aku tidak memanggil namanya? Karena ruangan-ruangan disini tidak kedap suara, bisa-bisa yang lain terbangun dan akan jadi kacau lagi.

Zihao masih tertidur pulas, berarti Mingrui pun bersikap tidak mengganggu sepeninggalan ku. Aku hendak beranjak mengambil isi ulang infus untuk menyuntikkan cairan kedalam kantung infus sama seperti Xinlong. Tapi tanpa sengaja, suntikannya jatuh menggelinding ke bawah ranjang.

Ya, ini bukan kumpulan cerita horor, jadi aku sebisa mungkin menahan suara detak jantungku dan tetap bersikap tenang agar momen ini tidak bernuansa horor.

Tarik nafas, buang. Dengan hati-hati aku meraba-raba kolong ranjang, takut-takut tanganku tertusuk jarum suntik. Aku berhasil menemukan suntikannya, tapi rasanya suntikan ini tersangkut sesuatu. Aku melongok kebawah ranjang, dan tebak suntikannya tersangkut apa?

Suntikannya tersangkut ketiak Mingrui yang lagi bobo ganteng dibawah ranjang.

"Aduh di ketek lagi" gumam ku agak frustasi.

Aku menarik nafas, tapi segera ku buang bahkan nyaris terbatuk karena bau air seni menyeruak menusuk hidungku. Aku langsung berjalan berjingkat kearah pintu dan segera menarik nafas sebanyak-banyaknya. Setelahnya, aku kembali ke posisi semula.

"Oke. Pelan-pelan.. Pelan-pelan.. Gotcha!" pekik ku tertahan saat berhasil memegang suntikan ku dan menariknya keluar dari kolong ranjang.

Aku segera menyuntikkannya ke kantung infus dan merangkak kembali menuju pintu jeruji untuk bernafas.

"Hup hah.. Hup hah.. Bisa gila gue kekurangan O2 disini. Baru satu, belum satunya lagi" gumam ku mengadu nasib. "Ini suster pada kemana sih?! Masa gue beneran sendirian ngurusin mereka?!" pekik ku dalam hati.

Lagi momen sakral ini, ekor mataku melihat sebuah lidah menjulur keluar jeruji tepat di sampingku, diiringi desahan nafas berulang seperti..

"ANJING!" jerit ku terkejut melihat Mingrui terduduk di sampingku tanpa busana.

"Guk!" gonggong nya dan menjilat wajah ku.

"Aa.. Aa.."
"Aaaaaaa aaaaa!! Mingrui anjing!!"

――――――――――
To be continued
――――――――――

Sky - zofrenia  || Boy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang