Awalan

11.2K 330 11
                                    

"Perjalanan yang hebat selalu melewati tantangan yang berat."

_gisart_





Mari memulai di halaman baru.


Selamat membaca di awal dan semoga menyukai sampai akhir.

****



Saat kaki kecil itu bahkan belum mampu menjaga keseimbangan tak ada yang membantunya, tangan yang harusnya menggenggam malah menepis. Meminta agar ia berjalan sendiri, dan saat ia terjatuh maka mereka hanya akan menatap, enggan mengulurkan tangan.

"Makanya jalan yang benar!" Hanya sebuah hardikan menyapa telinga, lantas ia kembali bangkit dengan luka di lutut juga telapak tangan yang lecet, berusaha sekuat tenaga kembali melangkah hingga bisa berlari.

Sementara tangan kekar yang harusnya ia genggam memilih menggandeng tangan lain, meninggalkan ia yang tergopoh-gopoh mengejar dari belakang. 

Dikala ia menangis tak ada pelukan atau jemari hangat yang menghapus lelehkan pedih dari pelupuk matanya,  tangan yang ingin di gapai justru merengkuh tubuh lain penuh sayang.

"Jangan cengeng!" Kembali kalimat menyetak yang membungkam isak tangisannya.

Lalu air mata itu akan berhenti dengan sendirinya, dan kecemburuan pun bangkit kala seseorang yang menghardiknya malah sibuk dengan anak kecil yang satu tahun di bawahnya.

"Kenapa Ayah gak pernah marahi dia?" kalimat ajaib yang senantiasa meninggalkan panas di salah satu daun telinga.

"Karena dia tidak nakal seperti kamu dan jangan banyak bicara!" sentak si pria dewasa seraya menarik telinga anak kecil yang menurutnya sangat mengganggu.

Untuk sebuah mainan pun ia harus mengalah memberikan apapun miliknya agar adik kecilnya senang, sekalipun hal itu membuat ia kembali berkorban.

Ayah selalu mengatakan jika ia sebagai Kakak harus mengalah pada si Adik, dan akan menjadi sasaran utama jika sampai adiknya menangis.

Bunda? Dia sangat penyayang. Dia memperlakukan putra bungsunya bak pangeran mahkota. Sementara kepada si sulung, hum.... entahlah. 

"Adik kamu mau ayam goreng itu, kamu makan yang lain aja."

"Main yang lain kan bisa, itu kasih ke adik kamu."

"Ngalah sama adiknya jangan egois!"

"Kamu bisa hati-hati gak bawa sepeda? Wira jadi luka kan!"

"Adik kamu mau yang itu, kamu ngalah aja!"

Sampai pada akhirnya ia hanya bisa mengalah dan akan terus mengalah.

Selain itu, ia juga akan selalu dipersalahkan jika si Adik tercinta mengalami hari yang buruk.

Meski begitu dia tetap bertahan dan mulai terbiasa dengan adanya sebuah perbandingan, tetapi semakin hari segalanya menjadi semakin rumit.

Sampai akhirnya dia sampai di satu titik yang paling parah. Dia merasa dunianya telah mati.



........................................................................


Haloo!!!



Selamat datang di tahun yang baru bersama cerita baru.

Jangan bosan ya, dengan ketidak jelasan dalam cerita saya.

Ramaikan di halaman ini ya kawan semua.

Vote serta tinggalkan banyak komentar, untuk bagian selanjutnya.

Terimakasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca.

gisart, 10 Januari 2023

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang